Peran para agen penjual di luar negeri dinilai semakin penting karena pandemi Covid-19 membuat perhelatan pameran terbatas. Pembeli tidak mendapat pengalaman jual-beli secara nyata dan interaktif lewat pameran virtual.
Oleh
Agnes Theodora
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pameran perdagangan Trade Expo Indonesia 2020 yang diselenggarakan secara virtual di tengah pandemi Covid-19 membawa peluang sekaligus tantangan. Pengalaman aktivitas jual-beli yang terbatas membutuhkan peran aktif para perwakilan Indonesia di luar negeri untuk menjadi agen penjual yang lebih proaktif dan agresif bernegosiasi.
Transaksi penjualan dalam Trade Expo Indonesia (TEI) 2020 ditargetkan mencapai 1 miliar dollar AS dengan 3.870 calon pembeli dari 109 negara. Target itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan capaian TEI 2019, yakni 10,96 miliar dollar AS. Kendati demikian, antusiasme pelaku usaha tetap tinggi. Jumlah partisipan membeludak dua kali lipat, yakni 690 pelaku usaha, dari target awal 300 pelaku usaha.
Presiden Joko Widodo saat membuka TEI 2020, Selasa (10/11/2020), mengatakan, meskipun dilakukan di tengah pandemi dan iklim perdagangan global yang berat, pameran dagang TEI 2020 jangan hanya seremonial semata, tetapi harus menghasilkan transaksi ekspor yang tinggi dan menggerakkan roda perekonomian nasional.
”Semua pihak, eksportir, semua pejabat di Kementerian Perdagangan, para gubernur, sampai perwakilan Indonesia di luar negeri, harus bergerak lebih cepat, solid, dan terpadu. Lakukan lebih banyak eksekusi, jangan hanya rencana,” kata Presiden.
Menurut Presiden, perwakilan Indonesia di luar negeri, seperti para duta besar, atase perdagangan, dan Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (Indonesia Trade Promotion Center), harus lebih proaktif dalam mempromosikan dan menjual produk Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor.
”Jangan hanya pasif dan menunggu. Tawarkan semua potensi yang kita miliki, jangan business as usual. Tingkatkan transaksi ekspor, tidak hanya memasarkan, tetapi juga bernegosiasi, menjual, dan bisa memutuskan harga,” kata Presiden.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi juga mengingatkan agar Indonesia terus bergerak aktif mencari pasar ekspor baru dan menggarap pasar nontradisional dengan strategi baru. Pendekatan baru serta target capaian yang melibatkan pelaku usaha kecil dan menengah dalam negeri harus ditempuh.
Presiden mengingatkan agar Indonesia bergerak aktif mencari pasar ekspor baru dan menggarap pasar nontradisional dengan strategi baru.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), selama 15 tahun terakhir, pasar ekspor Indonesia terhitung stagnan. Negara tujuan ekspor terbesar Indonesia berkisar antara Amerika Serikat, China, Jepang, Singapura, ditambah India dan Korea Selatan secara bergantian. Kelima negara tujuan ini menampung separuh dari transaksi ekspor Indonesia dari tahun ke tahun.
Pada 2019, ekspor ke China, AS, Jepang, Singapura, dan India mencakup 51,7 persen dari total perdagangan ekspor Indonesia. Lima tahun sebelumnya, pada 2014, ekspor ke Jepang, China, Singapura, AS, dan India mencakup 49,3 persen.
Sebagaimana ekspor, negara asal impor terbesar Indonesia juga tidak berubah dalam 15 tahun terakhir, berkisar pada Amerika Serikat, China, Jepang, Singapura, ditambah Thailand dan Malaysia secara berselingan.
Adapun secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari-September 2020 mencapai 117,19 miliar dollar AS atau menurun 5,81 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Ekspor nonmigas pada periode tersebut juga menurun 3,82 persen atau senilai 111,25 miliar dollar AS.
Meski demikian, di tengah pandemi Covid-19, kinerja ekspor Indonesia tetap meningkat secara bulanan (month to month). Dari sisi volume, ekspor Indonesia pada September 2020 meningkat 1,38 persen dibandingkan dengan Agustus 2020 meski secara kumulatif volume ekspor Januari-September 2020 turun 12,14 persen dibandingkan dengan Januari-September 2019.
Teknik menjual
Menurut Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno, agen-agen perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri masih kurang proaktif dan agresif dalam menjual. ”Biasanya kita pasif menunggu sampai ada pembeli dari negara lain yang tertarik mau membeli. Makanya, jumlah pembeli tidak banyak bertambah dan selama ini pasar ekspor kita stagnan di situ-situ saja,” kata Benny.
Peran para agen penjual di luar negeri itu menjadi semakin penting karena pandemi membuat perhelatan pameran terbatas. Pembeli tidak mendapat pengalaman jual-beli secara nyata dan interaktif. Meskipun ide menjalankan pameran secara virtual dinilainya baik untuk mengumumkan kepada dunia bahwa Indonesia masih aktif memproduksi barang, aktivitas jual-beli yang berbeda dinilainya bisa memengaruhi hasil akhir.
”Beberapa produk itu tetap butuh interaksi langsung. Sebagai contoh, produk fashion atau furnitur, kainnya harus dipegang, furniturnya harus diduduki, sebelum membeli. Dengan virtual, memang lebih menantang. Karena itu, peran perwakilan luar negeri jadi penting. Harus berani gerak aktif, bernegosiasi, berdiplomasi, dan memberi sampel. No sample, no business,” katanya.
Perjanjian dagang
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto optimistis, pameran TEI 2020 virtual dapat memberi kontribusi pada peningkatan ekspor meski capaiannya diakui akan sulit menandingi hasil penyelenggaraan TEI 2019. Pameran ini diyakini hadir untuk menjembatani para eksportir, baik berskala UKM maupun besar, dengan mitra bisnis di seluruh dunia meski ruang gerak terbatas secara fisik.
Untuk mendongkrak ekspor, Kementerian Perdagangan tengah menyelesaikan beberapa perjanjian dagang dengan negara mitra. Dalam waktu dekat, pada 15 November 2020, perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang melibatkan 10 negara ASEAN serta China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru akan diteken.
Bagi Indonesia, kemitraan dagang dengan ASEAN dinilai masih strategis. Negara anggota ASEAN merupakan mitra dagang utama Indonesia, khususnya sebagai negara tujuan ekspor. Total nilai perdagangan barang Indonesia-ASEAN pada 2019 tercatat 55,72 miliar dollar AS, lebih kecil 1,22 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.
Nilai ekspor Indonesia ke ASEAN pada tahun 2019 mencapai 41,79 miliar dollar AS atau meningkat 6,42 persen dibandingkan dengan tahun 2018. Sementara nilai impor Indonesia dari ASEAN pada 2019 mencapai 13,93 miliar dollar AS atau turun 3,87 persen dibandingkan dengan 2018.
Selama pandemi, tren ekspor nonmigas Indonesia ke ASEAN terus meningkat. Sepanjang Januari-September 2020, ekspor nonmigas Indonesia ke ASEAN tercatat meningkat senilai 23,42 miliar dollar AS dengan pangsa 21,06 persen. ”Kami masih akan bekerja keras untuk menindaklanjuti perjanjian perdagangan internasional dengan negara mitra dagang lainnya,” kata Agus.
Kami masih akan bekerja keras untuk menindaklanjuti perjanjian perdagangan internasional dengan negara mitra dagang lainnya.
Beberapa kebijakan untuk mendongkrak ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan yang telah dilaksanakan Kementerian Perdagangan akan dipertahankan, antara lain relaksasi kebijakan ekspor-impor yang berorientasi ekspor, kemudahan pelayanan surat keterangan asal barang ekspor, percepatan layanan ekspor-impor, serta pengawasan perdagangan dan lalu lintas barang melalui National Logistic Ecosystem (NLE).
”Upaya kolaboratif dari berbagai pihak sejauh ini telah mampu menekan laju penurunan ekspor sejak Mei 2020 hingga sekarang,” kata Agus.