RI Susun Rencana Aksi dengan AS dan Perkuat Kemudahan Pembiayaan
RI-AS menjajaki penyusunan rencana aksi bersama untuk meningkatkan perdagangan sebesar dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Kerja sama dengan BRI dan BNI cabang New York, AS, pun dilakukan.
Oleh
hendriyo widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia berkomitmen meningkatkan ekspor ke Amerika Serikat pasca-perpanjangan fasilitas pembebasan dan keringanan bea masuk atas barang-barang tertentu melalui sistem tarif preferensial atau GSP. Penjajakan penyusunan rencana aksi peningkatan perdagangan dilakukan serta fasilitas kemudahan transaksi dan pembiayaan bisnis pun diperkuat.
Pada 16-17 November 2020, Indonesia berkunjung ke AS guna meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Dalam rangkaian kunjungan itu, Kementerian Perdagangan membahas kemungkinan penyusunan rencana aksi bersama untuk meningkatkan perdagangan hingga dua kali lipat dalam lima tahun ke depan dengan Kementerian Perdagangan AS.
Dalam siaran pers, Sabtu (21/11/2020), Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional Arlinda mengatakan, Kementerian Perdagangan membahas penyusunan rencana tersebut bersama Wakil Menteri untuk Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan AS Joseph Semsar. Pembahasan dilakukan dalam pertemuan di Kedutaan Besar RI untuk AS di Washington DC pada 17 November 2020.
Gagasan ini sebelumnya pernah diangkat pada 2019, tetapi belum ditindaklanjuti karena kedua negara fokus pada penyelesaian GSP. Pada 2019, total perdagangan kedua negara sebesar 27,11 miliar dollar AS dan ditargetkan meningkat menjadi 60 miliar dollar AS dalam lima tahun ke depan.
”Indonesia-AS akan mengidentifikasi langkah-langkah konkret yang saling menguntungkan kedua negara. AS juga menyatakan terbuka kepada Indonesia untuk membagi pengalaman atau praktik terbaiknya mempromosikan produk-produk ekspor dan perdagangan digital,” kata Arlinda.
Indonesia-AS akan mengidentifikasi langkah-langkah konkret yang saling menguntungkan kedua negara.
Selain itu, Kementerian Perdagangan juga berupaya memfasilitasi kemudahan bisnis dan investasi pelaku usaha Indonesia-AS melalui dua bank milik negara yang memiliki cabang di New York, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kerja sama itu diimplementasikan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Los Angeles dengan BRI dan ITPC Chicago dengan BNI pada 19 November 2020.
Menurut Arlinda, kerja sama itu mencakup pemberian dukungan layanan perbankan terkait perdagangan, seperti pembiayaan dan transaksi pembayaran atau investasi. ”Pelaku usaha Indonesia dan AS diharapkan dapat memanfaatkan kemudahan ini dengan baik,” ujarnya.
Kepala ITPC Los Angeles Bayu Nugroho mengatakan, kerja sama ini diharapkan dapat dimanfaatkan para pelaku usaha untuk mendorong kinerja ekspor nasional. Adapun Kepala ITPC Chicago Billy Anugrah menambahkan, MOU dengan BNI merupakan kerja sama antara ITPC Chicago dan perbankan untuk kedua kalinya. Sebelumnya, ITPC Chicago bekerja sama dengan BRI pada 2019.
Sebelumnya, Duta Besar RI untuk AS Muhammad Lutfi mengatakan, perpanjangan GSP merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke AS. AS tengah menginvestigasi Vietnam atas dugaan manipulasi mata uang asing serta mencabut sejumlah pos tarif Thailand yang memperoleh fasilitas GSP.
”Artinya, kita dapat mengisi kekosongan dari kedua negara tersebut,” ujarnya dalam telekonferensi pers (Kompas, 12/11/2020).
Kementerian Perdagangan mencatat, dalam lima tahun terakhir (2015-2019), neraca perdagangan Indonesia selalu surplus terhadap AS dengan tren 4,68 persen. Pada 2019, neraca perdagangan Indonesia surplus 8,58 miliar dollar AS, meningkat 3,86 persen dari 2018 yang sebesar 8,26 miliar dollar AS.
Pada 2019, ekspor utama Indonesia ke AS antara lain udang beku, karet alam, alas kaki, ban, produk tekstil, dan ban. Sementara impor utama Indonesia dari AS antara lain kedelai, kapas, dan gandum.
Pada masa pandemi ini, ekspor perdagangan Indonesia ke AS tetap terjaga. Neraca perdagangan Indonesia terhadap AS pada Januari-September 2020 masih surplus 7,24 miliar dollar AS, naik 16,41 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.