Masa pandemi justru menimbulkan gairah untuk berinovasi. Hal ini terjadi pada industri es krim.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Industri es krim di Indonesia sepertinya berjalan normal meski pasti ada kompetisi antarpemain. Kemudian, muncul produk dengan harga murah dua tahun lalu. Sebuah produk es krim muncul saat Asian Games 2018 dan mengguncang pasar. Semua berubah drastis!
Kini, kita bisa menemui es krim di berbagai tempat dengan harga yang sangat murah. Ukurannya bervariasi. Rasanya juga bermacam-macam dan bahan yang digunakan juga kadang tak lazim, melampaui pikiran kita. Sesungguhnya, guncangan dan inovasi di pasar es krim bermunculan sejak lama, bahkan sejak kelahiran es krim sekitar seratus tahun lalu.
Saat berbagai usaha ditutup akibat pandemi Covid-19, perusahaan yang menjual es krim malah menangguk untung besar. Penjualan produk ini di berbagai negara meningkat, seperti di Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Inggris.
Kenaikan terjadi karena es krim dipercaya bisa menundukkan perasaan negatif, seperti marah, kebosanan, dan kesepian.
Kesulitan akibat pandemi yang berakibat pada pembatasan dan pengurangan aktivitas temu muka lagi-lagi membuat membuat mereka berinovasi. Produk es krim bernama Bruster’s Real Ice Cream, seperti dikutip dari laman Restaurant Business, terkaget-kaget ketika pandemi muncul. Akan tetapi, kecemasan itu tidak lama. Mereka membuat promosi lokal yang kuat, membuat layanan jual dengan bilik kecil, dan membuka layanan pembelian khusus via mobil.
Kesulitan akibat pandemi yang berakibat pada pembatasan dan pengurangan aktivitas temu muka lagi-lagi membuat membuat mereka berinovasi.
Penjualan es krim itu langsung melonjak hingga 20 persen dalam tiga bulan. Pemiliknya memperkirakan, penjualan tahun ini akan lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu. Ia juga mengatakan, salah satu penyebab kenaikan penjualan karena es krim dipersepsikan sebagai makanan yang memberikan kenyamanan. Di tengah kecemasan dan ketakutan saat pandemi, es krim menyelesaikan masalah itu.
Fenomena ini muncul tak hanya di satu-dua negara, tetapi terjadi juga di berbagai tempat. Sebab, es krim telah menjadi makanan ringan dan mengglobal.
Menurut Euromonitor, penjualan beberapa merek es krim tidak kecil. Tahun ini, penjualan es krim dengan merek Magnum diperkirakan mencapai 3,8 miliar dollar AS, Cornetto 2,4 miliar dollar AS, dan General Mills 3,2 miliar dollar AS.
Di Inggris, menurut Financial Times, penjualan es krim melalui mobil sempat dilarang, tetapi kini diperbolehkan. Mereka yang kehilangan pembeli karena pembatasan berinovasi dengan membuat layanan pengantaran es krim ke rumah. Mereka juga menambah layanan dengan menjual berbagai produk beku, minuman, dan produk pertanian.
Unilever yang memiliki 35 merek es krim dan menguasai pasar global sekitar 19 persen juga kaget dengan kemunculan pandemi, tetapi kemudian berinovasi.
Salah satu tulisan di laman CNN Business menyebutkan, pembatasan dan karantina menyebabkan orang membeli es krim secara grosir. Mereka kemudian mempunyai ide membuat pasar baru, yaitu es krim berdasarkan permintaan.
Selama ini, mereka tidak terlalu sulit membuat inovasi. Kesuksesan salah satu merek mereka, yaitu Magnum, yang masuk ke pasar pada 1989 menjadi bukti inovasi besar. Melalui merek itu, Unilever berhasil mengubah persepsi bahwa es krim bukan hanya makanan anak-anak, melainkan juga makanan orang dewasa yang bisa dibeli di berbagai tempat.
Di masa pandemi kali ini, Unilever kembali berinovasi. Mereka mengeksplorasi rasa. Kadang kala, mereka menambahkan sedikit rasa tertentu, mengombinasikan ulang bahan-bahannya, atau mengubah kemasan. Mereka ingat pesan pendiri perusahaan es krim awal mereka, yaitu sebisa mungkin mudah diperoleh di mana-mana. Oleh karena itu, mereka berinovasi agar konsumen mudah mendapatkan es krim di tengah karantina dan pembatasan.
Salah satu langkah revolusioner di tengah pandemi adalah membuat es krim bukan hanya sebagai makanan ringan musim panas, melainkan juga makanan ringan segala waktu. Mereka meyakini konsumen membutuhkan itu dan kini urusannya adalah menemukan jalan untuk memenuhinya. Mereka juga telah membuat Ice Cream Now, perusahaan yang melayani pengiriman es krim ke rumah. Bisnis layanan ini melonjak saat pandemi.
Salah satu langkah revolusioner di tengah pandemi adalah membuat es krim bukan hanya sebagai makanan ringan musim panas, melainkan juga makanan ringan segala waktu.
Ketakutan es krim akan meleleh di perjalanan diselesaikan dengan menyediakan mesin pendingin tunggal. Untuk mempercepat pesanan, mereka juga telah membuat toko virtual. Uji coba ini telah dilakukan sejak 2016 dan kini mereka tinggal memetik hasilnya. Layanan ini ada di 100 kota di Inggris dan bekerja sama dengan sejumlah partner. Perusahaan lain juga mengadopsi layanan pengiriman es krim ke rumah dengan menambah penanganan, seperti pelapisan untuk mengurangi paparan panas sehingga es krim tak meleleh saat diantar.
Kisah es krim di tengah pandemi adalah sebuah berkah di tengah pandemi. Masa yang sulit malah menjadi gairah untuk berinovasi. Kisah ini juga telah menunjukkan kepada kita, inovasi bisa dilakukan, bahkan melampaui yang kita pikirkan. Ide es krim menjadi makanan ringan untuk segala musim telah menghancurkan salah satu mitos di dalam industri makanan dan minuman yang kadang terhambat karena musim.