Kanal untuk berkomunikasi dengan audiens bermunculan. Kini, korporasi mulai berkomunikasi dengan audiens dan masyarakat lewat Tiktok.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Pekan lalu, seorang remaja Amerika Serikat bernama Charli Grace D’Amalio membukukan pencapaian di akun Tiktok berupa 100 juta akun pengikut. Jumlah ini merupakan yang tertinggi di platform yang banyak berisi konten tari. Bahasa tari yang lama dilupakan kini menjadi sarana komunikasi penting, termasuk untuk kepentingan bisnis. Produk perlu dikomunikasikan lewat tarian.
Sebenarnya, tak hanya karena kehadiran Tiktok, tarian memang sudah lama mudah menjadi viral dan memukau publik. Kita masih ingat ketika publik mengenal Harlem Shake, Gangnam Style, dan lain-lain jauh sebelum era Tiktok merebak. Orang juga mudah terhanyut oleh gerakan tari. Tiktok menjadi fasilitas yang mempermudah berbagi video tarian dan sarana untuk eksistensi diri setelah teks di Facebook dan Twitter serta konten visual berupa video dan gambar di Instagram.
Tiktok menjadi platform untuk berkomunikasi melalui gerakan, secara khusus tarian. Asal usul penggunaan tarian untuk komunikasi adalah ketika pada zaman purba manusia telah menggunakannya sebagai sarana interaksi sosial yang mendorong kerja sama antarmereka. Warisan itu terbawa hingga kini karena studi tentang seni tari menunjukkan, tarian cenderung menjadikan seseorang menjadi komunikator yang baik.
Warisan itu bisa terlihat dalam fenomena di kalangan generasi Z, yang lahir setelah tahun 2000, yang mudah sekali terpancing untuk berkomunikasi dengan tarian karena mereka gampang melihat, mendapat tutorial, dan kerap memperoleh tantangan melalui perangkat digital. Mereka kemudian meniru dan membuat tarian yang menjadi ekspresi mereka. Platform mempermudah mereka untuk mendapatkan dan berbagi konten tarian.
Di tengah tren itu, pebisnis perlu mencermati perkembangan ini sehingga mereka bisa mengomunikasikan produk dan layanan menggunakan tarian atau goyang. Mereka yang mengincar pasar kamu muda, terutama berusia di bawah 20 tahun, perlu masuk ke dalam tren ini. Bagaimana sebuah merek bisa berkomunikasi menggunakan tarian melalui platform digital? Sebuah laman internet bernama Wallaroo merinci sejumlah merek yang sukses di platform itu.
Warisan itu bisa terlihat dalam fenomena di kalangan generasi Z, yang lahir setelah tahun 2000, yang mudah sekali terpancing untuk berkomunikasi dengan tarian.
Kita mungkin agak sulit memperoleh cara-cara berkomunikasi yang pas di platform itu. Cara yang mudah adalah mempelajari kesuksesan beberapa merek di platform Tiktok. Merek Spikeball, misalnya, menyarankan kita mengenal betul audiens, membuat konten yang spesifik, dan masuk ke dalam tren yang berkembang, kemudian menembak dengan tepat demografi pengguna Tiktok.
Merek Chipotle menyarankan agar pembuatan konten dilakukan konsisten. Vessi memberi hadiah kepada calon pengikut akun mereka sehingga dalam waktu singkat bisa meraih 100.000 pengikut. Kosmetik merek Elf Cosmetics membuat lagu khusus untuk kampanye produk. Kabarnya, lagu ini merupakan lagu pertama yang didedikasikan untuk kampanye produk di platform itu.
Ketika Guess membuat tujuh unggahan video, mereka mampu menarik 38.000 pengikut. Mereka membuat tantangan di Tiktok dengan tagar #InMyDenim dan mendapat 38 juta penonton. Merek ini termasuk merek mode yang cerdik dan masuk lebih awal di platform Tiktok dibandingkan dengan kompetitornya. NBA juga sukses masuk ke dalam platform ini karena membuat konten yang lucu, tapi membantu. NBA termasuk korporasi yang pas masuk ke berbagai platform media sosial dengan tujuan yang spesifik. Di Tiktok, mereka mengunggah meme, komedi, dan konten motivasi.
Merek-merek itu sebenarnya tengah belajar memasuki platform baru. Tulisan di lama Socialmediatoday memberi beberapa saran untuk merek yang memasuki kanal Tiktok. Ketika orang malas merespons iklan-iklan resmi dari merek di media sosial, konten natural dan aktivitas keseharian dengan video, yang bahkan tidak diedit, bisa menjadi tempat untuk ”menaruh” merek di dalam video itu. Tiktok juga menjadi tempat berbagi video aktivitas di belakang layar aktivitas bisnis sebuah merek. Cara ini kadang kala malah memukau audiens.
Mereka juga menyarankan agar merek membuat konten berupa ajakan untuk melakukan tantangan dengan tagar yang menarik. Sebab, konten di Tiktok yang membuat orang meniru dan ikut terlibat sangat digemari. Oleh karena itu, konten tarian atau gerakan tertentu harus disertai tutorial agar audiens bisa mudah meniru sehingga mereka bisa memproduksi konten secara mandiri.
Tiktok juga menjadi tempat berbagi video aktivitas di belakang layar aktivitas bisnis sebuah merek. Cara ini kadang kala malah memukau audiens.
Terlepas dari berbagai saran itu, cara terbaik para pebisnis untuk masuk ke Tiktok adalah dengan sesegera mungkin mencoba kanal ini. Kanal baru selalu memerlukan cara baru untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, memulai dan mencoba adalah cara terbaik. Dari aktivitas itu, mereka akan mendapat ilmu baru dalam menjangkau audiens. (ANDREAS MARYOTO)