Inflasi sepanjang tahun 2020 diperkirakan berkisar 1,5 persen. Angka ini terendah setidaknya sejak tahun 2014. Pandemi Covid-19 membuat daya beli masyarakat tertekan.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memproyeksikan inflasi sepanjang 2020 relatif rendah, yakni berkisar 1,5 persen. Rendahnya inflasi karena daya beli masyarakat masih lemah dan tertekan akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Selasa (1/12/2020), kenaikan indeks harga konsumen atau inflasi pada November 2020 sebesar 1,59 persen secara tahunan (year on year). Adapun inflasi November 2020 dibandingkan dengan Desember 2019 (year to date) sebesar 1,23 persen.
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, daya beli masyarakat sangat lemah selama pandemi. Akibatnya, inflasi sepanjang 2020 akan jatuh ke level terendah dalam enam tahun terakhir atau sejak 2014. Pelemahan daya beli yang berkelanjutan ini terus diwaspadai.
”Inflasi diperkirakan hanya 1,5 persen pada akhir tahun. Ini sangat rendah dalam enam tahun terakhir,” kata Sri Mulyani dalam telekonferensi pers, Selasa (1/12/2020).
Tren inflasi rendah tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga mayoritas negara di dunia. Pandemi Covid-19 menekan sisi permintaan karena kegiatan ekonomi masyarakat terganggu oleh pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini tecermin dalam tren deflasi yang dialami Indonesia pada Juli-September 2020.
Sri Mulyani mengatakan, pemulihan sisi permintaan sangat bergantung pada pandemi Covid-19. Pemulihan akan berjalan cepat jika Covid-19 bisa dikendalikan optimal, begitu juga sebaliknya. Pengendalian Covid-19 menjadi acuan untuk memulihkan kepercayaan kelompok masyarakat menengah dan atas untuk berbelanja. Selain pengendalian Covid-19, penemuan vaksin dan vaksinasi juga memberi sentimen positif.
Inflasi pada November 2020 dipicu oleh kenaikan harga barang bergejolak, seperti bahan pangan. Harga sejumlah komoditas pangan, seperti telur, daging ayam ras, dan cabai, mengalami kenaikan. Penyebab utama inflasi pada November adalah komponen barang bergejolak.
Pulih gradual
Dihubungi secara terpisah, Selasa, ekonom PT Bank Danamon Tbk, Wisnu Wardhana, berpendapat, inflasi November lebih tinggi dibandingkan Oktober 2020 yang sebesar 1,44 persen. Kenaikan inflasi mencerminkan adanya perbaikan permintaan secara gradual pasca-pelonggaran PSBB.
”Peningkatan inflasi diproyeksikan berlanjut sampai Desember 2020 seiring dengan pembukaan kegiatan ekonomi,” ujar Wisnu.
Meski demikian, lanjut Wisnu, inflasi inti berpotensi terus turun karena permintaan terhenti dan kepercayaan konsumen yang lemah. Belum lagi kasus Covid-19 kembali melonjak belakangan ini yang menimbulkan ketidakpastian semakin tinggi.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, inflasi sampai akhir tahun 2020 diperkirakan rendah. Hampir seluruh daerah mengalami inflasi sangat rendah karena permintaan masih lesu ditambah nilai tukar rupiah yang stabil, ketersediaan pasokan panen, dan rendahnya harga komoditas global.