logo Kompas.id
EkonomiInsentif Impor Kontraproduktif...
Iklan

Insentif Impor Kontraproduktif bagi Pembangunan Pergulaan Nasional

Kebijakan insentif impor dinilai bertentangan dengan arah pembangunan pergulaan nasional. Ada kemungkinan pelaku industri tidak patuh karena murahnya harga gula impor sehingga lebih menguntungkan dari sisi bisnis.

Oleh
M Paschalia Judith J
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ofueYpjom_XCALhJzvVr07EwXx4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F20190804ed6_1564919891.jpg
KOMPAS/EDDY HASBY

Mesin proses kristalisasi di pabrik gula Tersana Baru, Cirebon, Jawa Barat, Minggu (4/8/2019). Pabrik gula Tersana Baru yang berdiri tahun 1937 dengan nama Nieuw Tersana oleh perusahaan swasta NV Landbouw Mij ini, hingga kini masih beroperasi menghasilkan gula putih.

JAKARTA, KOMPAS — Tren penurunan harga gula dunia menjadi tantangan bagi Indonesia dalam meningkatkan produksi gula. Kebijakan insentif yang ada dinilai perlu dievaluasi karena kontradiktif terhadap cita-cita pengembangan industri gula dalam negeri.

Agus Pakpahan dari Dewan Pakar Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menyatakan, harga gula dunia pada 2030 lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada 2016. ”Negara yang mampu mengembangkan gula secara efisien akan menjadi pemenang. Sebaliknya, Indonesia ke depan akan mengalami kesulitan yang sama tiap tahun,” katanya saat National Sugar Summit 2020 yang digelar secara daring, Rabu (25/11/2020).

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000