Tekfin Diyakini Berkontribusi dalam Pemulihan Ekonomi
Teknologi finansial diyakini akan meningkatkan perannya dalam perekonomian Indonesia.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri teknologi finansial menjadi salah satu tumpuan harapan untuk membantu Indonesia keluar dari krisis akibat pandemi Covid-19. Roda ekonomi yang kembali berputar akibat dorongan tekfin dapat menekan risiko penambahan jumlah pengangguran terbuka akibat pandemi.
”Pemerintah melihat tekfin bisa diharapkan untuk menjawab tantangan pengangguran terbuka. Di masa mendatang, tekfin akan terus berperan penting dalam perekonomian Indonesia,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Indonesia Fintech Summit 2020, Rabu (11/11/2020).
Menurut dia, kehadiran tekfin mampu mencukupi kebutuhan pembiayaan serta permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan kewirausahaan.
Saat ini, lanjut Airlangga, tekfin merupakan salah satu sektor paling dinamis, kompetitif, dan menjadi bagian penting dalam pemulihan ekonomi nasional.
Pada 2019, dalam laporan Google, Temasek, dan Bain & Co, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia paling cepat di Asia Tenggara. Hal ini antara lain ditunjukkan melalui kemunculan empat unicorn perusahaan tekfin di Indonesia yang masing-masing memiliki valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS. Selain itu, ada satu decacorn dengan nilai valuasi lebih dari 10 miliar dollar AS.
Terkait potensi ekonomi, hasil riset yang sama menunjukkan, pada 2019 peran tekfin di Indonesia mencapai 40 miliar dollar AS. Nilai itu tumbuh 50 persen secara tahunan, bahkan diperkirakan lebih dari 100 miliar dollar AS pada 2025.
”Dengan kolaborasi lintas sektoral yang efektif, kami berharap dapat membangun sekaligus menumbuhkan perekonomian nasional,” kata Airlangga.
Dia mengakui, geliat industri tekfin juga berperan penting dalam pencapaian indeks inklusi keuangan, yang menurut survei Otoritas Jasa Keuangan pada 2019 sebesar 76,19 persen. Penetrasi tekfin pada tahun-tahun mendatang diperkirakan membuat indeks inklusi keuangan yang ditargetkan pemerintah sebesar 90 persen pada 2024 terlampaui.
Geliat industri tekfin juga berperan penting dalam pencapaian indeks inklusi keuangan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai, digitalisasi merupakan kunci sumber perekonomian Indonesia di masa mendatang. Bank sentral telah menyambut digitalisasi dengan menerapkan transformasi digital, khususnya di bidang sistem pembayaran.
”Salah satu hal yang kami lakukan adalah mendorong penggunaan Standar Kode Baca Cepat Indonesia atau QRIS. Hingga saat ini sudah lebih dari 5 juta pelaku ritel tersambung dengan QRIS,” kata Perry.
Bank Indonesia, tambah Perry, juga mendorong perbankan untuk menerapkan digitalisasi layanan sehingga BI dapat mengembangkan layanan perbankan terbuka melalui kolaborasi dengan perusahaan tekfin. Dalam proses ini, BI berusaha menerapkan standar apliasi program antarmuka (application programming interface/API).
Alternatif
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengungkapkan, tekfin dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang belum bisa mengakses layanan keuangan akibat kendala fisik dan geografis.
”Perbankan tidak perlu membuka cabang di daerah-daerah. Platform digital sudah menjangkau ke mana-mana. Bahkan, dalam penyaluran bantuan sosial di daerah sudah menggunakan platform digital,” kata Wimboh.
Ia mengklaim pengaturan industri keuangan di masa mendatang akan mengadopsi prinsip peraturan progresif untuk meningkatkan mitigasi risiko. Ia juga memastikan, OJK tidak akan menghambat pengembangan teknologi di industri jasa keuangan.
Platform digital sudah menjangkau ke mana-mana.
Dalam Diskusi ”Get Up, Stand Up: Fintech Initiatives in Supporting Indonesia’s Economic Recovery” dalam rangkaian Indonesia Fintech Summit 2020, Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi optimistis tekfin bisa menjadi lokomotif pemulihan ekonomi RI.
”Tekfin mampu mendorong sektor lain untuk bangkit, berdiri, dan melompat dari kondisi pandemi. Kerja tekfin cepat, lincah, dan terdepan, terutama dalam pemulihan usaha-usaha mikro,” kata Adrian.
Pada kesempatan yang sama, Sekjen Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Karaniya Dharmasaputra menambahkan, saat ini tekfin tidak hanya fokus pada bisnis, tetapi juga mendorong perkembangan ekonomi.