Permintaan Pasar Dunia Meningkat, Ekspor Karet Sumut Naik
Ekspor karet remah dari Sumatera Utara pada Oktober mencapai 40.543 ton, meningkat 18,03 persen ketimbang bulan sebelumnya. Volume ekspor membaik setelah sempat anjlok hingga 14.975 ton pada Mei akibat pandemi Covid-19.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Ekspor karet remah dari Sumatera Utara pada Oktober mencapai 40.543 ton, meningkat 18,03 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Volume ekspor pada Oktober tertinggi sepanjang 2020 setelah sempat anjlok hingga 14.975 ton pada Mei akibat pandemi Covid-19.
”Peningkatan volume ekspor karet pada Oktober, antara lain, didorong kepanikan para pembeli karena produksi karet yang terus menurun hampir di semua sentra produksi di Indonesia,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah, Selasa (17/11/2020).
Edy mengatakan, volume ekspor karet Sumut pada Oktober meningkat 18,03 persen dari bulan September yang mencapai 34.351 ton. Namun, secara tahunan, volume ekspor karet pada periode Januari sampai Oktober 2020 masih 315.792 ton atau menurun 8,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menurut Edy, kepanikan pembeli, antara lain, tergambar dari ekspor karet ke Amerika Serikat yang meningkat pesat hampir 80 persen dari 4.286 ton pada September menjadi 7.628 ton pada Oktober. Amerika pun menjadi penyumbang utama peningkatan volume ekspor karet dari Sumut.
Adapun enam negara tujuan ekspor utama Sumut, yaitu Jepang yang menyumbang 19,11 persen volume ekspor, Amerika Serikat (19,06 persen), India (9,14 persen), Brasil (7,59 persen), China (6,76 persen), dan Turki (6,59 persen). Enam negara tersebut mencakup 68,24 persen dari semua ekspor karet dari Sumut.
Harga naik
Peningkatan karet di pasar dunia dan berkurangnya produksi pun membuat harga karet mulai meningkat. Harga karet jenis TSR 20 untuk pengapalan bulan Desember sudah mencapai 155,5 sen dollar AS, meningkat 3,13 sen dollar AS dibandingkan dengan Oktober. Pada Juli, harga karet sempat anjlok hingga 116,5 sen dollar AS.
”Peningkatan harga karet di pasar dunia pun membuat harga karet di tingkat petani ikut tergeret naik,” kata Edy. Menurut Edy, harga karet di salah satu unit pengolahan dan pemasaran bahan olah karet dengan kualitas yang bagus kini mencapai Rp 10.300 per kilogram. Harga tersebut meningkat setelah sempat anjlok hingga Rp 6.000 per kilogram.
Peningkatan harga karet di pasar dunia pun membuat harga karet di tingkat petani ikut tergeret naik.
Meningkatnya harga karet ini pun diharapkan bisa memacu gairah petani menyadap karet sehingga produksi bisa kembali ditingkatkan. Produksi dari petani sangat berpengaruh karena 85 persen produksi karet Indonesia dihasilkan petani.
Martiani Sebayang, petani karet di Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang, mengatakan, peningkatan harga karet di tingkat petani membuat mereka semakin bergairah menyadap karet. ”Mudah-mudahan harga karet bisa bertahan tinggi,” katanya.
Meski gairah petani meningkat, produksi belum bisa digenjot karena musim hujan. Saat hujan turun, petani tidak menyadap tanaman karetnya agar tidak rusak. Menurut Martiani, sejumlah petani sempat membiarkan tanamannya terbengkalai tidak disadap karena harga yang anjlok hingga di bawah Rp 5.000 per kg.
Petani juga kesulitan mencari tenaga kerja penyadap karet jika harga karet anjlok. Petani pun banyak yang beralih ke tanaman lain yang dinilai lebih menguntungkan.