Selain Nyaman, Layanan Keuangan Digital Harus Aman
Mastercard, perusahaan teknologi global dalam industri pembayaran, menghadirkan program Digital First. Tidak hanya kemudahan, tetapi keamanan dalam bertransaksi juga dijamin.
Oleh
sharon patricia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mastercard, perusahaan teknologi global dalam industri pembayaran, menghadirkan program Digital First dalam upaya mendukung transformasi digital. Tidak hanya memberikan kemudahan bagi pelanggan, Mastercard turut menjamin keamanan dalam bertransaksi.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mendeteksi, sepanjang bulan Januari hingga Agustus 2020, terdapat hampir 190 juta upaya serangan siber di Indonesia. Jumlah ini naik lebih dari empat kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat di kisaran 39 juta (Kompas.com, 12/10/2020).
Country Manager of PT Mastercard Indonesia Navin Jain menyampaikan, serangan siber memang menjadi tantangan dalam transformasi digital. Namun, ada pula peluang dalam memajukan teknologi menuju ekonomi digital, khususnya di tengah pandemi Covid-19.
”Untuk itu, harus ada perhatian khusus pada keamanan siber sehingga mengurangi potensi risiko di dunia baru ini. Perlu kolaborasi antara pemerintah dan swasta untuk mendorong literasi keuangan digital dan menciptakan ekosistem digital yang aman bagi semua orang,” kata Navin, Senin (23/11/2020).
Paparan ini mengemuka dalam diskusi panel Mastercard bertajuk ”Mengoptimalkan Perjalanan Konsumen melalui Digital First dan Solusi Keamanan Siber Mastercard”. Hadir pula sebagai narasumber, antara lain, Senior Analyst, Business Development, Mastercard, Wahyu Putranto dan Cyber and Intelligence Product Manager Mastercard Agrian Pangestu.
Lebih lanjut Navin menjelaskan, seiring dengan peningkatan ekonomi digital, Mastercard meningkatkan tanggung jawab sosial untuk memastikan masyarakat memiliki akses digital. Selama pandemi, Mastercard bekerja sama dengan bank dan perusahaan teknologi finansial untuk mempercepat proses transformasi digital.
”Kami saat ini bekerja lebih cepat dan lebih banyak berkolaborasi untuk memanfaatkan pengetahuan, sumber daya, dan teknologi. Kolaborasi dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan inklusif bagi semua orang,” kata Navin.
Wahyu Putranto menyampaikan, dengan adanya transformasi digital, perbankan yang masih menggunakan layanan tradisional harus mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam pengembangan produk digitalnya. Ini merupakan langkah krusial yang harus diambil untuk memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan.
Terlebih saat ini terdapat perkembangan baru dalam bentuk bank digital. Para pelanggan atau nasabah kini berfokus pada kemudahan, kecepatan, kenyamanan, keamanan, serta transparansi proses layanan.
Fitur utama
Dalam merespons kebutuhan pelanggan, kata Wahyu, Mastercard menyediakan beberapa fitur utama yang penting dalam program Digital First, misalnya penerbitan kartu digital secara instan.
”Selain itu, kami memberi kemudahan dalam proses pendaftaran serta aktivasi pelanggan secara digital. Program juga didukung analisis data yang transparan dan keamanan yang terbukti dari berbagai serangan keamanan siber,” kata Wahyu.
Sebagai contoh, GrabPay telah mengeluarkan layanan penggunaan kartu digital secara penuh di Asia. Mulai dari penerbitan kartu instan dengan pengamanan otentifikasi, manajemen keuangan pribadi, hingga pembayaran yang bisa dilakukan di seluruh sektor usaha yang menerima pembayaran Mastercard.
Melalui aplikasi, pengguna kartu digital dapat melihat jumlah tagihan kartu; tenggat pembayaran; untuk membeli apa saja, kapan, dan di mana; serta menelusuri kategori pengeluaran. Dengan begitu, pelanggan dapat melihat tren pengeluaran dan melimitasi transaksi di toko tertentu.
”Ke depan, kita bisa melihat ada peralihan dari kartu fisik sebagai sarana utama bertransaksi menjadi kartu digital sebagai pilihan yang memudahkan dan fleksibel. Meski begitu, kartu fisik tetap dapat digunakan pelanggan untuk bertransaksi dan sudah dilengkapi dengan EMV chip dan Magstripe,” tutur Wahyu.
Keamanan siber
Agrian Pangestu menyampaikan, kejahatan siber sering kali terjadi karena target tidak memiliki pertahanan siber yang memadai. Sayangnya, kejahatan siber juga tidak banyak terungkap, terutama jika menyerang usaha kecil.
Untuk itu, perlu adanya deteksi dini guna mengantisipasi serangan siber. Mastercard pun mendukung melalui RiskRecon, sebuah penyedia solusi kecerdasan buatan dan data analytics terkemuka, untuk meningkatkan kapabilitas dan infrastruktur keamanan siber.
”Analogi penerapan RiskRecon terhadap perusahaan ini seperti rumah. Kita harus memastikan apakah pintu dan jendela terkunci serta gembok sudah dipasang. Analogi ini secara sistem bisa dilihat, misalnya, dari sisi firewall (tembok pelindung), apakah firewall sudah ada,” kata Agrian.
Melalui kombinasi antara kecerdasan buatan dan teknologi berbasis data, RiskRecon dan Mastercard dapat mengakselerasi rangkaian solusi siber. Langkah ini pun dapat mendukung institusi finansial, pelaku usaha, dan pemerintah.
Mastercard juga mendukung konsumen dan pelaku bisnis dengan NuDetect. ”Kita bisa mengidentifikasi pengguna yang melakukan login dan transaksi. Dengan begitu, pelanggan akan terhindar dari pengambilalihan akun, screen scraping (melihat saat peng-input-an data rahasia), pengidentifikasian wajah, serta transaksi penipuan,” papar Agrian.
Perlindungan pelanggan dalam bertransaksi digital juga diberikan kepada para pelaku usaha kecil dan menengah dalam memulihkan bisnis yang terdampak pandemi Covid-19. Dukungan meliputi produk dan teknologi, wawasan dari data transaksi, keahlian dalam keamanan siber, jaringan global untuk memindahkan uang dan informasi, serta kemitraan multisektor yang mendalam.
”Kami juga akan memanfaatkan modal filantropis dari Mastercard Impact Fund. Langkah ini diambil untuk memberdayakan dan memungkinkan para pelaku usaha untuk kembali pulih dengan cepat, aman, bahkan meningkatkan usaha,” kata Agrian.