Tantangan Industri Otomotif, Tangguh dan Berkelanjutan
Dengan penduduk besar dan rasio kepemilikan kendaraan yang kecil, Indonesia merupakan pasar yang potensial. Namun, selain tangguh menghadapi dampak pandemi, industri otomotif mesti mulai menimbang aspek keberlanjutan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Negara berpenduduk besar, seperti Indonesia yang memiliki populasi lebih dari 260 juta jiwa, otomatis memiliki posisi sebagai pasar besar. Tak mengherankan ketika para produsen mengincarnya sebagai sasaran pemasaran produk. Pasar besar ibarat magnet bagi produsen dan pemasar produk.
Produsen otomotif termasuk sebagai salah satu pihak yang selama ini menggarap pasar Indonesia. Saat ini sudah satu abad lebih sejak kendaraan bermotor pertama masuk ke Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada 1894.
Indonesia yang awalnya adalah importir kendaraan pun perlahan menjadi tempat bertumbuh industri kendaraan bermotor. Ada upaya mengisi kebutuhan pasar dalam negeri melalui keberadaan pabrik-pabrik produsen kendaraan di Indonesia.
Kementerian Perindustrian mencatat, saat ini jumlah pabrikan kendaraan bermotor roda empat atau lebih di Indonesia mencapai 19 perusahaan. Total kapasitas produksinya 2,35 juta unit per tahun dengan produksi pada 2019 mencapai 1,28 juta unit. Nilai investasi yang ditanamkan hingga tahun 2019 mencapai Rp 93,22 triliun.
Sementara itu, jumlah pabrikan industri kendaraan bermotor roda dua dan tiga di Indonesia mencapai 26 perusahaan. Total kapasitas produksinya mencapai 9,53 juta unit per tahun dengan produksi pada 2019 sebanyak 7,29 juta unit. Hingga tahun 2019, investasi senilai Rp 10,05 triliun telah ditanamkan di industri ini.
Sementara itu, di industri lapis 1, 2, dan 3 terdapat 237 perusahaan yang tergabung dalam Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor. Dan, ada 128 perusahaan yang terhimpun dalam Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif.
Secara total, industri otomotif di Indonesia menyerap 1,5 juta orang lebih tenaga kerja. Mereka berkiprah di perakitan dan industri lapis 1, 2, dan 3. Selain itu juga di gerai penjualan, bengkel, atau tempat layanan penjualan serta suku cadang yang tersebar di sejumlah daerah.
Tahun ini, sama seperti berbagai sektor lainnya, industri otomotif pun terpukul pandemi Covid-19. Pasar mobil di Indonesia, misalnya, tahun ini anjlok sekitar 50 persen akibat penurunan permintaan atau daya beli masyarakat.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pun memasang target penjualan sepanjang tahun 2020 di angka 525.000 unit. Ekspor mobil utuh sepanjang Januari-September 2020 tercatat 155.258 unit atau turun 35,4 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Terlepas dampak pandemi yang terasa beberapa bulan terakhir, potensi pasar domestik maupun ekspor pada masa mendatang dinilai tetap ada. Apalagi, dalam konteks Indonesia, rasio kepemilikan mobil masih terbilang rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di Asia Tenggara.
Gaikindo mencatat, rasio kepemilikan mobil di Indonesia, yang berpenduduk sekitar 270 juta jiwa, hanya 99 unit mobil per 1.000 penduduk. Sebagai perbandingan, rasio kepemilikan mobil di Malaysia, yang berpenduduk sekitar 29 juta jiwa, mencapai 400 unit lebih per 1.000 penduduk.
Adapun rasio kepemilikan mobil di Thailand, yang berpopulasi sekitar 70 juta jiwa, sudah di atas 200 unit mobil per 1.000 penduduk. Keberadaan industri otomotif di dalam negeri yang tangguh diharapkan dapat mengisi kebutuhan dan menggarap potensi kebutuhan domestik tersebut agar tidak diserbu mobil impor.
Di titik ini, optimalisasi tingkat kandungan dalam negeri juga mesti selalu menjadi perhatian. Pendalaman struktur industri otomotif menjadi keniscayaan apabila ingin membangun kemandirian.
Tren kepedulian terhadap aspek lingkungan pun jangan dilupakan dalam membangun industri otomotif. Apalagi, menurut sejumlah survei, pandemi Covid-19 dinilai telah berdampak pada menguatnya prinsip-prinsip berkelanjutan di kancah perdagangan dunia. Produk yang memuat prinsip keberlanjutan dianggap lebih berdaya saing. Oleh karena itu, khusus pada produk otomotif, aspek ramah lingkungan bakal menjadi pertimbangan yang semakin penting bagi konsumen.
Indonesia mesti menangguk dampak positif dari keberadaan industri otomotif di dalam negeri, baik di sisi lingkungan maupun perekonomian. Sinergi berbagai pihak dan kebijakan yang tepat dibutuhkan agar industri ini terus bertumbuh, semakin tangguh, dan berkelanjutan.