BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 3,75 Persen
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan membaik pada triwulan IV-2020 dan meningkat pada 2021. Tingkat suku bunga rendah diharapkan bisa menopang percepatan pada pemulihan aktivitas ekonomi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semakin berkurangnya ketidakpastian yang hadir sebagai sentimen pasar keuangan membuat bank sentral memutuskan untuk kembali memangkas tingkat suku bunga acuan. Langkah ini juga dipilih untuk membantu mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), 18-19 November 2020, memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, dari 4 persen menjadi 3,75 persen. BI juga menurunkan suku bunga penyediaan dana rupiah (deposit facilty) menjadi 3 persen dan penempatan dana rupiah (lending facilty) menjadi 4,5 persen.
Gubernur BI Perry Warjiiyo, Kamis (19/11/2020), mengatakan, keputusan pemangkasan suku bunga acuan diambil dengan mempertimbangkan semakin surutnya ketidakpastian ekonomi global. Di samping itu, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2020 di sejumlah negara, termasuk Indonesia, juga semakin membaik.
”Indikator ekonomi menunjukkan perbaikan mulai dari sisi mobilitas masyarakat global, kinerja industri jasa dan manufaktur, hingga optimisme pelaku industri,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta.
Indikator ekonomi menunjukkan perbaikan mulai dari sisi mobilitas masyarakat global, kinerja industri jasa dan manufaktur, hingga optimisme pelaku industri.
Menurut Perry, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan membaik pada triwulan IV-2020 dan meningkat pada 2021. Proyeksi ini muncul dari keberlangsungan kebijakan moneter dan fiskal hingga program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
”Kondisi likuiditas tetap longgar sejalan dengan kebijakan moneter dan makroprudensial sehingga mendorong penurunan suku bunga untuk mendukung pembiayaan perekonomian,” ujarnya.
Hingga 17 November 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas perbankan melalui kebijakan pelonggaran kuantitatif sekitar Rp 680,89 triliun. Hal itu terutama bersumber dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp 155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp 510,09 triliun.
Aliran modal
Perry optimistis aliran modal asing akan semakin deras masuk ke Indonesia pada 2021. Sepanjang periode Oktober-November 2020, aliran modal asing yang masuk ke Tanah Air sebesar 3,68 miliar dollar AS.
”Aliran modal yang masuk ke negara-negara berkembang ,termasuk Indonesia, akan memperkuat stabilitas eksternal dan memperkuat nilai tukar,” ujar Perry.
Secara terpisah, ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengatakan, sejak awal November, nilai tukar rupiah mengalami penguatan signifikan sebesar 3,79 persen. Penguatan nilai tukar ditopang oleh masuknya modal asing, baik ke pasar saham maupun pasar obligasi.
”Masuknya aliran dana ke pasar keuangan Indonesia tidak lepas dari pengaruh sentimen di pasar keuangan global, seiring dengan progres pemilu presiden AS serta progres positif dari vaksin,” katanya.
Berdasarkan kurs nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada Kamis (19/11/2020) ada di level Rp 14.167 per dollar AS. Apabila dibandingkan dengan awal November 2020, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS telah menguat 551 poin.
Dalam kondisi normal, penurunan suku bunga acuan membuat selisih imbal hasil SBN suatu negara menipis jika dibandingkan dengan negara maju, yang pada gilirannya menekan harga surat utang.
Namun, lanjut Josua, di tengah ekspektasi banjir stimulus AS, investor serta para pelaku pasar di AS bakal membelanjakannya ke pasar negara-negara berkembang, salah satunya SBN Indonesia.