Tantangan UMKM di Pasar Daring, Raih dan Jaga Kepercayaan Konsumen
Transformasi tidak berarti hanya masuk ke pasar digital, tetapi meraih dan menjaga kepercayaan konsumen daring. Situasi ini dihadapi oleh para pelaku UMKM yang tengah bertransformasi ke ranah digital.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemampuan bertahan pada masa pandemi Covid-19, termasuk melalui transformasi digital, dibutuhkan untuk menjamin keberlanjutan usaha mikro, kecil, dan menengah. Namun, transformasi tidak berarti hanya masuk ke pasar digital, tetapi meraih dan menjaga kepercayaan konsumen daring.
Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mesti didukung agar mampu membangun kepercayaan konsumen di pasar digital. Kepercayaan akan didapat apabila produk atau jasa yang dijual bermutu dengan harga kompetitif.
Demikian salah satu poin yang mengemuka dalam seminar daring yang digelar Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (Kopitu) bertajuk ”Reformasi Struktural: Akses Masuk Pasar Digital dan Pembiayaan Modal adalah Momentum Kebangkitan UMKM Indonesia di Saat Pandemi Covid-19”, Rabu (18/11/2020). Semintar digelar dalam rangkaian peringatan hari ulang tahun Kopitu.
”Kami menerima beberapa laporan adanya UMKM yang sudah mencoba masuk pasar digital ternyata barang yang mereka pasang selama enam bulan tidak kunjung laku,” kata Ketua Umum Kopitu Yoyok Pitoyo.
Menurut Yoyok, persaingan ketat terjadi karena para pelaku UMKM pun harus berhadapan dengan perusahaan besar, baik dari dalam maupun luar negeri, di pasar digital. Perusahaan manufaktur skala besar mampu menghasilkan produk dengan harga lebih kompetitif karena mengerjakannya secara massal.
Asisten Deputi Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Destri Ana Sari mengatakan, transformasi digital merupakan salah satu agenda reformasi struktural UMKM. Pada awal tahun 2020, tercatat baru sekitar 8 juta UMKM yang terhubung pasar digital.
Sementara itu, selama periode Mei-Oktober 2020, lewat Gerakan Bangga Buatan Indonesia, jumlah UMKM yang terhubung ke pasar digital bertambah 2,7 juta UMKM. ”Namun, onboarding saja memang tidak cukup,” ujarnya.
Pelaku usaha mikro, menurut Destri, akan kesulitan apabila berusaha secara sendiri-sendiri. Terkait dengan hal itu, konsolidasi bahan baku dan proses produksi dinilai dapat meningkatkan daya saing produk UMKM. Konsolidasi proses produksi tersebut dapat dilakukan, antara lain, melalui konsep dapur bersama atau factory sharing.
Kiat
SME Channel Sales Lead Blibli.com Agus Pribadi menuturkan, ada berbagai kiat bagi UMKM untuk membangun kepercayaan konsumen di pasar daring. Konsumen di pasar daring tidak dapat menyentuh atau merasakan produk secara langsung.
”Jadi, berikan gambar dan foto yang bagus dari sisi kanan, kiri, dan close up supaya pelanggan punya bayangan produk yang nantinya akan mereka beli,” ujar Agus.
Pelaku UMKM juga harus memastikan detail produk, seperti ukuran dan bahan. Ketersediaan stok juga menjadi hal penting yang tidak boleh dilalaikan pelaku UMKM.
Keterangan stok produk di marketplace (lokapasar) yang tidak diperbarui dapat mengecewakan pembeli ketika barang yang mereka pesan akhirnya tak dapat dikirim karena persediaannya habis. ”Kekecewaan pelanggan akan memunculkan ulasan kurang baik,” kata Agus.
Pelaku UMKM harus selalu berusaha mendapatkan ulasan positif mengenai layanan atau produk. Apalagi, kolom ulasan di pasar digital ibarat wajah toko yang akan dilihat dan menentukan keyakinan para calon pembeli. Pelaku UMKM juga harus selalu merespons cepat setiap pesanan pelanggan.
Sementara itu, Director of Government Affairs and Strategic Collaboration Grab Indonesia Uun Ainurrofiq menuturkan, dukungan Grab bagi UMKM, antara lain, diwujudkan melalui iklan gratis dan bazar daring, portal khusus UMKM, pelatihan dan seminar, serta platform digital.