Sumut Berfokus Bangkitkan Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan
Sumut berfokus membuka lapangan usaha di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan untuk meningkatkan perekonomian pada masa pandemi yang telah menimbulkan resesi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Kamis (5/11/2020), melaporkan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III-2020 kembali mengalami kontraksi mencapai 2,60 persen setelah sebelumnya pada triwulan II mengalami kontraksi 2,37 persen. Untuk mengangkat perekonomian daerah, Sumut pun kini berfokus membuka lapangan usaha di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Sektor tersebut selama ini mempunyai kontribusi cukup besar dalam perekonomian Sumut.
”Pemerintah akan terus mencari terobosan khususnya pada sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan agar bisa menopang ekonomi daerah,” kata Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, di Medan, Rabu (4/11/2020).
Edy mengatakan, strategi Sumut menghadapi resesi adalah dengan membuka lapangan usaha seluas-luasnya, tetapi tidak berdampak besar pada penularan Covid-19. Sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan menjadi fokus pemerintah. Sektor lain yang juga didorong adalah industri pengolahan serta industri akomodasi dan makan minum.
Pada triwulan III-2020, pertumbuhan ekonomi Sumut minus 2,60 persen. Namun, kondisi perekonomian secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan semester II-2020 yang tumbuh minus 2,37 persen. Penurunan dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga. Adapun pada semester I-2020, perekonomian Sumut tumbuh 4,73 persen.
Badan Pusat Statistik Sumut mencatat, lapangan usaha yang tumbuh positif di Sumut pada triwulan II, yakni pertanian, kehutanan, dan perikanan. Meskipun hanya tumbuh 1,42 persen, sektor ini cukup menolong karena kontribusinya cukup tinggi, yakni 21,37 persen produk domestik regional bruto (PDRB).
Adapun pada triwulan III sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 1,12 persen dengan kontribusi 21,52 pesen PDRB. Secara kuartal, sektor ini tumbuh 3,45 persen dibandingkan dengan kuartal lalu.
Produksi sejumlah komoditas pertanian masih surplus selama pandemi. (Edy Rahmayadi)
Edy mengatakan, produksi sejumlah komoditas pertanian masih surplus selama pandemi, antara lain beras, cabai merah, dan cabai rawit. Selain untuk memenuhi kebutuhan daerah, produksi itu juga dikirim untuk daerah lain. Sementara, komoditas perkebunan, yakni sawit dan karet diharapkan bisa menjadi komoditas ekspor andalan. Apalagi, tren permintaan dan harga kedua komoditas itu masih terus naik di pasar dunia.
Edi mengatakan, bantuan langsung tunai untuk usaha mikro, kecil, dan menengah juga diharapkan bisa menjadi stimulus perekonomian. Hal itu karena banyak UMKM sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan yang terdampak Covid-19. Di Sumut, ditargetkan 1,5 juta UMKM menerima Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro.
Pemprov Sumut sendiri, kata Edy, melakukan realokasi APBD sebesar Rp 1,5 triliun. Anggaran tersebut untuk penanganan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan stimulus ekonomi.
Sektor potensial
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, Sumut harus memilih pembukaan lapangan usaha sesuai dengan potensi kabupaten/kota masing-masing. ”Kunci percepatan pemulihan ekonomi Sumut adalah bagaimana ekonomi bisa tumbuh dan bagaimana agar pemulihan itu tidak berdampak pada penularan Covid-19,” kata Wiwiek.
Sejalan dengan Edy, Wiwiek mengatakan, sektor paling berpotensi dikembangkan di Sumut adalah pertanian, perkebunan, dan peternakan. Ada 11 kabupaten yang menjadi prioritas pengembangan sektor pertanian, yakni Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Labuhanbatu Selatan, Padanglawas Utara, Padang Lawas, Tapanuli Selatan, Samosir, Mandailing Natal, dan Nias Selatan.
Pemulihan ekonomi pertama dilihat dari aspek risiko penularan Covid-19, jumlah rumah sakit, dan tenaga kesehatan. Aspek selanjutnya adalah dampak ekonomi dari kontribusi pekerja sektor pertanian, penghasilan per kapita pekerja pertanian terendah, serta pangsa tenaga kerja pertanian berusia di bawah 45 tahun.
Wiwiek mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan III ini sudah membaik meskipun masih minus. Menurut Wiwiek, daya beli masyarakat Sumut sudah meningkat yang tergambar dari inflasi Oktober yang mencapai 0,47 persen. Stimulus sampai akhir 2020 diharapkan bisa mendongkrak kembali perekonomian Sumut.