Sebanyak 70 Persen Banpres UMKM di Sumsel Telah Tersalurkan
Sekitar 70 persen dari total pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Sumsel telah menerima bantuan dari presiden. Bantuan tersebut diharapkan dapat kembali mendongkrak perekonomian daerah yang terpuruk.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sekitar 70 persen dari total pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Sumatera Selatan telah menerima bantuan dari presiden. Bantuan tersebut diharapkan dapat kembali mendongkrak perekonomian daerah yang sempat terpuruk akibat pandemi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Musiawati ketika dihubungi di Palembang, Selasa (17/11/2020), mengatakan, hingga kini ada sekitar 174.241 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Sumsel yang diusulkan sebagai penerima bantuan presiden (banpres). Dari jumlah tersebut, hingga November 2020, sebanyak 70 persen telah menerima bantuan berupa modal usaha sebesar Rp 2,4 juta.
Jumlah ini memang melebihi jumlah UMKM di Sumsel yang terdaftar per Juli 2020 sebanyak 163.522 pelaku. Tingginya usulan penerima bantuan itu kemungkinan berasal dari munculnya pelaku UMKM baru di saat pandemi. ”Kemungkinan besar pelaku UMKM baru itu merupakan korban pemutusan hubungan kerja,” ujar Musiawati.
Pelaku UMKM yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang hanya memiliki tabungan kurang dari Rp 2 juta, tidak memiliki pinjaman di bank, dan memiliki surat keterangan usaha. Penyaluran banpres dilakukan oleh pihak perbankan yang sudah ditunjuk pemerintah pusat. ”Dalam prosesnya kami juga akan memantau untuk memastikan uang itu benar-benar digunakan untuk usaha,” ucap Musiawati.
Jumlah penerima kemungkinan akan terus bertambah karena pemerintah kembali memperpanjang program banpres untuk UMKM ini hingga 26 November 2020. ”Dalam satu hari ada sekitar 100 pelaku UMKM yang diusulkan untuk menerima bantuan,” ucapnya.
Menurut Musiawati, sekitar 30.000 pelaku UMKM yang diusulkan menerima bantuan adalah mereka yang benar-benar terdampak. ”Bahkan, ada yang harus gulung tikar karena kekurangan modal,” ucapnya.
Adapun sektor UMKM di Sumsel yang paling terdampak pandemi adalah sektor kuliner. ”Hal ini sangat terasa pada awal pandemi karena banyak orang yang memilih tidak jajan makanan ke luar rumah karena takut tertular korona,” ucapnya.
Adanya bantuan dari pemerintah membuat pelaku UMKM berupaya kembali bangkit. Ada yang memulai usaha dengan produk yang sama, ada juga yang beralih ke produk lain. ”Misalnya dulu dia usaha kuliner sekarang beralih menjual masker,” ujarnya.
Secara terpisah, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru dalam acara Peluncuran Sistem Informasi Online Industri Kecil Menengah Sumsel di Palembang mengungkapkan, pemerintah daerah juga memberikan bantuan berupa Kredit Usaha Rakyat Daerah (KURDA) untuk membantu mereka yang ingin membuka usahanya kembali. ”Ada dana sekitar Rp 4,4 triliun yang dianggarkan. Hingga kini sekitar 50 persen sudah terserap,” ujarnya.
Menurut Herman, penguatan UMKM menjadi prioritas karena sektor ini adalah salah satu tiang perekonomian bangsa. Ada beberapa hal yang dibutuhkan pelaku UMKM saat ini, yakni permodalan, keterampilan, dan pemasaran. Oleh karena itu, pihaknya mendorong instansi terkait untuk membantu UMKM kembali membuka usahanya.
Penguatan UMKM menjadi prioritas karena sektor ini adalah salah satu tiang perekonomian bangsa. (Herman Deru)
Direktur Utama Bank Sumsel Babel Achmad Syamsudin dalam acara yang sama mengatakan, pihaknya hingga September 2020 sudah menyalurkan kredit mikro, kecil, dan menengah sekitar Rp 1,8 triliun. Dari dana itu, kredit usaha kecil yang disalurkan sebesar Rp 1,07 triliun, sementara untuk usaha mikro sebesar Rp 265 miliar dan usaha menengah Rp 545 miliar.
Achmad menambahkan, pihaknya lebih menyasar sektor pertanian dan perikanan dalam memberikan kredit, karena berdasarkan survei, kedua sektor ini perputarannya cukup cepat dan dinilai tidak terlalu terdampak pandemi.
Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumatera Selatan Hari Widodo mengatakan, saat pandemi sekitar 72,6 persen UMKM di Sumsel mengalami penurunan kinerja. Penurunan itu disebabkan oleh penurunan penjualan, kesulitan modal, dan kesulitan bahan baku.
Melihat hal ini, Hari mengimbau kepada setiap pelaku UMKM untuk memanfaatkan program relaksasi yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, pihak perbankan juga diminta aktif untuk melakukan jemput bola kepada UMKM yang terdampak.
Pelaku UMKM juga diharapkan terus berinovasi dan melakukan digitalisasi ekonomi untuk menghadapi tekanan permintaan. ”Adapun pemerintah juga diharapkan mampu menyerap produk UMKM dalam membelanjakan anggarannya,” ujar Hari.
Dengan mendorong UMKM, Hari optimistis kondisi perekonomian di Sumsel akan terus membaik. Hal ini terbukti dari peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumsel meski masih terkontraksi. Pada kuartal ketiga, pertumbuhan ekonomi Sumsel terkontraksi 1,40 persen, lebih baik dibandingkan dengan kuartal kedua dengan kontraksi 1,53 persen. ”Saya optimistis pada kuartal keempat pertumbuhan ekonomi Sumsel akan terus membaik,” ucap Hari.