Mendorong Bisnis Sektor Ritel lewat Perdagangan secara Elektronik
Pemerintah mendukung bisnis ritel untuk terus beraktivitas pada masa pandemi Covid-19. Dukungan ini juga untuk memacu konsumsi masyarakat yang berperan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
Tampilan layar saat Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menjadi pembicara kunci pada seminar dalam jaringan Hari Ritel Nasional: Optimizing National Market for Global Experience, Rabu (11/11/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mengakselerasi pergeseran pola konsumsi masyarakat dari luar jaringan ke dalam jaringan. Untuk mengakomodasi perubahan itu, sektor ritel didorong bertransformasi ke layanan digital.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebutkan, perdagangan secara elektronik mesti dimanfaatkan para peritel untuk menjaga kinerja dan mengembangkan bisnis.
Pemerintah, kata Agus, mendukung pertumbuhan bisnis ritel, termasuk pada masa pandemi Covid-19. Caranya, dengan membuka kegiatan perdagangan dengan dibarengi penerapan protokol kesehatan yang ketat.
”(Hal ini) karena kita tidak bisa bersembunyi terus-menerus dari pandemi dan ekonomi turun,” kata Agus dalam seminar Hari Ritel Nasional: Optimizing National Market for Global Experience, Rabu (11/11/2020), secara dalam jaringan.
Konsumsi rumah tangga berperan 57,31 persen dalam produk domestik bruto (PDB) berdasarkan pengeluaran Indonesia pada triwulan III-2020. Dengan peran sebesar itu, kinerja konsumsi rumah tangga berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Perdagangan secara elektronik mesti dimanfaatkan para peritel untuk menjaga kinerja dan mengembangkan bisnis.
Pada triwulan III-2010, konsumsi rumah tangga tumbuh minus 4,04 persen. Adapun perekonomian RI tumbuh minus 3,49 persen.
Kompas
Ritel Nasional : Optimizing National Market for Global Experience
Di sesi diskusi, Executive Director Nielsen Indonesia Wiwy Sasongko menuturkan, kepercayaan konsumen selama pandemi Covid-19 merosot sejak April 2020. ”Mereka khawatir pendapatan mereka apakah akan sama dengan sebelumnya. Mereka juga khawatir dengan keamanan pekerjaan mereka,” kata Wiwy.
Kepercayaan konsumen selama pandemi Covid-19 merosot sejak April 2020.
Kedua kekhawatiran itu membuat konsumen menunda konsumsi sehingga bisnis ritel melorot. Pembukaan aktivitas ekonomi dinilai akan membantu konsumen lebih percaya diri untuk kembali berbelanja. ”Kuncinya adalah ekonomi harus secara kontinu dibuka. Tidak bisa buka-tutup,” ujar Wiwy.
Konsistensi pembukaan ekonomi terkait dengan kecepatan pemulihan bisnis ritel. Peritel juga perlu memfokuskan perhatian pada aspek digitalisasi, promosi, penyesuaian barang sesuai dengan kebutuhan konsumen, dan optimalisasi stok.
”Kami optimistis pertumbuhan ritel modern pada 2021 akan lebih baik dibandingkan dengan 2020,” kata Wiwy.
Pertumbuhan ritel lebih tinggi, menurut Wiwy, akan mulai terlihat pada triwulan II-2021 karena ada periode Lebaran. Rencana pemerintah mulai memberikan vaksin pada akhir 2020 atau pada awal 2021 juga dapat membantu memperlancar kegiatan ekonomi.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, pelaku bisnis ritel tidak akan berhenti bergerak, termasuk pada saat pandemi Covid-19, demi turut memulihkan perekonomian nasional.(CAS)