HiPajak, aplikasi yang dikembangkan anak muda Indonesia, meraih juara pertama dalam kompetisi internasional Alibaba Global E-Commerce Talent (GET) Challenge 2020. Dengan HiPajak, mengurus pajak tanpa stres.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·5 menit baca
Harus diakui, pengurusan pajak di Indonesia kerap membuat stres. Banyak wajib pajak berurusan dengan pengadilan pajak karena masalah administrasi. Tak ingin pengalaman pahit itu dialami lebih banyak orang, Tracy Tardia (29) bersama tim PT investa Hipa Teknologi memberikan solusi lewat aplikasi HiPajak.
Karena masalah administrasi, Tracy sempat berurusan dengan pengadilan pajak ketika mengurus bisnis keluarganya tahun 2016-2017. Perusahaan dinilai belum menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak. Namun, Tracy tak bisa memberikan bukti pembayaran atau penyetoran pajak karena hilang.
”Kami dipanggil ke pengadilan pajak karena persoalan administrasi. Banyak uang dan waktu yang terbuang. Saat itu, saya berpikir seharusnya pajak tidak sesusah ini,” ujar Tracy, yang kini menjadi CEO and Founder HiPajak.
Di Indonesia, sistem pemungutan pajak mengharuskan wajib pajak menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang wajib dibayarkan. Sistem self assessment ini kerap membuat bingung. Banyak wajib pajak lebih pilih tidak melaksanakan kewajibannya karena alasan keribetan ini.
Sebagian wajib pajak yang patuh mencari konsultan untuk mengurus penyetoran dan pelaporan pajak. Namun, memilih konsultan bukan perkara mudah. Wajib pajak harus mencari konsultan tepercaya. Mereka juga harus merogoh kocek ekstra untuk membayar jasa konsultan di luar kewajiban pembayaran pajak.
Selesai bergelut dengan berbagai permasalahan pajak, Tracy mencari kawan untuk berbagi pengalaman dan solusi. Sistem kecerdasan buatan diyakini dapat menjembatani permasalahan antara wajib pajak dan regulasi pajak. Aplikasi HiPajak pun mulai dikembangkan pertengahan 2019.
Tracy menuturkan, proses paling rumit bukan pembuatan produk, melainkan penyusunan cetak biru sistem aplikasinya. Tim HiPajak secara khusus merekrut penulis kreatif atau content writer untuk menyederhanakan istilah-istilah pajak yang rumit menjadi kalimat sehari-hari agar mudah dipahami.
”Ketika pengguna membaca informasi di aplikasi HiPajak, mereka bisa langsung mengerti dan tidak harus buka kamus lagi,” kata Tracy.
Setelah menjalani berbagai uji coba dan pembaruan, aplikasi HiPajak resmi diluncurkan pada 29 Januari 2020. Aplikasi berbasis sistem kecerdasan buatan ini memiliki enam fitur utama, yaitu rekomendasi pajak, hitung pajak bulanan, buat draf surat pemberitahuan tahunan (SPT), curhat pajak, unduh SPT, dan pembayaran pajak.
Sejauh ini, aplikasi HiPajak sudah diunduh sekitar 30.000 pengguna di Google Play Store dan App Store. Menurut Tracy, sekitar 60 persen dari 30.000 pengunduh merupakan pengguna aktif. Mereka mayoritas generasi milenial yang baru merintis usaha kecil dan menengah (UKM) berbasis digital.
HiPajak mendapat respons positif dari para pengguna. Dalam ulasannya, Rendy Vadilla, salah satu pengguna, menilai aplikasi mudah dan sederhana. Konsultasi dan pembuatan electronic filing identification number (EFIN) juga cepat. Martinus Yudi menambahkan, fitur konsultasi HiPajak sangat membantu mereka yang belum mengerti pajak.
Kompetisi internasional
HiPajak dikembangkan untuk menyediakan solusi efektif dan memfasilitasi berbagai kebutuhan pengurusan pajak. Aplikasi digital ini menarget generasi milennial yang mayoritas wajib pajak orang pribadi nonkaryawan, pegiat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta pekerja industri kreatif.
Berbagai fitur HiPajak diharapkan mampu menghilangkan kesan pengurusan pajak yang sulit dan rumit. Dengan demikian, kesadaran dan rasa sukarela wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya juga dapat ditingkatkan. Semakin tinggi kesadaran wajib pajak, semakin besar pendapatan negara.
Aplikasi digital ini menarget generasi millennial yang mayoritas wajib pajak orang pribadi nonkaryawan, pegiat UMKM, serta pekerja industri kreatif.
Berbekal semangat melakukan perubahan, HiPajak menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi internasional Alibaba Global E-Commerce Talent (GET) Challenge 2020. HiPajak bersaing dengan sekitar 8.000 aplikasi lainnya dari 14 negara.
Tracy bersama Ricky Kurniawan dan Anissa Martriani dari tim HiPajak mendapat hadiah uang tunai senilai 100.000 RMB atau setara Rp 211 juta dan berkesempatan mengunjungi kantor pusat Alibaba di Hangzhou, China, termasuk mendapat sesi eksklusif bersama mentor Alibaba GET Network.
Menurut, Enda Nasution, CMO and Co-Founder Savana.id, dalam bincang bersama Juru Bicara Presiden RI Fadjroel Rachman, keberhasilan HiPajak menunjukkan Indonesia tidak kalah dengan negara lain dalam pengembangan teknologi digital. Peluang anak muda Indonesia untuk bersaing di tingkat global sangat terbuka.
HiPajak merupakan mitra resmi Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan (PJAP). Seluruh sistem HiPajak didukung oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, yang merupakan PJAP resmi yang terdaftar dalam Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Sejauh ini ada 14 PJAP yang terdaftar di DJP Kemenkeu. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2020, PJAP adalah pihak yang ditunjuk Dirjen Pajak untuk menyediakan jasa aplikasi perpajakan bagi wajib pajak. Aplikasi perpajakan itu terhubung langsung dengan sistem informasi DJP.
Dirjen Pajak Kemenkeu Suryo Utomo mengatakan, DJP bekerja sama dengan PJAP demi meningkatkan dan memperluas layanan kepada wajib pajak. Untuk menjamin keamanan, DJP hanya memilih PJAP yang memenuhi kriteria yang ditentukan melalui proses seleksi khusus.
Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun, dalam acara Alibaba GET Global Challenge 2020, September lalu, menuturkan, prestasi HiPajak tak terlepas dari hubungan diplomatik yang baik antara Indonesia dan China. Di tengah pandemi Covid-19, kerja sama internasional penting dalam mengembangkan ekonomi dan teknologi digital.
Geliat ekonomi digital di Indonesia cukup besar. Pada awal tahun 2020, tercatat ada lima perusahaan unicorn dan satu perusahaan decacorn. Sebagian perusahaan rintisan atau start-up asal Indonesia juga mendapat dukungan pembiayaan dan fasilitas dari perusahaan besar asal China, salah satunya Alibaba.
”Kerja sama yang kuat antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat akan mempercepat akselerasi ekonomi digital di Indonesia,” ujar Djauhari.
Indonesia butuh ide-ide kreatif generasi muda untuk menjawab permasalahan yang menahun, termasuk dalam pengurusan pajak. Tak jarang ide kreatif itu muncul dari pengalaman pahit yang bermetamorfosis menjadi solusi untuk banyak orang. Semoga enggak stres lagi ngurus pajak, ya!