Bersama Meraih Mimpi
Perempuan berperan strategis dalam pemulihan ekonomi Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19, baik di ranah keluarga maupun bisnis.
”..., mendesing dan menderu di kupingku: Kerja! Kerja! Kerja! Perjuangkan kebebasanmu! Baru kemudian kalau kau telah bebaskan dirimu sendiri dengan kerja, dapatlah kau menolong yang lain-lain!” (Surat RA Kartini untuk Nyonya Abendanon pada 8 April 1902 yang dikutip Pramoedya Ananta Toer dalam buku Panggil Aku Kartini Saja)
Pendekatan usaha dan keputusan rumah tangga ala perempuan menjadi warna-warni tersendiri dalam pemulihan ekonomi yang terkena dampak pandemi Covid-19. Ada yang menambahkan peran, berpegang pada tuntunan sekaligus menerangi perempuan lain, hingga mengisi dapur dengan pangan lokal demi menyejahterakan masyarakat sekitar.
Pandemi Covid-19 menambah ”profesi” Novita Mayasari, pemilik usaha Bassnana Kerang dan Kafe, Semarang, Jawa Tengah. ”Bukan lagi kerja ganda atau dua, melainkan sekarang tiga pekerjaan. Ibu rumah tangga, pebisnis, dan guru untuk putra-putra saya,” katanya sambil tertawa lepas dalam wawancara pekan lalu.
Tambahan peran itu tak jadi soal bagi Novita. Usaha yang ia jalankan bersama suaminya tetap beroperasi 24 jam. Waktu-waktu sibuk justru terjadi saat sebagian besar orang tengah terlelap, yakni pukul 22.00 hingga 04.00. Pada periode sibuk itu, mereka menerima 20-30 pesanan.
Kreasi kerang dari dapur rumah itu merupakan sumber pendapatan utama keluarga. Sebelum merambah dunia kuliner pada September 2019, Novita pernah berbisnis mebel di Jepara, Jawa Tengah.
Namun, berwirausaha di sektor mebel mengharuskannya lebih sering berada di luar rumah. Novita hanya dapat pulang sekitar dua pekan sekali. ”Saya ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga sehingga mencoba bisnis kuliner,” ujarnya.
Pengalaman berbeda dialami pendiri sekaligus Direktur Agradaya Asri Saraswati yang memilih tinggal di desa di Yogyakarta pada 2014, saat merintis bisnis mengolah rempah-rempah. Kendati membawa idealisme pengetahuan, dia memilih melebur dan berbaur sambil mengamati pola hidup di perdesaan dari para tetangganya. Pengalaman itu membuatnya meredam ego.
”Semula, saya berpikir, produk akhir terbaik rempah-rempah adalah ekstrak agar nilai tambahnya optimal. Saya sampai membuat laboratorium sendiri di dapur demi memperoleh ekstrak rempah dan tampaknya sulit dilakukan ibu-ibu yang turut berkarya di Agradaya. Ternyata, rempah kering sudah cukup memberi nilai tambah bagi mereka. Temulawak yang semula dijual sekitar Rp 800 per kilogram menjadi Rp 40.000 per kilogram saat bentuknya kering. Dengan cara ini, kami saling melengkapi,” tuturnya saat dihubungi, Jumat (20/11/2020).
Model bisnis Agradaya mengikuti cara bercocok tanam di desa. Agradaya menerima sekitar 1 kg hasil panen warga setiap kali setor. Bak melawan arus, Asri memutuskan untuk tidak memenuhi permintaan yang melonjak pada masa pandemi Covid-19.
Sebab, jika menuruti lonjakan permintaan, Agradaya perlu mengubah bisnis yang berpotensi tak cocok dengan pola yang sudah terbangun.
Bak melawan arus, Asri memutuskan untuk tidak memenuhi permintaan yang melonjak pada masa pandemi Covid-19.
Sementara, Co-Founder dan Direktur Komunitas Du Anyam Hanna Keraf sampai menginap dan tinggal bersama ibu-ibu penganyam. Hanna berangkat dari gairah dalam kegiatan sosial serta perhatian terhadap akses pasar dan pendapatan yang berkelanjutan bagi perempuan.
Kini, ada sekitar 1.200 ibu rumah tangga di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua yang menjadi mitra binaan Du Anyam.
Rangkaian momen duduk sama rendah berdiri sama tinggi menyertakan ibu-ibu penganyam sebagai pengambil keputusan.
”Saya juga melihat, ibu-ibu di sana memiliki peran dalam perekonomian perdesaan. Mereka yang menentukan pengeluaran rumah tangga, termasuk untuk gizi dan nutrisi keluarganya,” katanya saat dihubungi, Jumat.
Baca juga: Bisnis Sosial Kaum Milenial
Teknologi
Dalam menjalankan usahanya, Novita mengandalkan ekosistem teknologi Gojek. Sekitar 90 persen penjualannya dari pemesanan secara dalam jaringan. Dia bisa mengetahui data statistik terkait menu favorit dan membuat paket yang ia jual. Bahkan, dia kerap berbelanja dari penyuplai memanfaatkan layanan antar GoSend.
Menurut Chief Corporate Affairs Gojek Group Nila Marita, sokongan teknologi yang mampu mendorong pengusaha perempuan berperan penting dalam ketahanan ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
”Perempuan memiliki kreativitas dalam menyiasati keadaan. Pandemi membuat perempuan memasuki mode bertahan sehingga mereka akan memikirkan bagaimana caranya agar keluarganya dapat tetap makan dan karyawannya memperoleh gaji,” tuturnya kepada Kompas.
Perempuan memiliki kreativitas dalam menyiasati keadaan.
Hasil survei ”Peran Ekosistem Gojek di Ekonomi Indonesia Saat Pandemi Covid-19” yang diterbitkan Lembaga Demografi Universitas Indonesia pada awal Agutus 2020, sebanyak 42 persen mitra GoFood dan 75 persen pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi mitra GoSend adalah perempuan. Sementara, 22 persen mitra baru dan 27 persen mitra lama GoFood merupakan ibu rumah tangga.
Peran pengusaha atau pebisnis perempuan juga ditunjukkan Co-Founder & COO Populix.co Eileen Kamtawijoyo. Pada saat merintis bisnis Populix.co sekitar 2018, Eileen kerap bertanya-tanya dalam hati, apakah usahanya bisa berlanjut atau tidak.
Suaminya yang juga bergerak di dunia usaha rintisan ikut mendampingi serta berbagi ide dan perspektif. Eileen juga didukung keluarganya yang akrab dengan dunia wirausaha.
Populix.co adalah perusahaan yang berorientasi pada data dan penelitian pasar dengan bantuan teknologi.
Bagi Eileen, komunitas perempuan pendiri bisnis membantunya dalam menjalani bisnis. Mereka saling bertukar cerita dan pengalaman. Selanjutnya, ia bisa menjadi pendamping bagi perempuan pebisnis lainnya. Mereka kerap bertukar ide dan menyampaikan perkembangan bisnis dan diri masing-masing.
Sementara itu, keputusan Hanna untuk tinggal bersama ibu-ibu penganyam berasal dari pembimbing atau mentor yang mendampinginya. Mentor itu berpesan, seorang wirausaha mesti membiarkan tangannya kotor karena mengenal akar rumput sekitarnya. Baginya, mentor berperan strategis untuk mendalami etika berorganisasi serta bagikan sumber pengetahuan dalam mengambil keputusan.
Nuansa berkarya dan berbagi itu menular kepada para ibu penganyam yang terlibat dalam kegiatan usaha Du Anyam. Semula, mereka berpikir orang sukses hanya ada di Jawa. Oleh karena itu, bagi masyarakat di luar Jawa, kesempatan meraih kesejahteraan secara ekonomi terasa begitu jauh.
Perspektif itu telah berubah. Kini mereka memiliki mimpi yang realistis dan mengetahui cara untuk meraih mimpi itu lewat berbagai cara, misalnya mendorong anak-anak mereka rajin sekolah dan membaca buku agar mendapat beasiswa.
Kini mereka memiliki mimpi yang realistis dan mengetahui cara untuk meraih mimpi itu lewat berbagai cara.
Keputusan dapur
Hidup berdampingan dengan petani di desa tak hanya memengaruhi cara Asri menjalani bisnis, tetapi juga cara mengambil keputusan di dapur. Di masa pandemi Covid-19, kesadarannya untuk memilih mi letek yang berbahan baku singkong makin kuat ketimbang spageti. Ia juga memilih minyak kelapa dari perajin sekitarnya daripada minyak kelapa sawit di toko ritel.
Oleh sebab itu, dia menilai, keputusan perempuan di dapur berperan signifikan pada perekonomian nasional selama pandemi Covid-19 meskipun secara tidak langsung.
”Kita bisa memilih produk-produk pangan lokal yang berdampak pada roda ekonomi di sekitar,” ujarnya.
Baca juga: Mengembangkan Industri Pangan di Desa
Dinamika peran Asri di dapur, rumah, dan di balik meja kerja tak lepas dari kerja sama dan komunikasi dengan suaminya. Mereka berdiskusi dan berbagi tugas, baik dalam bisnis maupun rumah tangga. Keduanya juga mengasuh anak sebagai tim.
Komunikasi tatap muka dengan anggota keluarga juga menjadi kunci bagi Novita. Ketika menyiapkan pesanan untuk usaha kuliner, dia dan suaminya siaga apabila salah satu di antara mereka kelelahan dan perlu bergantian bekerja. Dia juga mengajak keempat putranya bekerja sama dalam membersihkan rumah.
Dukungan dari orang-orang dekat memperkuat daulat perempuan sebagai pelaku usaha. Kehendak dan kemerdekaan berekspresi dan berkarya tak hanya menyejahterakan diri sendiri, tetapi juga keluarga, rekan, karyawan, dan Tanah Air.