Kawasan Industri Berangsur Bangkit
Permintaan lahan industri oleh investor asing terus menguat sejalan dengan kebutuhan relokasi industri global. Serapan lahan oleh industri asing, antara lain, berkembang di wilayah Jabodetabek dan Jawa Tengah.
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan kawasan industri yang semula mengalami kontraksi akibat dampak pandemi Covid-19 kini berangsur membaik dengan tren tumbuh positif pada 2021. Permintaan kawasan industri yang progresif tecermin dari munculnya kawasan-kawasan industri baru.
Konsultan properti Knight Frank Indonesia mencatat penyerapan lahan kawasan industri di Jabodetabek selama Januari-September 2020 sebanyak 107 hektar (ha). Dari jumlah itu, serapan kawasan industri terbesar ada di Bekasi, Jawa Barat, sebesar 61,42 ha atau 57 persen dari total serapan.
Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat, Rabu (18/11/2020), mengatakan, permintaan lahan kawasan industri terus tumbuh dan diprediksi berlanjut pada 2021. Permintaan lahan kawasan industri antara lain berasal dari investor asing.
”Jika kami lihat, serapan (kawasan industri) sampai triwulan III-2020 cukup optimistis pergerakannya. Terlihat kawasan-kawasan industri yang baru rilis di koridor timur Greater Jakarta merepresentasikan permintaan yang tinggi dari sektor industri,” ujarnya dalam diskusi daring ”Indonesia Industrial Property Investment Guide 2021”di Jakarta.
Syarifah menambahkan, permintaan lahan industri oleh investor asing terus menguat sejalan dengan kebutuhan relokasi industri global yang cukup progresif. Permintaan di antaranya dari industri pusat data, elektronik, dan konsumsi produk-produk kebutuhan harian (FMCG). Serapan lahan oleh industri asing, antara lain, berkembang di wilayah Jabodetabek dan Jawa Tengah.
Permintaan lahan industri oleh investor asing terus menguat sejalan dengan kebutuhan relokasi industri global yang cukup progresif. Serapan lahan oleh industri asing, antara lain, berkembang di wilayah Jabodetabek dan Jawa Tengah.
Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat, terdapat 87 kawasan industri yang berpotensi menangkap peluang investasi dalam bidang industri. Di antaranya Jabodetabek, Semarang dan sekitarnya, Surabaya dan sekitarnya, serta Makassar.
Menurut Syarifah, perluasan kawasan industri Jabodetabek pada koridor barat dan timur, hingga ke Purwakarta dan Subang di Jawa Barat, memiliki peluang untuk menangkap relokasi industri global. Keberadaan infrastruktur penunjang di Patimban menjadikan Subang sebagai daerah unggul dengan akses kawasan industri. Patimban juga memiliki koneksi dengan perluasan kawasan industri baru yang dikembangkan seperti Batang, Brebes, dan Kendal.
”Ada beberapa pembicaraan yang menyatakan minat dan melihat lebih lanjut terkait potensi untuk menempati lokasi (kawasan industri) baru. Proses ini masih terus berjalan dan sudah terlihat dari awal pembicaraan dan negosiasi antar pihak,” tuturnya.
Partner Tuah & Suparto Advocates and Solicitors Andrew R Tuah mengemukakan, tren diversifikasi rantai suplai dan relokasi industri asing ke Indonesia dinilai tinggi. Indonesia dinilai masih memiliki prospek baik untuk investasi jangka panjang dengan kondisi lahan yang luas dan upah pekerja yang relatif bersaing. Kawasan industri di Batang, yang dikelola salah satu BUMN, kini sudah dibidik investor yang komitmen terhadap relokasi industri di kawasan industri baru itu.
Sebelum pandemi Covid-19, banyak investor asing melirik lahan industri di Indonesia, antara lain industri makanan dan minuman, ritel dan perdagangan. Namun, dampak pandemi Covid-19 menyebabkan sejumlah proyek besar tertunda akibat hambatan arus kas investor.
Baca juga: Pengangguran dan Kemiskinan Mengancam, Pilih Investasi Strategis
Kini, lanjut Andrew, investor asing mulai kembali mempelajari peluang investasi Indonesia, terutama dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Selain itu, pandemi Covid-19 juga menciptakan peluang baru bagi investor di bidang teknologi karena wilayah Indonesia luas.
”Saat ini, populasi masih terkonsentrasi di Jawa. Apabila mereka (investor) berani melihat di daerah lain di luar Jawa, kesempatan yang sangat baik,” ujarnya.
Baca juga: 38 Perusahaan Berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus Palu
Secara terpisah, Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Sanny Iskandar berpendapat, tren pengembangan kawasan industri terus membaik sejak triwulan III-2020. Hal itu sejalan dengan permintaan pasar yang mengindikasikan kegiatan industri mulai bergerak.
Permintaan lahan industri antara lain dari industri pusat data, makanan dan minuman, farmasi, barang konsumsi, serta komponen industri otomotif. ”Pengembangan kawasan industri tidak lepas dari permintaan kegiatan industri yang meningkat,” ujarnya.
Menurut Sanny, tren pengembangan kawasan industri dengan munculnya lokasi kawasan-kawasan industri baru sejalan dengan integrasi akses dan aset infrastruktur. Pengembangan kawasan industri ke koridor timur Jakarta, misalnya, ditunjang akses jalan Tol Cipali, jalur kereta cepat, dan kereta barang.
Sementara infrastruktur dasarnya mencakup Pelabuhan Patimban dan Bandar Udara Kertajati. Kelengkapan sarana dan prasarana juga mendorong kawasan dapat tumbuh menjadi kawasan metropolitan baru.
Upaya membidik industri untuk masuk ke kawasan industri baru memerlukan dukungan akses dan infrastruktur yang memadai, termasuk utilitas listrik sistem komunikasi, dan gas industri.
Upaya membidik industri untuk masuk ke kawasan industri baru memerlukan dukungan akses dan infrastruktur yang memadai, termasuk utilitas listrik sistem komunikasi dan gas industri. ”Di mana ada kawasan industri yang dikembangkan dengan sarana prasarana lengkap dan dikelola pengembang yang baik, investor pasti akan masuk ke situ,” tuturnya.
Kota mandiri
PT Suryacipta Swadaya (Suryacipta), anak usaha PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), menangkap peluang pertumbuhan kawasan industri dan potensi investasi tersebut. Oleh karena itu, Suryacipta mengembangkan kawasan kota mandiri Subang Smartpolitan seluas 2.700 hektar yang pembangunannya direncanakan terbagi dalam enam tahap.
Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk Johannes Suriadjaja mengemukakan, pembangunan tahap pertama kota mandiri itu meliputi lahan seluas 400 hektar, terdiri dari lahan industri, perumahan, area utilitas dan komersial. Proyek itu dinilai strategis karena terletak di kawasan bisnis dan ekonomi yang termasuk dalam kawasan Rebana Metropolitan serta dilengkapi pembangunan infrastruktur strategis, seperti jalan tol, bandar udara, dan pelabuhan laut.
Baca juga: Pelabuhan Patimban Diharapkan Topang Distribusi Barang
Rebana Metropolitan meliputi area di enam kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Sumedang, Subang, Majalengka, Indramayu, Kuningan, Cirebon, dan Kota Cirebon. Dalam waktu dekat, Subang akan semakin berkembang dengan beroperasinya Pelabuhan Patimban yang mendekatkan pusat produksi dengan pelabuhan sehingga menekan biaya logistik.
Johannes menambahkan, sejumlah investor sudah menyatakan tertarik mengembangkan bisnis di Subang Smartpolitan. Ditargetkan di kawasan itu akan hadir perusahaan multinasional di sektor otomotif, consumer goods, farmasi dan perlengkapan medis, IT, dan logistik.