Ada perusahaan yang mulai berusaha mencari teknologi yang pas dengan masalah saat ini meski kebanyakan malah buru-buru memotong investasi teknologi sebagai bagian dari menekan biaya.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·3 menit baca
Krisis finansial tahun 2008 amat memukul dunia, tetapi pada saat yang sama, perusahaan teknologi bermunculan. Pengembangan mata uang kripto boleh dibilang muncul karena institusi moneter dan finansial tak terbukti kokoh. Mereka kemudian menciptakan mata uang yang terdesentralisasi. Akankah teknologi menjadi solusi di tengah ancaman resesi global dan inflasi yang sangat tinggi?
Perbincangan mengenai peran teknologi dan peran perusahaan teknologi di tengah kemungkinan krisis pada masa depan, secara khusus resesi, mulai bermunculan. Media bisnis dan inovasi, seperti Forbes, CNBC, Harvard Business Review, dan Fast Company, membahas soal ini. Bahkan, ada yang membuat diskusi secara khusus mengenai tema ini.
Ada perusahaan yang mulai berusaha mencari teknologi yang pas dengan masalah saat ini meski kebanyakan malah buru-buru memotong investasi teknologi sebagai bagian dari menekan biaya. Investasi teknologi sering kali menjadi korban pertama di tengah krisis. Perusahaan cenderung akan langsung memotong anggaran ini. Apalagi, kejadian saat ini, di mana harga saham teknologi anjlok dan dibayangi resesi, mengingatkan kejadian yang sama pada awal tahun 2000-an ketika kemudian muncul resesi tahun 2008.
Sejumlah kalangan mengingatkan, apabila langkah investasi teknologi itu diambil, maka merupakan kesalahan besar. Selama krisis karena pandemi, menurut CNBC, sejumlah perusahaan telah membuktikan berinvestasi dalam teknologi bukanlah biaya, melainkan menjadi pendorong bisnis dan pembeda. Teknologi menjadi faktor pemecah masalah.
Kini sejumlah perusahaan malah telah berani tidak menarik kembali dana yang dikucurkan dalam investasi teknologi terlepas dari prospek ekonomi yang tak menentu. Survei CNBC Technology Executive Council mengungkapkan lebih dari tiga perempat pemimpin teknologi mengharapkan organisasi mereka membelanjakan lebih banyak untuk teknologi pada tahun 2022. Teknologi diyakini akan dapat membantu mereka pada saat resesi. Beberapa teknologi itu antara lain kecerdasan buatan, robot, dan keamanan siber.
Analisis Vijay Govindarajan dan Anup Srivastava di Harvard Business Review, Juni lalu, mengingatkan bahwa dalam sejarah usai resesi selalu akan diikuti dengan ekonomi baru yang cerah. Usai perang dunia kedua, banyak negara kembali menjadi makmur. Oleh karena itu, penurunan harga saham perusahaan digital saat ini bukan berarti akhir dari revolusi digital. Hampir setiap perusahaan memiliki strategi digital yang terbukti memungkinkan perusahaan untuk menjalankan operasinya senormal mungkin selama pandemi Covid-19.
Survei CNBC Technology Executive Council mengungkapkan lebih dari tiga perempat pemimpin teknologi mengharapkan organisasi mereka membelanjakan lebih banyak untuk teknologi pada tahun 2022.
Mereka menyebutkan, manfaat strategi digital yang dipikirkan dengan matang dan terdokumentasi dengan baik adalah peningkatan visibilitas sumber daya dan manajemen sumber daya yang lebih baik, peningkatan fleksibilitas dan kelincahan organisasi, biaya lebih rendah, manajemen rantai pasokan yang lebih lancar, pengalaman pelanggan yang lebih baik, peningkatan produktivitas, pengembangan produk yang lebih cepat, dan perencanaan SDM yang unggul.
Penurunan harga saham perusahaan teknologi digital tidak berarti bahwa semua peristiwa di dalamnya tidak memberi manfaat sama sekali. Setidaknya, fenomena ini memberi pesan, saat ini malah bukan saatnya untuk memperlambat transformasi digital. Sebaliknya, inilah saatnya untuk mempercepat. Lingkungan yang bergejolak memunculkan lebih banyak tantangan yang dapat diatasi dengan transformasi digital serta peluang yang memfasilitasi transformasi digital. Banyak bukti selama krisis karena pandemi bahwa perusahaan yang sukses karena melakukan transformasi digital.
Kita tentu yakin, krisis berikutnya, yaitu resesi dan inflasi yang melonjak, akan menghasilkan talenta dan teknologi baru yang bisa menyelesaikan masalah. Perusahaan perlu yakin bahwa investasi teknologi akan menguntungkan kelak. Bukan malah main potong anggaran investasi teknologi.