Keseimbangan Bisnis dan Lingkungan Jadi Komitmen APRIL Group
Perusahaan perkebunan serat dan penghasil kertas, Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) Group, berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan perkebunan serat dan penghasil kertas, Asia Pacific Resources International Limited atau APRIL Group, berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan dana hasil bisnis dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, komitmen tersebut akan diimplementasikan secara berkelanjutan.
Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers, Selasa (17/11/2020), yang membahas agenda April2030 untuk sepuluh tahun ke depan. Anderson Tanoto, Direktur Royal Golden Eagle (RGE), induk usaha APRIL Group, mengatakan, agenda itu memiliki beberapa komitmen. Komitmen itu mulai dari menjaga iklim dengan mengurangi emisi karbon dan menggunakan sumber energi terbarukan.
Lalu, menghadirkan kemajuan inklusif bagi masyarakat di sekitar lokasi operasional perusahaan dengan menghapus kemiskinan ekstrem, mengentaskan stunting, membantu menyediakan layanan dasar, dan meningkatkan partisipasi perempuan. Kemudian, menjalankan perkebunan berkelanjutan dengan meningkatkan produktivitas penanaman dan mempraktikkan daur ulang.
”Langkah maju untuk menjalankan keberlanjutan ini tidak bisa menunggu. April2030 jadi komitmen kami untuk menghadirkan bisnis berkelanjutan,” kata putra Sukanto Tanoto tersebut.
Komitmen yang ditargetkan tercapai pada 2030 itu dijalankan dengan mengambil aksi global The Science Based Target Initiative menuju ekonomi rendah emisi karbon. Kerja sama dengan lembaga terkait juga direncanakan untuk melindungi satwa di area konservasi yang mereka miliki.
Tahun depan, mereka juga akan memasang sistem pembangkit listrik bertenaga matahari 20 megawatt yang ditargetkan selesai pada 2025. Instalasi panel surya itu disebut akan menjadi instalasi solar panel terbesar yang dibangun swasta. Untuk komitmen sosial, mereka menargetkan masyarakat yang tinggal dalam radius 50 kilometer dari lokasi perkebunan dan industri mereka, khususnya di Kerinci, Riau.
Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper, salah satu unit usaha APRIL Group, Sihol Aritonang mengatakan, komitmen itu membantu Indonesia menjalankan beberapa komitmen Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
”Dari 17 komitmen SDGs, kami pilih mana yang bisa diimplementasikan secara langsung terkait dengan operasi bisnis APRIL,” katanya.
Komitmen yang dipilih berkaitan dengan target konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanganan perubahan iklim, serta ekosistem daratan. Target-target tersebut, ia katakan, juga sudah didiskusikan dengan kementerian dan lembaga terkait.
Komitmen lanjutan
Pencanangan komitmen ini bukan pertama bagi APRIL Group. Pada tahun 2015, mereka meluncurkan komitmen yang disebut ”1 for 1”, di mana setiap ton kayu yang mereka hasilkan diganti dengan investasi untuk melestarikan lahan konservasi.
”Kami baru menjalankan komitmen ini 85 persen. Per hari ini, dari 450.000 hektar lahan produksi yang kami punya, yang sudah kami kelola 360.000 hektar untuk konservasi,” kata Sihol.
APRIL Group berkomitmen untuk terus menyediakan dana guna menjaga lahan konservasi yang terbilang tidak murah. Dana konservasi tersebut juga mereka dapatkan dengan meningkatkan produktivitas lahan perkebunan, mengandalkan manajemen perkebunan dan produksi berbasis teknologi dan sains.
”Kami yakin, bisnis maupun keberlanjutan bisa seiring dan sejalan,” ujarnya.
Ekonomi dan lingkungan merupakan dua sisi yang tak bisa ditepikan, termasuk dalam upaya meningkatkan daya saing daerah. Dalam konsep pembangunan daerah berkelanjutan, tingkat daya saing daerah yang tinggi idealnya berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) pada 2020 memaparkan, ada empat pilar yang vital bagi daya saing daerah berkelanjutan. Pilar itu adalah lingkungan lestari, ekonomi unggul, sosial inklusif, dan mutu tata kelola pemerintahan (Kompas, 12/11/2020).
Studi yang dilakukan KPPOD atas 356 kabupaten pada Januari-Juni lalu menunjukkan ada beberapa tipologi daya saing daerah. Kategori itu antara lain daerah dengan ekonomi yang unggul, tetapi memiliki persoalan kelestarian lingkungan. Kategori lainnya ialah daerah dengan kondisi ekonomi-sosial rata-rata, tetapi lingkungannya lestari.
Kajian Litbang Kompas juga melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kerusakan lingkungan. Sayangnya, kajian ini menunjukkan ada beberapa provinsi dengan kondisi perekonomian baik, tetapi Indeks Kualitas Lingkungan Hidup masuk dalam kategori ”sangat kurang baik” hingga ”kurang baik”.