Rumah Bersubsidi Masih Diminati Selama Pandemi Covid-19
Pengembang perumahan sederhana dan bersubsidi di kawasan pinggiran Jakarta masih mampu menjual banyak unit rumah yang ditawarkan. Rumah bersubsidi masih diminati pembeli di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
Madina Nusrat
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Meski sebagian besar masyarakat mengalami kesulitan ekonomi selama pandemi Covid-19, minat mereka untuk membeli rumah sederhana dan bersubsidi masih tinggi. Bahkan, rumah komersial pun masih diminati meski mengalami penurunan penjualan selama pandemi.
Pengembang perumahan sederhana dan bersubsidi di kawasan pinggiran Jakarta masih mampu menjual banyak unit rumah yang ditawarkan. Di Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, contohnya, masih banyak konsumen yang membeli baik rumah sederhana dan bersubsidi maupun rumah komersial.
Pengembang perumahan The Leaf di Desa Cibunar, Kecamatan Parung Panjang, misalnya, sepanjang tahun 2020, mereka mengaku bisa menjual hampir seluruh unit rumah sederhana hampir 200 unit. Sebelumnya, pada tahun 2019, pengembang perumahan ini juga bisa menjual lebih dari 200 unit rumah sederhana dan bersubsidi.
Pengembang The Leaf menawarkan rumah bersubsidi dengan harga Rp 168 juta per unit dan komersial seharga lebih dari Rp 220 juta per unit. Manajer Pemasaran The Leaf Ratih Megasari, Selasa (10/11/2020), mengungkapkan, pandemi Covid-19 pada mulanya memang berdampak terhadap kelancaran pelunasan cicilan uang muka pembelian rumah.
Menurut dia, lebih dari 200 unit yang dijual, saat memasuki masa pandemi Covid-19, Maret lalu, ada 50 unit yang pembelinya menyatakan tidak mampu membayar cicilan uang muka. Namun, saat penjualan unit di tahap dua dilaksanakan pada pertengahan tahun 2020, pengembang The Leaf mampu menjual 200 unit atau hampir seluruh unit yang ditawarkan.
Cicilan uang muka untuk penjualan unit di tahap dua pun, menurut Ratih, relatif lancar dibayarkan konsumen. ”Cicilan DP (down payment atau uang muka) untuk tahap dua ini lancar semua. Seperti tidak ada dampak berarti dari pandemi Covid-19,” ujarnya.
Menurut Ratih, tak kurang dari 80 persen unit yang terjual itu adalah rumah yang didaftarkan untuk memperoleh program subsidi perumahan dari pemerintah. ”Untuk realisasi subsidinya, kami masih menunggu kuota subsidi dari pemerintah,” jelasnya.
Sementara itu, Perumnas, pengembang rumah komersial di Perumahan Parayasa, Jalan Raya Salimah, Kecamatan Parung Panjang, mengakui, meski terdampak pandemi Covid-19, masih tetap ada konsumen yang mencari unit rumah komersial.
Salah satu tenaga pemasaran perumahan Parayasa, Awal Amarullah, mengungkapkan, jumlah unit yang terjual selama pandemi terbatas hanya 3-5 unit rumah per bulan. Padahal, sebelum pandemi, selama tahun 2019, dalam sebulan bisa terjual 30-40 unit rumah.
”Terjual 3-5 unit per bulan itu sudah lumayan karena kami memasarkannya terbatas di media sosial. Selama pandemi ini, kami tidak bisa mengadakan pameran unit kami di pusat perbelanjaan. Bahkan, untuk membagikan brosur unit yang kami jual saja, orang sudah curiga dan tidak mau terima,” tutur Awal.
Terjual 3-5 unit per bulan itu sudah lumayan karena kami memasarkannya terbatas di media sosial. Selama pandemi ini, kami tidak bisa mengadakan pameran unit kami di pusat perbelanjaan. Bahkan, untuk membagikan brosur unit yang kami jual saja, orang sudah curiga dan tidak mau terima.
Awal menuturkan, ia bersama timnya yang berjumlah 10 orang memasarkan unit rumah yang mereka tawarkan di media sosial dengan cara mengunggah informasi terkait perumahan Parayasa tiga kali dalam sehari. Informasi itu dibagikan di Instagram, Youtube, dan Facebook.
”Nah, sekarang, di sana (media sosial) medan pertempuran kami untuk menarik konsumen. Dalam kondisi pandemi ini, hampir semua sales dan agen pemasaran menawarkan produk dan unit rumah di medsos,” jelasnya.
Sejak dipasarkan pada Mei 2019 hingga menjelang akhir 2020, menurut Awal, sudah lebih dari 700 unit rumah di Perumahan Parayasa yang terjual. Unit yang dijual dimulai dari harga Rp 340 juta hingga Rp 540 juta.
Masih tingginya minat konsumen membeli rumah di sejumlah kawasan, selain karena harga yang masih relatif terjangkau, juga karena lokasinya tak jauh dari stasiun kereta api. Nanang (30), salah satu calon pembeli unit rumah di perumahan The Leaf, mengatakan tertarik membeli rumah di sana karena dekat dengan stasiun kereta meski lokasinya berjarak sekitar 40 kilometer dari Jakarta.
”Lokasinya jauh, sih, dari Jakarta, tetapi masih ada kereta. Nah, yang saya incar, (perumahan) yang dekat stasiun supaya mudah untuk kerja di Jakarta,” tuturnya.
Sebelumnya dalam dokumen ”Peranan APBN Dalam Mengatasi Backlog Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah 2015”, pemerintah memperkirakan selama 2015 hingga 2020 setidaknya kebutuhan perumahan nasional sebanyak 1,2 juta unit rumah per tahun.
Seperti dikutip dari laman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tahun ini pemerintah telah menargetkan untuk meningkatkan jumlah rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah yang menempati hunian layak dari 56.75 persen menjadi 70 persen. Target pemerintah ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Kementerian PUPR. Salah satu upayanya adalah Kementerian PUPR menargetkan 287.000 unit bantuan pembiayaan perumahan tahun anggaran 2020.
Bantuan pembiayaan perumahan terdiri atas tiga program, yakni fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), bantuan pembiayaan perumahan berbasis tabungan (BP2BT), dan tambahan stimulus fiskal melalui subsidi selisih bunga (SSB). Alokasi FLPP sebanyak 102.500 unit senilai Rp 11 triliun, BP2BT untuk 32.000 unit, dan SSB 175.000 unit senilai Rp 788 miliar. SSB terdiri dari 155.000 unit KPR SSB reguler serta 20.000 unit KPR SSB untuk ASN, TNI, dan Polri.