Konsolidasi menguatkan peran BUMN di sektor pangan dalam berkontribusi bagi negara. Utamanya adalah untuk mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus mematangkan dan mengonsolidasikan sejumlah badan usaha milik negara atau BUMN yang bergerak di bidang pangan. Konsolidasi BUMN-BUMN ini diharapkan dapat menyokong ketahanan pangan.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud menyatakan, konsolidasi menguatkan peran BUMN di sektor pangan dalam berkontribusi bagi negara. ”Utamanya, untuk mewujudkan ketahanan pangan ataupun meningkatkan kesejahteraan rakyat,” ujarnya dalam forum diskusi kelompok terfokus (FGD) ”Konsolidasi BUMN Pangan” bersama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI melalui siaran pers, Kamis (12/11/2020).
Menurut Musdhalifah, konsolidasi BUMN pangan juga sebaiknya menggandeng kementerian dan lembaga terkait. Kerja sama dengan swasta pun patut diupayakan agar memunculkan inisiatif-inisiatif dalam ketahanan pangan nasional.
Selain swasta dan pemerintah, BUMN pangan mesti melibatkan petani sebagai salah satu komponen utama dalam mendorong pembangunan. Dia mendukung konsolidasi BUMN pangan karena sudah dipertimbangkan dari berbagai aspek.
”RNI dapat merangkul BUMN di bidang pangan lainnya. Dengan demikian, konsolidasi tersebut dapat membantu mewujudkan target-target yang berkaitan dengan ketahanan pangan,” ujarnya.
Konsolidasi menguatkan peran BUMN di sektor pangan dalam berkontribusi bagi negara. Utamanya adalah untuk mewujudkan ketahanan pangan ataupun meningkatkan kesejahteraan rakyat.
BUMN pangan yang diketuai PT RNI ini beranggotakan PT Sang Hyang Seri (Persero), PT Pertani (Persero), PT Perikanan Nusantara (Persero), Perum Perikanan Indonesia, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), PT Berdikari (Persero), dan PT Bhanda Ghara Reksa Logistik. Pada akhir tahun ini, perusahaan-perusahaan berpelat merah itu ditargetkan menjadi holding pangan.
PT Industri Nabati Lestari telah memasarkan 95 persen dari total produksi ke mancanegara. Anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei ini memproduksi turunan minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Direktur PT Industri Nabati Lestari Hasyim Toriq memaparkan, total nilai penjualan telah mencapai sekitar Rp 2,8 triliun dengan volume sebanyak 315.000 ton sepanjang Januari-September 2020. Penjualan tersebut ditopang oleh produksi kilang CPO olah sebesar 330.000 ton dengan produk refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), palm fatty acid distillate (PFAD), olein, dan stearin.
Ekspor dan penjualan tersebut menyasar Bangladesh, Kroasia, India, Mauritius, Pakistan, Nigeria, China, Sudan, Jordania, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Djibouti, Amerika Serikat, Malaysia, Latakia, Sri Lanka, Tanzania, Mozambique, Iran, Ludhiana, dan Senegal. PT Industri Nabati Lestari telah beroperasi dan menjual produknya sejak 28 Februari 2019.
Ekspor dan penjualan tersebut menyasar Bangladesh, Kroasia, India, Mauritius, Pakistan, Nigeria, China, Sudan, Jordania, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Dijbouti, Amerika Serikat, Malaysia, Latakia, Sri Lanka, Tanzania, Mozambique, Iran, Ludhiana, dan Senegal.
Selain di kancah global, PT Industri Nabati Lestari juga memproduksi minyak goreng untuk mengisi pasar domestik. ”Kami akan segera meluncurkan minyak goreng (bermerek) Malico yang dipasarkan pada segmentasi menengah ke bawah dengan kemasan pillow pack pada Desember 2020,” kata Hasyim melalui siaran pers.
Sebelum Malico, PT Industri Nabati Lestari telah memproduksi dan memasarkan minyak goreng dengan jenama Salvaco yang ditargetkan untuk masyarakat kelas menengah ke atas. Total produksi minyak goreng ritel yang telah dihasilkan perusahaan mencapai 3.868 ton dengan nilai penjualan sebesar Rp 42,84 miliar.
Hingga saat ini, minyak goreng Salvaco dipasarkan Sumatera Utara, Aceh, dan Riau melalui kemitraan dengan 12 perusahaan distributor. Dia menargetkan area pemasaran tersebut meluas hingga seluruh Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali pada 2021.
Selama pandemi Covid-19, PT Industri Nabati Lestari telah menyerap 218 tenaga kerja. Sebanyak 60 persen di antaranya merupakan tenaga kerja lokal atau berasal dari kabupaten area kerja dan daerah penyangga.