Penurunan Pendapatan Perbankan RI Tak Setajam Mayoritas Asia Tenggara
Tahun 2021 diharapkan menjadi tahun terakhir penurunan pendapatan perbankan. Setelah itu akan terjadi peningkatan tajam yang menyerupai tanda centang atau ”check list”.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Teller PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Supomo, Tebet, Jakarta, melayani nasabah, Jumat (30/10/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan pendapatan sektor perbankan Indonesia hingga tahun 2021 diperkirakan turun sekitar 25 persen. Meski demikian, penurunan pendapatan perbankan di Indonesia tidak setajam mayoritas negara Asia Tenggara.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo, Rabu (2/12/2020), mengatakan, penurunan pendapatan sektor perbankan dialami seluruh negara akibat pandemi Covid-19. Pendapatan turun karena permintaan kredit korporasi dan masyarakat lesu, serta ekspansi bisnis yang terhambat. Di Indonesia, penurunan pendapatan juga dipengaruhi kebijakan restrukturisasi kredit.
Mengutip riset McKinsey & Company, pertumbuhan pendapatan sektor perbankan Indonesia diperkirakan turun 25 persen selama 2019-2021. Penurunan tidak setajam sektor perbankan di Malaysia dan Thailand 30 persen, Filipina 34 persen, Singapura 37 persen, dan India 59 persen.
”Tahun 2021 diharapkan menjadi tahun terakhir penurunan pendapatan perbankan. Setelah itu, akan terjadi peningkatan tajam yang menyerupai tanda centang (check list),” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta.
Tahun 2021 diharapkan menjadi tahun terakhir penurunan pendapatan perbankan. Setelah itu, akan terjadi peningkatan tajam yang menyerupai tanda centang.
Kompas
Realisasi restrukturisasi kredit.
Menurut Kartika, pemulihan pendapatan sektor perbankan salah satunya dipengaruhi sentimen positif pelaksanaan vaksinasi. Penanganan Covid-19 yang mulai menemui titik terang dengan ditemukannya vaksin akan mendorong pertumbuhan konsumsi dan kredit. Pendapatan perbankan juga kembali tumbuh karena kebijakan restrukturisasi kredit selesai.
Perbankan menjadi salah satu sektor yang paling cepat pulih setelah hantaman Covid-19. Hal ini karena likuiditas di masyarakat dan korporasi sangat besar dan siap digulirkan perbankan ketika kepercayaan mulai tumbuh. Karena itu, pemulihan sektor perbankan sangat bergantung pada efektivitas penanganan Covid-19.
”Masalah saat ini adalah kepercayaan. Jika itu bisa diatasi, masyarakat akan kembali berbelanja barang-barang mahal, seperti properti dan otomotif. Sementara itu, korporasi melanjutkan ekspansi,” ujarnya.
Kartika menambahkan, tantangan yang dialami sektor perbankan saat ini beragam. Perbankan yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mulai pulih bertahap karena kegiatan ekonomi di segmen menengah bawah mulai tumbuh. Namun, kinerja perbankan yang konsumen andalannya adalah korporasi dan masyarakat perkotaan masih melambat.
Masalah saat ini adalah kepercayaan. Jika itu bisa diatasi, masyarakat akan kembali berbelanja barang-barang mahal, seperti properti dan otomotif. Sementara itu, korporasi melanjutkan ekspansi,
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pegawai usaha kecil dan menengah (UKM) tas kulit Janji Pertiwi menyelesaikan pembuatan tas kulit bertema konten lokal, seperti budaya, seni, wisata, dan kuliner di kawasan Pengadegan, Jakarta, Selasa (3/11/2020). Di tengah usaha Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong lembaga jasa keuangan menyalurkan kredit kepada para pelaku UMKM, usaha milik pasangan Setiawan dan Merry ini harus berusaha sendiri untuk berkembang karena sulitnya mendapat akses pinjaman dari bank.
Penyaluran kredit
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Suharso mengatakan, proyeksi pertumbuhan kredit BRI tahun 2021 berkisar 4-5 persen yang didukung stimulus pemerintah. Penyaluran kredit akan fokus ke segmen mikro dan ultramikro melalui program kredit usaha rakyat.
BRI secara khusus menerbitkan indeks aktivitas bisnis dan ekspektasi pelaku UMKM (BRI Macro and SME Index) untuk melihat geliat usaha ke depan. Indeks menunjukkan aktivitas bisnis dan ekspektasi pelaku UMKM akan naik dalam tiga bulan mendatang. Ekspektasi dipengaruhi sentimen penemuan vaksin dan pembukaan aktivitas ekonomi secara bertahap.
”Pemulihan UMKM juga dipengaruhi efektivitas penyaluran stimulus dari pemerintah berupa penundaan pembayaran bunga dan pokok kredit,” kata Suharso.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Darmawan Junaidi menambahkan, penyaluran kredit tahun depan menyasar segmen korporasi. Permintaan kredit korporasi tahun 2021 akan sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 2020 kendati belum pulih seperti sebelum pandemi Covid-19.