Menghadapi Pandemi Covid-19, Mulai dari Diri Sendiri
Masyarakat bahu-membahu menangani pandemi Covid-19. Di bidang keuangan, upaya menjaga ketahanan keuangan pribadi dapat memperkuat ketahanan keuangan masyarakat.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
Bertepatan dengan Hari Pahlawan tahun ini, pemerintah mengapresiasi tenaga kesehatan, sukarelawan kemanusiaan, dan masyarakat yang dalam delapan bulan terakhir berjibaku melawan Covid-19. Masyarakat diajak terus mengobarkan jiwa kepahlawanan di tengah pandemi.
”Jadilah pahlawan keluarga serta orang-orang di sekeliling kita untuk terus melawan dan mencegah Covid-19 dengan selalu mematuhi protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Selasa (10/11/2020).
Kesadaran penuh dan rasa tanggung jawab untuk selalu memakai masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir dimulai dari diri sendiri.
Seruan yang diulang berkali-kali ini diharapkan merasuk dan menjadi kebiasaan masyarakat. Dengan cara ini, rantai penularan Covid-19 diharapkan bisa terputus.
Kesadaran penuh dan rasa tanggung jawab untuk selalu memakai masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir dimulai dari diri sendiri.
Sebab, kasus Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan tren menurun. Berdasarkan data di laman Covid19.go.id, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 444.348 kasus per Selasa (10/11/2020). Sementara sebanyak 14.761 orang meninggal sejak kasus Covid-19 pertama kali diumumkan di Indonesia pada 2 Maret 2020. Adapun 375.741 orang dinyatakan sembuh.
Pandemi Covid-19 berdampak pada krisis kesehatan, bahkan memukul kondisi perekonomian menjadi krisis ekonomi. Seperti beberapa negara lain, pukulan di berbagai sektor perekonomian itu membuat Indonesia mengalami resesi.
Resesi terjadi saat pertumbuhan ekonomi dalam dua triwulan berturut-turut minus. Pertumbuhan ekonomi RI pada triwulan II-2020 minus 5,32 persen dan pada triwulan III-2020 minus 3,49 persen.
Pandemi Covid-19 juga memukul sektor ketenagakerjaan. Badan Pusat Statistik merilis ada 29,12 juta orang atau 14,28 persen penduduk usia kerja yang mengalami dampak pandemi Covid-19. Mereka terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (2,56 juta orang), bukan angkatan kerja karena Covid-19 (760.000 orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (1,77 juta orang) dan penduduk bekerja yang jam kerjanya berkurang karena Covid-19 (24,03 juta orang).
Bahu-membahu
Semua pihak bahu-membahu menghadapi pandemi Covid-19. Solidaritas muncul dalam berbagai bentuk meskipun secara pribadi, setiap orang berupaya mengelola kondisi keuangan agar bertahan di tengah pandemi ini.
Financial Trainer QM Financial Emiralda Noviarti mengungkapkan, kekuatan kondisi keuangan individu akan memperkuat kondisi keuangan masyarakat. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, yang pertama adalah memeriksa pintu penghasilan utama dan menemukan peluang pintu penghasilan lainnya.
”Kedua, mengatur ulang anggaran bulanan. Ketiga, mengamankan dana darurat. Keempat, memastikan proteksi. Kemudian, kelima, memeriksa investasi,” kata Emiralda dalam temu media ”Menjadi Pahlawan Finansial Keluarga: Mencari Peluang di Tengah Resesi” yang digelar secara virtual, Senin (9/11/2020).
Kekuatan kondisi keuangan individu akan memperkuat kondisi keuangan masyarakat.
Lebih lanjut Emiralda menambahkan, seseorang yang penghasilan utamanya didapat dengan bekerja di sebuah perusahaan tidak boleh lepas tangan terhadap kondisi perusahaan. ”(Hal) ini karena nasib karyawan bergantung pada kinerja perusahaan,” kata Emiralda.
Karyawan harus dapat menjadi bagian solusi dari tantangan yang sedang dihadapi perusahaan. Solusi dibutuhkan agar bisnis perusahaan tetap berjalan, arus kas perusahaan aman, dan semua karyawan masih mendapat gaji.
”Selain penghasilan utama, mungkin sekarang saatnya mencari pintu penghasilan lainnya sepanjang tidak ada konflik kepentingan dan tidak dilarang perusahaan,” ujarnya.
Pengaturan ulang anggaran bulanan dapat ditempuh dengan membagi pengeluaran dalam lima pos utama. Lima pos ini terkait cicilan utang, pengeluaran rutin, tabungan atau investasi, kebutuhan sosial, serta keperluan pribadi atau gaya hidup.
Ketersediaan dana darurat bernilai penting sebagai pegangan seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi. ”Kita harus mengecek lagi prioritas. Kalau uangnya pas-pasan, pastikan betul prioritas utamanya untuk bertahan sampai pandemi berakhir. Mudah-mudahan segera berakhir,” ujar Emiralda.
Penghasilan tambahan atau sampingan dapat dicari apabila dana darurat kurang atau habis. Kebiasaan atau kebutuhan konsumen yang muncul di era pandemi dapat menciptakan peluang bisnis. Kebiasaan untuk cenderung tinggal di rumah, misalnya, memunculkan kesempatan usaha menyediakan baju rumahan untuk dijual.
Menurut Lead Financial Trainer QM Financial Ligwina Hananto, adaptasi diperlukan agar bisa bertahan di tengah perubahan. Salah satu bentuk adaptasi di tengah pandemi Covid-19 adalah pemanfaatan teknologi digital untuk menggelar kelas-kelas pelatihan finansial secara daring.
Secara terpisah, ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, mengatakan, pemasaran digital akan semakin penting. ”Sebab, konsumen sekarang lebih memilih berselancar di internet secara mandiri untuk mencari tahu informasi suatu produk dan jasa,” katanya pada UOB Media Editors Circle bertajuk ”What’s Next for SME After Covid-19”.