Pemerintah Berupaya Jaga Ketersediaan Talenta Digital
Pemerintah menggandeng industri untuk pengembangan talenta digital melalui kerja sama pelatihan teknologi informasi dan komunikasi bagi dosen dan mahasiswa, program magang mahasiswa, dan bantuan penyelenggaraan riset.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga pendidikan formal, terutama perguruan tinggi, didorong mempersiapkan talenta untuk memenuhi kebutuhan industri yang telah terdisrupsi secara digital. Pemerintah pun menggandeng industri agar ketersediaan sumber daya manusia selaras dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam menyampaikan hal itu saat membuka webinar bertema ”Apa yang Generasi Z Harus Siapkan Sebelum Memasuki Dunia Teknologi?” dalam rangkaian Pekan Fintech Nasional 2020, Rabu (18/11/2020).
Nizam mengatakan, memasuk era Industri 4.0, perguruan tinggi perlu didorong untuk mempersiapkan talenta digital. Pasalnya, teknologi digital saat ini menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, selain fakta bahwa setiap aspek industri dan ekonomi telah terdisrupsi secara digital.
Kondisi tersebut membuat industri akan mencari talenta lulusan perguruan tinggi yang memiliki keahlian terhadap teknologi, sebagai contoh adalah ahli kecerdasan buatan. ”Kebutuhan akan talenta digital sangat tinggi, sementara sumber daya manusia kita sendiri belum banyak. Penguatan talenta digital menjadi suatu fokus untuk perngembangan ekonomi kita ke depan,” ujarnya.
Kementerian Pendidikan pun telah menggandeng industri untuk pengembangan talenta digital dalam negeri, melalui kerja sama yang meliputi pelatihan teknologi informasi dan komunikasi bagi dosen dan mahasiswa, program magang mahasiswa, serta bantuan dalam penyelenggaraan riset.
”Sejumlah perusahaan dan perguruan tinggi saat ini secara rutin telah melakukan riset bersama bidang teknologi informasi, big data (mahadata), kecerdasan buatan, dan komputasi awan,” ujarnya.
Sebagai contoh, Nizam menjelaskan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud tahun ini telah menandatangani nota kesepahaman untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan teknologi asal China, Huawei.
Kerja sama itu akan berlangsung selama dua tahun dengan target sedikitnya 800 perguruan tinggi partisipan. ”Kerja sama ini sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia ke depannya,” kata Nizam.
Agar semakin optimal dalam menelurkan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan industri, pemerintah mulai menyusun insentif pengurangan pajak bagi perusahaan yang menginvestasikan dana riset untuk perguruan tinggi ataupun menerima mahasiswa untuk magang.
Menurut rencana, jika ada sebuah perusahaan yang menerima mahasiswa untuk magang, perusahaan ini diberikan dua kali lipat dari dana yang digunakan untuk membiayai mahasiswa magang.
Pemerintah mulai menyusun insentif pengurangan pajak bagi perusahaan yang menginvestasikan dana riset untuk perguruan tinggi.
Sementara jika ada perusahaan yang menginvestasikan dana pada riset di perguruan tinggi, perusahaan itu akan mendapat keringanan pajak hingga tiga kali lipat.
Pengolahan data
Dalam kesempatan yang sama, Head of Public Policy & Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo menilai, dalam beberapa tahun ke depan, mahadata akan menjadi sesuatu yang berharga sehingga dibutuhkan sumber daya manusia berkompetensi untuk mengelola mahadata.
”National Data Science Challenge diadakan supaya jika nanti market platform di Indonesia semakin banyak, kita tidak perlu lagi impor data analis dari luar. Kita upayakan tenaganya ada di Indonesia, didikan Indonesia, dan sudah terbiasa melihat big data Indonesia,” tuturnya menambahkan.
Sebagai pelaku industri digital, lanjut Radityo, Shopee sangat bergantung pada sumber daya manusia yang berkompeten di dunia teknologi digital untuk memajukan bisnis. Sejumlah posisi yang menjadi fondasi penting bagi Shopee ataupun pelaku industri digital lainnya adalah data engineering, data science, dan data analitic.
”Kami melihat masih ada kesempatan untuk mengembangkan bersama edukasi dan pemberdayaan dari sumber daya manusia untuk pelaku pengolahan data,” ujarnya.
Dalam webinar bertema ”Sharia Fintech for Millennials”, CEO PT Alami Fintek Sharia, Dima Djani, mengatakan, dalam berinovasi dan mengembangkan bisnis, tekfin juga membutuhkan sumber daya manusia di bidang komunikasi yang kompetitif. Ini dibutuhkan agar kampanye perusahaan dapat dirasakan oleh publik.
”Menjadi beda saja tidak cukup untuk masuk dalam arena tekfin yang sangat kompetitif, apalagi banyak isu tekfin ilegal. Perusahaan tekfin perlu memiliki strategi komunikasi yang paling relevan dengan kondisi pasar,” ujarnya.
Dalam membangun Alami Sharia, lanjut Dima, memupuk kepercayaan publik sangatlah penting sehingga branding perusahaan perlu dijalankan sedini mungkin agar mampu menyampaikan komitmen jangka panjang untuk hadir dan melayani pasar syariah Indonesia.
”Melalui branding, baik di media sosial maupun media tradisional, Alami kini merasakan banyak kemudahan dalam berinteraksi, baik di level stakeholders, calon investor, maupun pelanggan,” ujarnya.