Menopang Derajat Informal, Menganyam Pemulihan Ekonomi
Paduan pemuda dan usaha rintisan ibarat tangan dan kaki yang menopang pekerja informal di tengah tekanan pandemi Covid-19. Dengan teknologi digital, sejumlah pemuda menawarkan solusi untuk bangkit dan berkembang.
Potret senyum Pak Dedi berlatarkan tumpukan sampah. Dengan mengenakan rompi dan topi hijau, dia mengacungkan jempol. Kutipan yang menyertai potret itu diawali dengan frasa ”Collectors Story”.
Gambar dan cerita tentang Pak Dedi yang baru memiliki mobil bak terbuka (pikap) serta karyawan yang membantu terunggah dalam akun Instagram MallSampah. Sebelumnya, Pak Dedi mengumpulkan sampah dengan motor tiga roda.
”Dalam rantai daur ulang sampah, pemulung dan pengepul lokal memegang peran kunci. Oleh sebab itu, pemberdayaan penting bagi mereka. Mereka adalah mitra kami,” tutur CEO MallSampah Adi Saifullah Putra saat wawancara eksklusif yang digelar StartupIndonesia secara daring, Jumat (6/11/2020).
Refleksi tentang pentingnya berdaya bersama pengepul dan pemulung lokal datang dari pengalaman Adi ketika masih berstatus mahasiswa pada tahun 2014. Saat itu, dia mengajar anak-anak pemulung yang tinggal di sekitar kampusnya. Di sana, dia berkesempatan berinteraksi dengan warga pemulung dan pengepul.
Dari pengalaman itu, dia menduga, tata kelola sampah di Indonesia lebih membutuhkan pemulung dan pengepul yang berdaya. Menurut dia, belum ada teknologi yang cocok untuk dibawa ke Tanah Air dari luar negeri. Pengelolaan sampah dengan mengandalkan pemulung dan pengepul cenderung tradisional, tetapi lebih efektif, efisien, dan menjadi ciri khas Indonesia sebagai negara kepulauan.
MallSampah hadir sebagai proyek pada tahun 2015 dan berbadan hukum pada tahun 2017.
MallSampah hadir sebagai proyek pada 2015 dan berbadan hukum pada 2017. Ekosistem aplikasi ini lahir di Sulawesi Selatan dan hingga kini sudah ada lima kota yang terlibat dengan 70 titik gudang sortir. Saat ini terdapat 20.000 pengunduh aplikasi serta 200 mitra pengepul dan pemulung.
Dengan menggandeng pengepul dan pemulung sebagai mitra, derajat mereka terangkat. ”Sebelum bergabung ke MallSampah, mereka sulit masuk ke area komersial, seperti mal dan perumahan. Setelah bergabung, mereka dilengkapi atribut sehingga bisa masuk ke area komersial. Peningkatan pendapatan mereka pun mencapai 2-3 kali lipat,” tutur Adi.
Agar dampak sosial itu meluas ke penjuru Nusantara, pendampingan dan aliran modal menjadi penting. Model bisnis yang berorientasi pada ekonomi sirkular dan prinsip-prinsip berkelanjutan diharapkan menjadi daya tarik MallSampah bagi investor.
Di tengah pandemi Covid-19, Adi menilai, masyarakat semakin melirik gaya hidup sadar lingkungan. Oleh sebab itu, MallSampah berperan strategis untuk memulihkan perekonomian Indonesia dengan prinsip-prinsip hijau dan kelestarian lingkungan.
Bisa menang
”Kita bisa menang!
Teruntuk kalian yang sedang berjuang
Menghadapi situasi dunia yang semakin tak pasti
Kewaspadaan yang penuh waspada
Berharap adanya cahaya kepastian
Mari kita semua bekerja sama berperang melawan musuh tak kasat mata ini”
Penggalan puisi berjudul ”Kita Bisa Menang!” itu tampil pada akun Instagram Chatbiz.id. Menurut Founder Chatbiz.id Terry Djony Syukur, pandemi Covid-19 membuat kebutuhan transformasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap digitalisasi kian nyata. Usaha rintisannya hadir untuk membantu UMKM bertempur melawan pandemi dengan teknologi digital sebagai pedangnya.
Chatbiz.id yang berkantor di Bandung, Jawa Barat, hadir sejak pertengahan 2019. Terry mendapatkan inspirasi membentuk usaha rintisan tersebut karena melihat orangtua, paman, dan neneknya sebagai pelaku UMKM. ”Mereka sulit beradaptasi dengan teknologi. Membuat alamat surel saja susah bagi mereka,” katanya dalam kesempatan yang sama.
Agar transformasi digital berlangsung mulus tanpa kendala, Chatbiz.id menjembatani pelaku UMKM dengan memanfaatkan Whatsapp. Berdasarkan data yang dihimpun secara internal, per tahun 2020, sebanyak 92 persen pemilik ponsel di Indonesia menggunakan Whatsapp dalam kesehariannya.
Pelaku UMKM yang hendak mentransformasikan bisnisnya secara digital dapat mendaftarkan nomor ponsel yang terasosiasi dengan Whatsapp lewat laman Chatbiz.id. Setelah memasukkan nomor ponsel dan mengisi katalog produk yang dijual, pelaku langsung dapat menikmati layanan asisten bisnis virtual. Tidak ada pendaftaran surat elektronik.
Baca juga : Solusi Digital dari Generasi Milenial
Pengguna Chatbiz.id telah mencapai 10.000 akun se-Indonesia. Peningkatan penjualan UMKM disebut bisa mencapai tiga kali lipat. ”Pelaku UMKM merasa lebih mudah memanfaatkan aplikasi yang sudah terbiasa mereka gunakan, seperti Whatsapp, dibandingkan masuk dan mendaftar pada aplikasi yang belum mereka pakai sama sekali,” tutur Terry.
Perjuangan transformasi digital UMKM di Tanah Air masih panjang sehingga dia juga membutuhkan pendampingan dan investasi. Pendampingan dari investor maupun mentor memberikan referensi sudut pandang dalam strategi bisnis dan menjalankan usaha rintisan.
Menjembatani
Pendanaan dan pendampingan berperan krusial agar kepakan sayap usaha rintisan kian mengentak Nusantara. Sayangnya, Head of StartupIndonesia Erwin Arifin menilai, ekosistem pendanaan dan pendampingan bagi usaha rintisan Indonesia kerap kali berpusar di Pulau Jawa, khususnya Jakarta.
Oleh sebab itu, StartupIndonesia berupaya menjembatani kebutuhan usaha rintisan dengan memperluas akses pendanaan dan pendampingan hingga luar Pulau Jawa. Presentasi dan lamaran kepada investor kerap kali diadakan secara daring.
Upaya tersebut menjadi bentuk inklusivitas ekosistem inkubator usaha rintisan yang diharapkan dapat turut berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional. MallSampah dan Chatbiz.id merupakan salah satu usaha rintisan yang tergabung dalam ekosistem StartupIndonesia.
Salah satu wujud pemerataan akses itu ialah melalui program keanggotaan StartupIndonesia. Keanggotaan ini membuat pelaku usaha rintisan memperoleh mentor, strategi dalam melamar investor (pitching), dan akses terhadap pendana. Pelaku usaha rintisan yang berminat pada program ini dapat mengunjungi laman http://pitch.startupindonesia.co.
”Biasanya, usaha rintisan mesti berlomba-lomba terlebih dahulu untuk mendapatkan fasilitas ini. Oleh sebab itu, kami menghadirkan program membership (keanggotan) agar semua usaha rintisan memperoleh kesempatan yang sama,” kata Erwin.
Secara terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menyatakan keyakinannya pada pemuda yang memiliki keunggulan dalam penguasaan teknologi, kegesitan (agile), dan daya tahan saat menghadapi pandemi Covid-19. Berdasarkan data 992 usaha rintisan, sebanyak 69,2 persen didirikan oleh generasi Gen Y (lahir pada 1981-1994) serta 15,2 persen didirikan oleh generasi Gen Z (lahir pada 1995-2010).
Paduan pemuda dan usaha rintisan bak cercah dalam menopang pekerja informal kala tantangan menghadang. Tantangan bersama itu bernama Covid-19. Dengan menjembatani paduan itu terhadap akses modal dan pendampingan, kita bisa memenangi pertempuran ini.