Harga karet pada tingkat petani di sejumlah daerah di Kalimantan Barat sedikit meningkat dari semula Rp 6.000 per kg menjadi Rp 7.000-Rp 9.000 per kg, Selasa (17/11/2020).
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Harga karet pada tingkat petani di sejumlah daerah di Kalimantan Barat sedikit meningkat dari semula Rp 6.000 per kg menjadi Rp 7.000-Rp 9.000 per kg, Selasa (17/11/2020). Kenaikan dipicu permintaan di negara tujuan ekspor yang mulai meningkat.
Petani karet di Kabupaten Kapuas Hulu, Simu’ (40), Selasa (17/11/2020), menuturkan, harga karet di Desa Datah Diaan sedikit meningkat. Semula harga karet di tingkat petani Rp 6.000 per kg, kini menjadi Rp 7.000 per kg.
”Kenaikan harga tersebut sudah sekitar sebulan terakhir. Saya berharap harga bisa meningkat lagi berkisar Rp 8.000-Rp 9.000 per kg,” kata Simu’.
Jika harga karet bisa lebih mahal lagi, petani akan semakin semangat menyadap karet. Jangankan harga karet tinggi, waktu harga karet masih sangat anjlok saja masyarakat tetap menyadap karetnya karena masih banyak bergantung pada karet.
”Saya berharap harga karet bisa meningkat lagi. Sebab, jika sistemnya meminta orang menyadap karet di kebun saya, hasil penjualan harus dibagi dua dengan penyadap. Jadi, kalau kenaikan harga lebih tinggi, bagian untuk saya dan penyadap bisa lebih tinggi,” ungkapnya.
Dalam sehari, hasil sadapan di kabun karet milik Simu’ sekitar 10 kg. Jika harga bisa Rp 8.000-Rp 9.000 per kg saja, sebetulnya sangat membantu perekonomian di keluarga untuk memenuhi kebutuhan.
Saya berharap harga karet bisa meningkat lagi. Sebab, jika sistemnya meminta orang menyadap karet di kebun saya, hasil penjualan harus dibagi dua dengan penyadap. Jadi, kalau kenaikan harga lebih tinggi, bagian untuk saya dan penyadap bisa lebih tinggi. (Simu\')
Demikian juga di Kabupaten Sanggau. Andrio Sibi (58), petani karet di Dusun Jemongkok, Kecamatan Kembayan, menuturkan, harga karet di tingkat petani ada yang Rp 9.000 per kg. Itu sejak sebulan terakhir, sebelumnya Rp 7.000-Rp 8.000 per kg. Kalau ada petani yang bisa menjual di atas 100 kg, harganya bisa di atas Rp 9.000 per kg.
”Agak lumayan pendapatan petani. Hasil panen karet kami sehari 15 kg. Harapan petani, harga karet bisa Rp 10.000-Rp 11.000 per kg agar dapat semakin menikmati margin,” ujarnya.
Disabilitas harga
Meskipun harga sedikit meningkat, petani sebetulnya masih dihantui kekhawatiran terhadap stabilitas harga. Petani masih khawatir harga karet bisa-bisa anjlok lagi. Sebab, berdasarkan pengalaman yang lalu, harga karet tinggi tidak bertahan lama. Namun, ketika harga karet anjlok, kondisi tersebut bisa bertahan dalam rentang waktu lama.
”Oleh sebab itu, petani tidak berani menampung dalam jumlah ratusan kilogram,” ungkap Andrio.
Catatan Kompas, produktivitas petani karet di Kalbar rata-rata 600 kilogram per hektar (ha) per tahun. Berbeda jika dibandingkan dengan Thailand mencapai 1,8 ton per ha per tahun. Ada sekitar 300.000 petani di Kalbar bergantung pada karet. Petani karet selama bertahun-tahun jarang sekali menikmati harga karet yang tinggi. Kalaupun ada kenaikan harga biasanya tidak bertahan lama, setelah itu kembali anjlok.
Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Kalbar Jusdar Sutan menuturkan, harga karet di pasar internasional juga sedang naik. Harga karet pada April 1,04 dollar AS per kg naik menjadi 1,56 dollar AS per kg saat ini.
Demikian juga dengan harga karet di tingkat pabrik. Harga di tingkat pabrik meningkat dari Rp 13.000 per kg bokar dengan kadar karet kering (K3) 100 persen pada April menjadi Rp 19.000 per kg saat ini.
Jusdar menjelaskan, kenaikan harga komoditas karet tersebut dipicu perekonomian di China yang sudah mulai membaik dengan pertumbuhan ekonomi 3,2 persen pada kuartal II-2020 dan 4,9 persen pada kuartal III-2020. Negara-negara yang dulunya lockdown karena Covid-19, sudah membaik perekonomiannya sehingga permintaan karet alam juga meningkat.