Trade Expo Indonesia Catatkan Transaksi Senilai 678 ,1 Juta Dollar AS
Pameran perdagangan secara virtual diandalkan di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Minat pembeli tak surut kendati penyelenggaraan dilakukan secara virtual.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Trade Expo Indonesia ke-35 Virtual Exhibition mencatatkan transaksi sebesar 678,1 juta dollar AS atau setara Rp 9,5 triliun dari perdagangan barang, jasa, dan investasi. Pemerintah berkomitmen mengawal tindak lanjut peserta pameran perdagangan virtual dengan pembeli pascapenyelenggaraan yang berlangsung pada 10-16 November 2020.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Senin (16/11/2020), mengatakan, nilai transaksi TEI-VE 2020 berpotensi terus bertambah lantaran beberapa pembeli masih bernegosiasi dengan peserta pameran sampai batas penutupan pameran produk pada 10 Desember 2020. Jenis produk dengan nilai transaksi terbesar, antara lain, adalah kertas, kopi, komponen kendaraan, rempah-rempah, dan produk industri strategis.
”Selama penyelenggaraan TEI-VE 2020 tercatat ada 7.156 pengunjung yang mana pengunjung luar negeri sebanyak 3.230 orang dari 127 negara. Pameran ini diikuti 690 perusahaan dan mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai pameran produk ekspor terbanyak secara virtual,” ujarnya dalam pidato penutupan TEI-VE 2020 ke-35 yang disiarkan secara daring.
Jenis produk dengan nilai transaksi terbesar, antara lain, adalah kertas, kopi, komponen kendaraan, rempah-rempah, dan produk industri strategis.
Agus berharap peserta pameran terus menindaklanjuti kontak dagang setelah penyelenggaraan pameran usai. Pemerintah melalui perwakilan dagang luar negeri akan terus membantu mengawal tindak lanjut tersebut. Negara yang transaksi terbesar selama ajang trade expo ini adalah Jepang, Mesir, Australia, dan Belanda.
”Adapun di ajang temu bisnis TEI-VE 2020, ada 178 permintaan dengan nilai transaksi lebih dari 435.000 dollar AS. Jenis produk yang banyak diperjualbelikan adalah minyak kelapa sawit, makanan dan minuman, kosmetik, sayur dan buah segar, serta obat-obatan,” tuturnya.
Sektor elektronik
Pekan lalu, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan menggelar forum bisnis untuk meningkatkan kapasitas perusahaan dan eksportir Indonesia di sektor elektronik. Dalam ajang ini, Kementerian Perdagangan menggandeng Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan ASEAN Regional Integration Support-Indonesia Trade Support Facility (ARISE Plus Indonesia).
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan Muhri mengatakan, produk elektronik merupakan salah satu prioritas dalam peta jalan ”Making Indonesia 4.0”. Strategi yang dilakukan dalam peta jalan tersebut adalah mendorong masuknya investor global, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang kompeten, serta mendorong inovasi dan penggunaan teknologi.
”Hal ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan industri elektronik Indonesia terhadap impor komponen dan meningkatkan nilai tambah produksi lokal sehingga mampu menguasai pasar internasional,” ucap Kasan.
Produk elektronik merupakan salah satu prioritas dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor produk elektronik Indonesia periode Januari-September 2020 sebesar 8,02 miliar dollar AS. Nilai tersebut turun 1,88 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10,92 miliar dollar AS.
Negara tujuan ekspor utama adalah Amerika Serikat, Singapura, Jepang, China, dan Hong Kong. Penurunan nilai ekspor lebih banyak disebabkan berbagai keterbatasan akibat pandemi Covid-19.
Sementara itu, nilai impor produk elektronik Indonesia pada periode Januari-September 2020 mencapai 15,63 miliar dollar AS. Angka tersebut menunjukkan kebutuhan impor produk elektronik Indonesia cukup tinggi, khususnya untuk produk pesawat telepon, penerima dan transmisi (reception & transmission), bagian dari sirkuit elektronik, mesin pengolah data otomatis, serta perangkat komunikasi.