PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) berkomitmen meningkatkan literasi keuangan. Selain memberikan pemahaman, literasi juga akan melindungi masyarakat sehingga dapat memilih produk sesuai kebutuhan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) berkomitmen terus memacu peningkatan literasi keuangan bagi masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan. Penggunaan digital menjadi salah satu fokus dalam memaksimalkan pemerataan literasi keuangan.
Saat ini, dari 100 orang Indonesia, terdapat lebih dari 76 orang yang bisa mengakses layanan (inklusi) lembaga keuangan. Namun, baru 38 orang yang memahami bagaimana memanfaatkannya (literasi).
Dengan kata lain, masyarakat menggunakan produk keuangan tanpa pemahaman memadai tentang pengelolaannya. Data ini merupakan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019.
Jika dilihat per lembaga keuangan, tingkat literasi dan inklusi keuangan industri perasuransian masing-masing sebesar 13,5 persen dan 19,4 persen. Keduanya berada di bawah industri perbankan yang sebesar 36,12 persen dan 73,88 persen.
Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo menyampaikan, literasi keuangan penting diberikan terus-menerus kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman atas manfaat dan risiko produk keuangan.
”Misalnya untuk asuransi yang sifatnya jangka panjang. Calon nasabah yang memiliki literasi keuangan akan dapat menanyakan mulai dari manfaat, risiko, hak, hingga kewajiban sehingga apa yang dibeli akan sesuai kebutuhan,” kata Nini, Senin (30/11/2020).
Paparan ini disampaikan dalam diskusi bertema ”Komitmen dan Strategi Prudential Indonesia Tingkatkan Literasi Keuangan Indonesia” yang diadakan Prudential.
Guna meningkatkan literasi keuangan, kata Nini, Prudential memang belum sempurna, tetapi akan senantiasa ke arah menjangkau masyarakat lebih luas. Upaya yang kini dilakukan adalah berkolaborasi dengan asosiasi, pemerintah, kementerian dan lembaga terkait, regulator, serta media.
Selain itu, memaksimalkan penggunaan platform digital, salah satunya melalui Pulse by Prudential. Aplikasi berbasis kecerdasan buatan ini menawarkan manajemen kesehatan holistik untuk membantu masyarakat Indonesia menjaga kesehatan dan kesejahteraan.
Sebelumnya, Direktur Prudential Indonesia Rinaldi Mudahar menyampaikan, hingga saat ini, Pulse telah diakses lebih dari 3 juta orang di Indonesia. Kehadiran layanan digital diharapkan dapat menjadi sarana untuk menjangkau masyarakat lebih luas.
”Para agen asuransi pun dipastikan akan tetap hadir bagi setiap nasabah untuk menentukan produk proteksi yang sesuai. Hal ini untuk memastikan produk yang dibeli sesuai dengan masa depan yang diinginkan nasabah,” kata Rinaldi.
Fokus literasi
Nini menyampaikan, literasi keuangan berfokus pada perempuan mengingat peran penting perempuan dalam memberdayakan keluarga. Menjadi semakin penting karena tingkat literasi keuangan perempuan baru 36,13 persen, tertinggal dibandingkan pria sebesar 39,94 persen.
”Perempuan harus dibekali kemampuan pengelolaan keuangan yang lebih memadai. Kami sejak 2009 memberikan pelatihan literasi keuangan untuk perempuan yang didukung berbagai kementerian, khususnya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,” kata Nini.
Hasilnya, 97,1 persen peserta cenderung membuat pencatatan pengeluaran dan pendapatan keluarga. Pelatihan pun telah menjangkau 35.000 perempuan Indonesia di 31 kota dan ditargetkan mencapai 50.000 perempuan pada 2022.
Literasi keuangan juga difokuskan kepada anak-anak. Riset Prudential di seluruh Asia, 95 persen orangtua percaya kecakapan mengelola keuangan itu penting. Namun, baru 13 persen orangtua yang mengetahui apakah anak-anaknya sudah memiliki kecakapan mengelola keuangan atau belum.
Prudential pun mengadakan program Cha-Ching, program literasi keuangan berbasis digital untuk anak usia 7-12 tahun. Program ini mengajarkan 4 konsep dasar pengelolaan keuangan, yaitu peroleh (earn), tabung (save), belanjakan (spend), dan sumbangkan (donate).
Program yang baru dikenalkan di Indonesia pada 2012 telah diimplementasikan di 2.665 sekolah di Sidoarjo, Trenggalek, Blitar, dan Jakarta dengan menjangkau lebih dari 146.000 siswa sekolah dasar dan 4.800 guru. Pada 2024, ditargetkan ada 1 juta penerima manfaat, baik siswa maupun guru.
Komunitas ekonomi syariah juga menjadi fokus literasi Prudential. Fokus ini sejalan dengan Indonesia sebagai peringkat 1 dunia dalam pengembangan ekonomi syariah dengan skor 81,93. Potensi pasar asuransi jiwa syariah pun mencapai Rp 9,7 triliun dalam tiga tahun ke depan.
”Kami juga melihat minat masyarakat meningkat dari 40 persen (2016) menjadi 58 persen (2020). Agar bisa menjadi hub global ekonomi syariah di dunia, kita perlu melakukan banyak edukasi karena baru menjangkau 26.000 masyarakat Indonesia,” ujar Nini.
UMKM
Assistant Vice President Corporate Marketing, PT Prudential Life Assurance, Anna Maria menjelaskan, pandemi Covid-19 membuat sekitar 48,6 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terpaksa gulung tikar. Kondisi ini menuntut pelaku usaha untuk kreatif, inovatif, dan memiliki pengelolaan keuangan yang baik.
Tahun 2020, Prudential bekerja sama dengan AKUMandiri dan Smesco memberikan literasi keuangan bagi UMKM. Edukasi dilakukan dengan mendatangkan para pengusaha inspiratif dan berpengalaman dengan target menjangkau 3.000 UMKM pada 2021.
”Para pelaku UMKM ini menjadi salah satu fokus kami dalam literasi keuangan. Selain mendengar langsung penjelasan dari para pakar, ada juga tantangan-tantangan yang diberikan bagi pelaku usaha dengan tujuan menyemangati mereka agar mampu berkembang dan memperkuat usaha di tengah pandemi,” ujar Anna.
Literasi keuangan bagi UMKM, kata Anna, juga sudah dilakukan di Papua sejak 2018 melalui program Pendidikan Kewirausahaan Kaum Muda untuk UMKM di Papua bersama Prestasi Junior Indonesia (PJI). Literasi keuangan dalam program ini menjadi salah satu materi utama yang diajarkan.
Secara dampak, hingga 2020, ada 60 pengusaha muda terpilih yang mendapatkan pendampingan intensif selama 18 bulan. Sebesar 87,8 pengusaha muda pun sadar pentingnya pengelolaan keuangan bisnis dan memiliki kemampuan untuk melakukan pelaporan bisnis dengan baik.