Desain kemasan merupakan wajah sebuah produk. Kemasan itu merupakan pertemuan pertama calon pembeli pada barang yang dilihatnya. Semakin memikat, semakin besar peluang barang tersebut diminati orang.
Oleh
SHARON PATRICIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bukan sekadar untuk membungkus, kemasan juga bermanfaat untuk meningkatkan nilai jual suatu produk. Terlebih di era penjualan dalam jaringan, desain kemasan produk yang menarik tidak dapat dielakkan.
Desain kemasan kini menjadi wajah produk yang ditampilkan secara visual dalam penjualan dalam jaringan (daring) untuk menarik calon pembeli. Sebab, konsumen tidak lagi datang untuk mencicipi, tetapi hanya bisa melihat dari layar kaca.
Untuk itu, penting bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa memproduksi desain kemasan yang menarik. Dengan jumlah lebih dari 64 juta unit dan menguasai pasar lebih dari 90 persen, UMKM diharapkan dapat menjadi akselerator pemulihan ekonomi akibat Covid-19.
Abdan Syakuro, desainer produk, berpendapat, dengan skala lebih dari 90 persen, keberadaan UMKM dapat menjadi peluang, tetapi tidak menutup kemungkinan menjadi malapetaka. Kalau tidak bisa beradaptasi, produk UMKM tidak dapat bertahan.
”Desain itu kayak wajah, kalau enggak enak dilihat, ya, enggak akan dilirik. Kalau kita enggak bisa buat desain yang bagus banget, setidaknya buatlah yang enak dipandang, buatlah yang berbeda dan memiliki keunikan,” ujar Abdan, Minggu (29/11/2020).
Diskusi ini mengemuka dalam Webinar Inovasi Desain Produk Masa Kini bertema ”Inovasi Desain Produk Kemasan Masa Kini di Kala Pandemi”. Hadir pula sebagai narasumber dosen Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Burhanuddin.
Lebih lanjut, Abdan menjelaskan, setiap orang kini dapat membeli apa pun melalui genggaman tangan. Penjualan daring dan desain kemasan pun harus berjalan beriringan, seperti analogi dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Desain yang baik tentu akan meningkatkan nilai jual. Misalnya, satu cangkir kopi yang dijual di warung kopi seharga Rp 5.000 per cangkir, tetapi ketika kopi dikemas dengan brand dan memiliki keunikan, kopi dapat dijual hingga Rp 35.000 per cangkir.
”Untuk menjual barang dengan tepat sasaran, enggak cukup penjual bertemu dengan pasar karena semua pelaku usaha melakukan itu. Perlu ada desain yang berperan memberikan pengalaman lebih baik bagi konsumen. Bagi pemula, desain dapat dibuat dengan konsep ATM, yaitu amati, tiru, modifikasi,” kata Abdan.
Bangun relasi
Burhanuddin menjelaskan, meski berjualan daring tidak berkomunikasi secara tatap muka langsung dengan konsumen, pelaku usaha harus tetap membangun relasi. Upaya ini untuk memberikan kesan baik kepada konsumen agar bisa menjadi pelanggan.
”Sering kali kita menafikan online tidak perlu paham pelanggan, online cukup pelanggan tahu lewat gambar. Cara ini akan membuat orang membeli, tetapi sekali saja, mereka tidak akan datang kembali, apalagi menjadi pelanggan yang setia,” kata Burhanuddin.
Pelaku usaha harus membangun relasi dengan berkomunikasi agar memahami keinginan dan kebutuhan konsumen. Perlu juga dipahami, pelanggan berhak mendapatkan informasi yang komprehensif terkait produk dan kritik mereka harus didengarkan untuk mengembangkan usaha ke depan.
Relasi juga perlu dibangun dengan mitra usaha. Analoginya, kata Burhanuddin, para mitra adalah bunga-bunga yang menghiasai taman. Pelaku usaha (tukang kebun) perlu menjaga dan merawat taman (relasi) tersebut untuk tampaik selalu indah.
”Membangun jejaring dan kemitraan merupakan syarat untuk menjalankan bisnis saat ini. Berbicara bisnis ke depan, bukan lagi soal kompetisi, tetapi kolaborasi untuk menghadapi ketidakpastian yang sama akibat pandemi Covid-19,” kata Burhanuddin.