Ingin Berlibur tapi Masih Pandemi? Pilih Paket Wisata Privat Saja
Delapan bulan pasca-kasus pertama Covid-19, kegiatan pariwisata di sejumlah daerah kini perlahan mulai bangkit. Para wisatawan mulai melirik paket wisata privat meskipun biaya yang dikeluarkan jauh lebih mahal.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memaksa banyak orang membatasi mobilitasnya, termasuk mereka yang ingin berwisata. Pembatasan sosial berskala besar di sejumlah wilayah juga membuat tempat-tempat wisata masih tertutup. Namun berdiam di rumah selama pandemi juga membuat banyak orang bosan dan ingin berwisata kembali.
Lantas bagaimana mengatasi keinginan berwisata sementara pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir? Delapan bulan pasca-kasus pertama Covid-19, kegiatan pariwisata di sejumlah daerah kini perlahan mulai bangkit. Para wisatawan mulai melirik paket wisata privat meskipun biaya yang dikeluarkan jauh lebih mahal.
Pertengahan Oktober lalu, Taman Nasional (TN) Karimunjawa di Jepara, Jawa Tengah, kembali dibuka untuk para wisatawan. Sebelumnya, destinasi wisata yang berlokasi di Kepulauan Karimunjawa ini ditutup sejak Maret 2020.
Dibukanya kembali TN Karimunjawa menjadi angin segar bagi Ghufron (33), penyedia jasa paket wisata ke Kepulauan Karimunjawa. Pasalnya, hampir delapan bulan ini ia tidak mendapatkan pemasukan sama sekali dari sektor pariwisata.
”Sejak 2014 saya berhenti jadi nelayan dan beralih ke usaha pariwisata. Tapi sejak Maret lalu, saya balik lagi jadi nelayan buat menyambung hidup,” ungkapnya saat dihubungi di Jepara, Sabtu (7/11/2020).
Jika dirunut, pendapatan Ghufron sebenarnya tidak hanya terhenti sejak Maret, tetapi Januari 2020. Saat itu, akses menuju Kepulauan Karimunjawa dari Jepara melalui feri mandek lantaran cuaca buruk.
Sejak 2014 saya berhenti jadi nelayan dan beralih ke usaha pariwisata. Tapi sejak Maret lalu, saya balik lagi jadi nelayan buat menyambung hidup
Libur panjang akhir Oktober lalu, untuk pertama kali Ghufron kembali mendapatkan permintaan paket wisata. Meski demikian, jumlahnya masih jauh dari normal. Saat itu, ia diminta mengantar dua rombongan wisatawan, masing-masing rombongan berisi lima orang.
”Kalau normal, setiap pekan saya bisa antar sekitar 40 orang saat cuaca bagus,” katanya.
Hal ini tidak terlepas dari pembatasan yang masih berlaku di kawasan kawasan TN Karimunjawa. Anak yang berusia di bawah 10 tahun dan lansia saat ini belum diperbolehkan masuk. Belum lagi, wisatawan wajib menjalani rapid test.
Aturan tersebut membuat para calon wisatawan harus berpikir dua kali sebelum memutuskan berkunjung. Apalagi, sebagian besar wisatawan yang berencana datang ke Karimunjawa merupakan rombongan keluarga.
”Banyak yang sudah bertanya-tanya tapi akhirnya mundur saat disodori syarat batasan usia dan rapid test,” ungkap Ghufron.
Di sisi lain, ada kecenderungan yang berubah dari para wisatawan. Menurut Ghufron, rombongan wisata kini cenderung memilih paket wisata privat. Sebelumnya, wisatawan lebih menyukai paket wisata gabungan supaya ongkosnya lebih irit.
”Dulu, kalau ada rombongan lima orang biasanya digabung sama rombongan lain sampai jumlahnya 10-14 orang. Biar biaya sewa kapal wisatanya tidak terlalu mahal,” katanya.
Kedua rombongan wisata yang memakai jasa paket wisata Ghufron pekan lalu enggan untuk digabung. Masing-masing rombongan rela membayar lebih mahal untuk menyewa satu kapal. Harga sewa untuk satu kapal mencapai Rp 500.000 per hari.
”Mereka sih tidak masalah. Malahan mereka setuju karena dengan privat akan lebih aman,” ujarnya.
Mengarahkan privat
Sementara B Poetry Siom Siahaan, penyedia paket wisata ke Raja Ampat, Sorong, Papua Barat, bahkan mengarahkan wisatawan untuk menggunakan paket wisata privat. Ia mengaku masih khawatir dengan risiko penularan Covid-19 jika melayani wisata gabungan.
”Wisata gabungan ini kan berarti menyatukan wisatawan-wisatawan dari banyak daerah jadi satu. Kita enggak tahu kondisi fisik mereka masing-masing,” ungkapnya.
Poetry mengaku akan menyesuaikan biaya wisata bagi yang hendak berwisata secara privat agar biaya yang dikeluarkan tidak terlampau mahal. Baik yang akan berwisata dengan jumlah lima, empat, maupun satu orang.
”Untuk akomodasi kami bisa tawarkan perahu cepat yang lebih kecil. Kalau yang besar mungkin bisa sampai Rp 12 juta. Kalau yang kecil mungkin hanya Rp 6,5 juta untuk ke Piaynemo dari Sorong. Maksimal bisa untuk enam orang,” katanya.
Lihat juga: Industri Pariwisata Mulai Menggeliat
Namun, bagi wisatawan yang tetap ngotot ingin berwisata gabungan, Poetry tidak akan memaksa. Ia akan mengarahkan pelanggannya tersebut ke temannya sesama penyedia paket wisata yang masih membuka wisata gabungan.
Saat ini, belum banyak wisatawan dari luar daerah ataupun luar negeri yang berlibur ke Raja Ampat. Pendatang di sana masih didominasi warga Sorong dan sekitarnya. Sebagai gambaran, jumlah wisatawan yang memakai jasa paket wisata Poetry masih 30 persen dari biasanya.
”Jadi kalau ada yang mau pakai jasa kami paling ke Pulau Batanta yang tidak begitu jauh dari Kota Sorong. Tamu dari luar negeri juga belum ada,” katanya.
Sementara itu, paket-paket wisata ke Pulau Belitung juga sudah mulai dibuka pada September 2020. Sejumlah wisatawan dari luar daerah, terutama Pulau Jawa, sudah berdatangan. Puncaknya adalah pada libur panjang akhir Oktober lalu.
”Libur panjang itu memang ramai banget sih. Kebetulan tamu saya malah batal datang karena gak dapat izin dari orangtuanya,” kata Gandhi (25), pemilik Belitungsky, salah satu penyedia jasa wisata di Pulau Belitung.
Meski begitu, mayoritas wisatawan dari daerah hanya berkunjung pada libur panjang dan akhir pekan saja. Padahal, dulunya aktivitas pariwisata di Belitung juga ramai saat hari biasa.
”Bulan lalu baru dapat satu atau dua permintaan saja. Kalau sebelum pandemi bisa sampai 10 permintaan wisata,” tambahnya.
Menurut Gandhi, semua wisatawan yang berwisata di Belitung dipastikan hanya bisa memilih jasa wisata privat. Selama ini ia dan penyedia paket wisata lainnya belum pernah sekali pun membuka paket wisata gabungan.
Semua wisatawan yang berwisata di Belitung dipastikan hanya bisa memilih jasa wisata privat. Selama ini ia dan penyedia paket wisata lainnya bel um pernah sekalipun membuka paket wisata gabungan.
”Karena di sini belum ada yang mengoordinasi jadi semuanya privat. Mau berapapun orangnya akan kami layani,” ujarnya.
Sebelumnya, Co-Founder & Chief Marketing Officer Tiket.com Mikhael Gaery Undarsa mengatakan, sejak pelonggaran PSBB, industri pariwisata mulai menggeliat. Peningkatan kunjungan wisata, misalnya terjadi pada masa libur panjang. Wisatawan domestik mulai mencari destinasi menarik di dalam negeri.
”Kami memperkirakan triwulan IV-2020 akan menjadi titik kebangkitan pariwisata. Akan banyak destinasi domestik yang naik daun,” katanya (Kompas, 3 November 2020).
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, geliat pariwisata masih digerakkan oleh wisatawan domestik. Adapun untuk kedatangan wisatawan mancanegara masih sangat minim. Pemulihan wisata masih membutuhkan waktu.