Tak Cukup Hanya Kemudahan Akses, Keandalan Pasokan Juga Penting
Kemudahan mendapat akses listrik menjadi indikator penting dalam kemudahan berbisnis. Namun, pasokan listrik yang andal dan tidak ada pemadaman adalah hal yang juga tak kalah penting.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tahun ini, Indonesia berada di peringkat ke-33 dunia dalam hal kemudahan mendapat akses listrik dalam pemeringkatan yang dikeluarkan Bank Dunia. Posisi ini membaik dibandingkan dengan tahun 2015 yang berada di peringkat ke-75. Namun, kemudahan mendapat akses listrik harus dibarengi dengan keandalan pasokan.
Posisi Indonesia tepat di bawah Filipina yang menempati peringkat ke-32. Untuk kawasan ASEAN, peringkat tertinggi dipegang Malaysia (ke-4), diikuti Thailand (ke-6), Singapura (ke-19), dan Vietnam (ke-27). Adapun Timor Leste dan Myanmar masing-masing berada di peringkat ke-126 dan ke-148.
”Kemudahan mendapat akses listrik menjadi salah satu indikator perbaikan iklim investasi Indonesia,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi saat dihubungi, Minggu (15/11/2020).
Berdasarkan data Kementerian ESDM hingga Mei 2020, rasio elektrifikasi nasional mencapai 99,09 persen. Rasio elektrifikasi adalah perbandingan antara penduduk yang telah mengakses listrik dan jumlah populasi di suatu wilayah. Adapun kapasitas terpasang listrik nasional mencapai 70.900 megawatt (MW).
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai, kemudahan mendapat akses listrik memang membaik. Namun, keandalan pasokan listrik adalah hal yang tak kalah penting.
Kendati jaringan listrik telah menjangkau suatu wilayah, keandalan pasokan listrik adalah hal berikutnya yang didambakan pelanggan.
”Apa artinya kalau masih sering terjadi pemadaman bergilir? Apalagi, di daerah-daerah terpencil, pemadaman bisa berlangsung berjam-jam lamanya. Jadi, kemudahan terhadap akses listrik harus dibarengi dengan keandalan pasokan listrik,” ujar Tulus.
Kendati jaringan listrik telah menjangkau suatu wilayah, keandalan pasokan listrik adalah hal berikutnya yang didambakan pelanggan.
Sementara Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Bob Saril mengatakan, PLN terus memperkuat infrastruktur ketenagalistrikan untuk menambah ketersediaan dan keandalan pasokan listrik. Untuk gardu induk, misalnya, pada 2015 terdapat 1.599 gardu induk dengan kapasitas total 92.000 megavolt ampere (MVA) dan meningkat menjadi 146.000 MVA yang terdiri atas 2.161 gardu induk.
”Dari sisi jaringan listrik, pada 2015, panjang transmisi baru mencapai 41.000 kilometer sirkuit dan meningkat menjadi 60.000 kilometer sirkuit pada tahun ini,” ujarnya melalui siaran pers.
Bob menambahkan, PLN tak hanya memperkuat infrastruktur ketenagalistrikan di perkotaan, tetapi juga berkomitmen memperkuat di wilayah-wilayah pelosok Indonesia. Selain itu, untuk mempermudah pelayanan terhadap pelanggan secara langsung, PLN telah meluncurkan aplikasi berbasis digital yang diberi nama ”New PLN Mobile”. Pembelian token listrik, penambahan daya, pembayaran tagihan, sampai informasi gangguan atau pemeliharaan jaringan listrik disampaikan lewat aplikasi tersebut.
Kualitas listrik
Sebelumnya, dalam catatan Institute for Essential Services Reform (IESR), kualitas pasokan listrik di Indonesia belum merata kendati rasio elektrifikasi terus meningkat. Kualitas pasokan ini menyangkut kemampuan pasok tingkat daya listrik yang berbeda-beda antara suatu wilayah dan wilayah yang lain. Optimalisasi sumber energi terbarukan sesuai dengan potensi suatu wilayah bisa menjadi jalan keluar.
”Walaupun rasio elektrifikasi Indonesia hampir menyentuh 100 persen, kualitas listrik masih menjadi catatan penting bagi kami. Belum seluruh masyarakat mendapat akses listrik dengan kualitas seragam,” kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa.
Menurut Fabby, program elektrifikasi yang diluncurkan pemerintah pada umumnya masih menyediakan akses listrik dengan kualitas tier 1, seperti pada program pembagian LTSHE. Kategori ini adalah kategori untuk akses listrik dengan tingkat daya sangat rendah, yakni di bawah 50 watt. Tier 1 hanya cukup untuk penerangan lampu bohlam atau untuk pengisian daya perangkat telepon seluler.
”Sementara masyarakat yang mendapat aliran listrik dari pembangkit PLN sebagian besar mendapat akses listrik dengan kualitas tier 4 (800-2.000 watt), bahkan tier 5 (di atas 2.000 watt). Perbedaan ini dapat memengaruhi manfaat dan efektivitas listrik yang diterima masyarakat yang terkait dengan produktivitas ekonomi,” ujar Fabby.
Salah satu upaya meningkatkan pasokan dan memperbaiki kualitas akses listrik di Indonesia adalah dengan mengoptimalkan sumber energi terbarukan di setiap wilayah.
Salah satu upaya meningkatkan pasokan dan memperbaiki kualitas akses listrik di Indonesia adalah dengan mengoptimalkan sumber energi terbarukan di setiap wilayah. Sumber energi terbarukan tersebut antara lain tenaga surya, bayu, atau tenaga mikrohidro. Walaupun potensi energi terbarukan di Indonesia besar, pemanfaatannya belum optimal.