Menumbuhkan Kepercayaan, Tantangan Industri Penerbangan
Pandemi Covid-19 menyebabkan industri penerbangan terpukul. Perlu usaha bersama untuk memulihkan kembali kepercayaan publik untuk menggunakan pesawat udara sebagai pilihan sarana transportasi.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya menumbuhkan kepercayaan masyarakat pengguna jasa transportasi udara dinilai menjadi hal yang paling menantang untuk memulihkan industri penerbangan yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Selain tetap menerapkan protokol kesehatan, dukungan sektor pariwisata serta insentif dari pemerintah dapat membantu pemulihan kendati belum signifikan.
Dari jasa angkutan barang, perdagangan daring dinilai masih dapat diandalkan. Demikian sebagian poin yang mengemuka dalam webinar bertajuk ”Relaksasi dan Optimalisasi Bisnis di Bandara” yang diselenggarakan Soekarno-Hatta Trade Facilitation Committee (STFC), Rabu (11/11/2020).
Hadir sebagai pembicara adalah Staf Ahli Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Sahat Manoor Panggabean, Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Komunikasi Publik Arya Sinulingga, Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi, dan Kepala Subdirektorat Standardisasi Keselamatan Bandara Kementerian Perhubungan Dwi Afrianto.
Selain itu, hadir pula Director of Operation & Service PT Angkasa Pura II (Persero) Muhamad Wasid, Kepala Data dan Publikasi Indonesia National Air Carriers Association (Inaca) Galih Rudyto, dan Ketua Kompartemen Angkutan Udara pada Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Dani Yahya.
Menurut Faik, pandemi Covid-19 menyebabkan tekanan yang sangat berat, berupa penurunan jumlah penumpang pesawat udara yang sangat drastis. Dari 15 bandara yang di berada bawah pengelolaan PT Angkasa Pura I, jumlah penumpang selama periode Januari-Oktober 2020 turun sekitar 61 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Lalu lintas penerbangan global diperkirakan akan pulih paling cepat pada tahun 2022 seiring telah ditemukannya vaksin Covid-19. ”Perlu menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat pengguna tranportasi udara di masa pandemi atau di masa adaptasi baru (new normal) bahwa naik pesawat udara atau ada di bandara bisa dalam keadaan aman dan nyaman. Perlu digalakkan kampanye ayo terbang kembali,” kata Faik.
Untuk meyakinkan publik bahwa penerbangan penumpang bisa dilakukan dengan aman dan nyaman harus didukung dengan kebijakan mengenai penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Hal serupa disampaikan Wasid. Menurut dia, upaya meyakinkan publik bahwa penerbangan penumpang bisa dilakukan dengan aman dan nyaman harus didukung penerapan protokol kesehatan yang ketat. Pihaknya cukup percaya diri bahwa sektor transportasi udara dapat kembali diandalkan masyarakat di masa pandemi.
”Dari survei yang kami selenggarakan kepada 6.689 responden, sebagian besar atau sekitar 97 persen responden meyakini melakukan perjalanan udara dengan aman meski belum ditemukan vaksin Covid-19,” ujar Wasid.
Sementara itu, Arya menambahkan, pengaruh program kampanye perjalanan udara yang aman berdampak signifikan terhadap peningkatan jumlah penumpang pesawat udara. Strategi komunikasi yang baik oleh pemilik bisnis menjadi kunci membangun kepercayaan publik untuk menggunakan jasa transportasi udara. Syarat lainnya adalah penerapan protokol kesehatan harus tetap ditegakkan.
Dari Kementerian Perhubungan, menurut Dwi, dukungan yang diberikan untuk memulihkan industri penerbangan domestik adalah dengan usulan pemberian stimulus tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) pada 13 bandara keberangkatan, penerbitan surat edaran pesawat konfigurasi penumpang yang digunakan untuk mengangkut barang, serta usulan percepatan proses kepabeanan terhadap suku cadang pesawat udara ke Indonesia.
Kegiatan logistik yang masih bisa bertahan, bahkan menunjukkan peningkatan di masa pandemi Covid-19, adalah jasa logistik perdagangan daring, angkutan barang kiriman, dan jasa pergudangan bahan pokok.
”Untuk meningkatkan kepercayaan pengguna jasa transportasi udara diperlukan dukungan sektor lain, seperti pariwisata dan koneksifitas kargo atau logistik,” kata Dwi.
Adapun dampak terpukulnya industri logistik akibat pandemi Covid-19, menurut Dani, sangat luas. Jasa angkutan barang, terutama yang menggunakan moda udara dan laut, adalah yang paling terpukul.
Kegiatan logistik yang masih bisa bertahan, bahkan menunjukkan peningkatan di masa pandemi Covid-19, adalah jasa logistik perdagangan daring, angkutan barang kiriman, dan jasa pergudangan bahan pokok.