Pelabuhan Patimban dapat mempersingkat waktu tempuh distribusi dari kawasan industri ke pelabuhan. Efisiensi ini dapat ikut menurunkan biaya logistik.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Jawa Barat, dapat memangkas waktu tempuh distribusi dari kawasan industri ke pelabuhan. Hal ini akan berdampak positif dalam menurunkan biaya logistik.
Saat ini, waktu tempuh dari kawasan industri di Jawa Barat ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dapat mencapai empat hingga lima jam. Kepadatan lalu lintas menuju Pelabuhan Tanjung Priok memengaruhi waktu tempuh tersebut.
”Ketika Pelabuhan Patimban dan konektivitasnya melalui jalan tol telah selesai, jarak tempuhnya diperkirakan tinggal satu jam,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam dialog publik daring ”Pelabuhan Patimban dan Kinerja Logistik Nasional” di Jakarta, Jumat (27/11/2020).
Pelabuhan Patimban yang terkoneksi dengan jalan tol, lanjut Luhut, dapat mengangkat potensi kawasan industri, terutama di sepanjang koridor utara Jawa. Hal ini dapat mendorong penurunan biaya logistik khususnya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah.
Pelabuhan Patimban yang terkoneksi dengan jalan tol dapat mengangkat potensi kawasan industri, terutama di sepanjang koridor utara Jawa. Hal ini dapat mendorong penurunan biaya logistik khususnya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengemukakan, pembangunan Pelabuhan Patimban bertujuan mengurangi lalu lintas Pelabuhan Tanjung Priok yang selama ini mengakomodasi 52 persen kontainer internasional di Indonesia. Pelabuhan Patimban diharapkan dapat melengkapi Pelabuhan Tanjung Priok.
”Pergerakan kontainer di wilayah barat seperti Bekasi, Tangerang, dan Bogor bisa ke Tanjung Priok, sedangkan yang di Karawang, Subang, dan Cirebon, bahkan Batang (Jawa Tengah) bisa ke Patimban,” ujarnya.
Kementerian Perhubungan memperkirakan, saat tol akses menuju Pelabuhan Patimban kelar, volume barang yang dimuat di Pelabuhan Tanjung Priok akan turun dari 14.717.243 ton pada 2019 menjadi 9.271.863 ton pada 2023. Adapun volume barang yang dibongkar di Pelabuhan Tanjung Priok akan turun dari 10.924.863 ton pada 2019 menjadi 6.882.664 ton pada 2023.
Mengutip data Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Cirebon, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi menuturkan, biaya pengiriman kontainer dari Cirebon ke Pelabuhan Tanjung Priok yang berjarak 224 kilometer sebesar Rp 4 juta. Jika nanti menggunakan Pelabuhan Patimban, jaraknya lebih dekat, yaitu 116 kilometer.
Biaya pengiriman kontainer bisa lebih murah, yakni sekitar Rp 2 juta. Apalagi, setiap satu bulan, HIMKI mengekspor produk-produknya rata-rata 3.000 kontainer. ”Jadi akan terjadi efisiensi yang cukup besar,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Gemilang Tarigan mengatakan, selama ini, pola pengiriman menggunakan truk di Jabodetabek menuju Pelabuhan Tanjung Priok membentuk tiga koridor. Koridor tersebut ialah koridor barat (Tangerang-Jakarta), timur (Bekasi-Jakarta), dan selatan (Depok/Bogor) Jakarta.
Semakin mendekati pelabuhan, jalanan semakin macet. Dengan keberadaan Pelabuhan Patimban, beban kemacetan menuju Pelabuhan Tanjung Priok akan berkurang.
”Kami merekomendasikan Pelabuhan Patimban nantinya terintegrasi dengan jalan khusus truk. Hal ini penting agar tidak mengulangi persoalan kemacetan yang dihadapi pelabuhan-pelabuhan sebelumnya,” katanya.