Adaptasi, Kunci Perusahaan Bertahan di Tengah Covid-19
Kemampuan adaptasi harus dimiliki, baik oleh pemimpin maupun perusahaan itu sendiri, terlebih di tengah pandemi Covid-19, untuk bertahan.
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari sembilan bulan masih menjadi pukulan dan ancaman bagi setiap industri, termasuk industri barang konsumsi. Butuh strategi dan kemampuan adaptasi yang cepat agar tetap bisa bertahan.
Hal itu salah satunya dilakukan PT Unilever Indonesia Tbk sehingga tetap mencatatkan kinerja positif di tengah pandemi dan resesi.
Per triwulan III-2020, Unilever Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,4 triliun, turun 1,27 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 5,51 triliun. Laba ditopang oleh penjualan bersih yang mencapai Rp 32,4 triliun, tumbuh 0,3 persen secara tahunan.
Dalam bincang eksklusif secara virtual pada Rabu (11/11/2020), Presiden Direktur Unilever Indonesia Hemant Bakshi menyampaikan, Unilever Indonesia tidak dapat berpuas diri dengan apa yang telah dicapai. Untuk terus berkembang, masa depan harus disiapkan.
”Kami telah meluncurkan banyak produk baru yang berfokus pada sektor kesehatan dan kebersihan. Pada saat yang bersamaan, kami juga berfokus mengembangkan dan memastikan digitalisasi guna menjangkau setiap konsumen,” ujar Hemant.
Saat ini, hampir 300.000 toko telah didigitalisasi sehingga dapat dijangkau melalui platform digital. Pada sisi rantai pasokan, Unilever Indonesia memiliki program logistik digital untuk melacak setiap truk pada titik waktu tertentu, termasuk produk yang dibawa.
Perbincangan ini mengemuka dalam diskusi virtual bertemakan ”Strategi dan Inovasi Berkelanjutan Unilever Indonesia di Bawah Kepemimpinan Hemant Bakshi”. Dalam waktu dekat, Hemant akan mengakhiri jabatannya setelah enam tahun dan menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Ira Noviarti.
”Sebagai pemimpin lokal Indonesia yang pernah menjadi bagian dari perusahaan ini selama bertahun-tahun, saya yakin Ira Noviarti akan membawa perusahaan ini ke tingkat yang lebih tinggi. Saya pikir pemimpin yang sukses adalah orang yang bisa mengoptimalkan potensi rekan kerjanya,” tutur Hemant.
Covid-19, dikatakan Hemant, merupakan periode tersulit dalam masa kepemimpinannya. Sebab, tidak hanya memikirkan kesehatan dan keselamatan karyawan, tetapi juga kelangsungan dan masa depan bisnis perusahaan.
Baca juga: Perusahaan Berinovasi untuk Bertahan di Masa Pandemi
”Bahagia bukanlah kata yang tepat untuk diucapkan, tetapi kami puas karena telah keluar dari tantangan itu dengan cukup kuat. Covid-19 telah mengajari saya banyak hal, tetapi salah satu hal yang terpenting adalah bagaimana saya menjadi pemimpin yang welas asih,” ujar Hemant.
Utamakan kesehatan
Prioritas pertama untuk menjaga kelangsungan perusahaan, kata Hemant, yakni kesehatan dan keselamatan karyawan. Sebab, jika kita menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan, mereka juga akan mengurus bisnis perusahaan.
”Berikutnya, kami juga memprioritaskan untuk menjaga kelangsungan bisnis dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Kita harus akui, pasar itu sulit dan menantang, tetapi pasar kami tetap tumbuh,” ucapnya.
Sebagai solusi bagi keamanan konsumen yang kini lebih banyak berada di rumah, Unilever Indonesia sedang membuat mekanisme pemesanan jarak jauh. Selama tiga bulan pertama, semua keuntungan yang diperoleh toko pun akan diinvestasikan untuk menyediakan peralatan protokol kesehatan.
Pada saat bersamaan, Hemant meyakini pandemi turut menciptakan peluang bagi perusahaan. Setidaknya ada 60 produk baru yang telah diluncurkan untuk melayani masyarakat di bidang kesehatan dan kebersihan.
Unilever Indonesia juga turut berperan dan berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui proses daur ulang bagi sampah plastik dari produk yang dihasilkan. Ada sekitar 2.500 komunitas bank sampah di berbagai daerah yang mengumpukan hingga 10.000 ton plastik untuk didaur ulang.
Peran lainnya, kata Hemant, yaitu mendorong konsumen untuk beralih ke pengisian ulang dengan membawa wadah sendiri. Dengan cara ini, konsumen tidak perlu menggunakan kemasan plastik apa pun.
”Sementara kami memainkan peran kami, masalah ini dapat diselesaikan jika semua orang juga terlibat di dalamnya. Perusahaan lain seperti kami harus bekerja sama, pemerintah, dan warga negara harus bersatu untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Hemant.
Adaptif
Menurut Hemant, salah satu karakteristik kunci yang harus dimiliki pemimpin adalah kemampuan beradaptasi, terlebih apabila bekerja di perusahaan multinasional. Bekerja dalam lintas budaya yang berbeda berarti harus peka terhadap perbedaan yang ada dan mampu menghormati perbedaan.
”Kualitas pemimpin yang sukses di perusahaan multinasional adalah kemampuan beradaptasi, mereka bersedia mengubah diri menjadi lebih efektif. Saya datang ke Indonesia enam tahun yang lalu sebagai orang India dan sangat bangga terhadap Indonesia yang telah menjadi bagian dari hidup dan rumah kedua,” tuturnya.
Dalam waktu sekitar satu minggu ke depan, Hemant akan memulai perjalanan baru sebagai Presiden Komisaris Unilever Indonesia. Ia pun akan membuat satu unit bisnis baru di Unilever secara global dengan basis di Singapura.
Hemant berharap Indonesia dapat segera melewati masa pandemi Covid-19. Sebab, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling menarik sebagai tempat berinvestasi.
Baca juga: Selalu Dekat Konsumen
”Populasi Indonesia juga semakin positif secara demografis dan melek teknologi. Meski pandemi menjadi masalah besar, tetapi kita dapat mengatasinya bersama-sama karena saya tahu masa depan sangat cerah,” ujar Hemant.