Transaksi Gampang, Semua Senang
Teknologi digital menjembatani masyarakat untuk bertransaksi. Penggunaannya melonjak di masa pandemi Covid-19, termasuk dalam transaksi pembayaran.
Di masa pandemi Covid-19, teknologi unjuk peran dalam membantu masyarakat menjalani aktivitas sehari-hari. Tak terkecuali bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Mereka mempromosikan produk, menjual produk, dan menerima transaksi pembayaran secara digital. Produsen dan konsumen dimudahkan. Semua senang.
Di Banyuwangi, Jawa Timur, produk Choco Mold Chika bisa ditemui di gerai buah tangan, hotel, dan bandara. Produk berupa cokelat batangan, cokelat berbentuk karakter, dan berbagai bentuk lain itu juga bisa dijumpai di laman pasar dalam jaringan.
Cokelat tersebut diproduksi Ziska Purwanti sejak 2013. Kini, setiap hari, 5 kg cokelat siap didistribusikan ke gerai penjualan dan ke tangan konsumen yang memesan lewat laman pasar daring Tokopedia dan Shopee.
Ziska mengungkapkan, konsumen tak hanya berbelanja secara digital, tetapi juga membayar transaksi menggunakan dompet digital dan uang elektronik. Konsumen punya pilihan, yakni LinkAja, Ovo, dan Dana.
Bagi pelaku usaha seperti Ziska, dompet digital sangat membantu. Jika sewaktu-waktu memerlukan dana, ia bisa mengandalkan dana yang mengendap di dompet digital.
”Keuntungan yang paling saya rasakan, transaksi lebih mudah dan aman. Pembeli pasti membayar dengan uang pas sehingga saya tidak perlu sibuk memberikan kembalian. Uang digital juga mencegah uang pribadi tercampur uang untuk keperluan usaha,” katanya di Banyuwangi, beberapa waktu lalu.
Transaksi juga mudah dicatat karena pembelian dan uang yang masuk akan tercatat secara otomatis.
Pembeli pasti membayar dengan uang pas sehingga saya tidak perlu sibuk memberikan kembalian.
Adapun Peni Kumala Sari (41), pemilik Kah-Wa Kopi, juga menggunakan dompet digital yang terhubung dengan sejumlah laman pasar daring. Fasilitas itu membuat Peni lebih mudah memperluas transaksi.
”Uang yang mengendap di dompet digital hasil berjualan kopi saya gunakan untuk belanja daring. Saya kini bisa membeli barang-barang impor untuk saya jual kembali. Fasilitas dompet digital juga memberi banyak keuntungan karena berbagai promosi yang ditawarkan,” ungkapnya.
Indeks inklusi keuangan, menurut survei Otoritas Jasa Keuangan, pada 2019 sebesar 76,19 persen. Artinya, dari 100 orang di Indonesia, 76 orang di antaranya sudah pernah mengakses layanan keuangan formal.
Baca juga: Pandemi Picu Peningkatan Transaksi Digital
Dalam paparan Global Financial Index 2017 yang dirilis Bank Dunia pada 2018, layanan telepon seluler mempercepat peningkatan inklusi keuangan. Layanan digital memudahkan masyarakat membayar, menerima kiriman uang, dan mengakses layanan keuangan formal.
Di Banyuwangi, pemanfaatan keuangan inklusi juga merambah sektor pariwisata. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bekerja sama dengan dompet digital LinkAja untuk mengembangkan pariwisata.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan, Pemkab Banyuwani tengah berupaya memulihkan sektor pariwisata yang terpukul pandemi Covid-19. Upaya yang dilakukan, antara lain, mendigitalisasi sejumlah layanan di sektor pariwisata.
”Salah satunya, Pemkab Banyuwangi membuka layanan pembelian tiket destinasi wisata secara daring lewat aplikasi banyuwangitourism. Aplikasi ini juga menampilkan ragam destinasi wisata yang telah tersertifikasi kesehatan sesuai protocol Covid 19,” ujarnya.
Pemkab Banyuwangi membuka layanan pembelian tiket destinasi wisata secara daring
Kerja sama juga dilakukan dalam ekosistem pariwisata, melalui penerapan Standar Kode Baca Cepat Indonesia (QRIS). Masyarakat yang bertransaksi menggunakan uang digital berbasis server atau dompet digital cukup memindai satu kode baca cepat kendati menggunakan layanan yang berbeda.
QRIS digunakan UMKM penjual makanan dan minuman serta cendera mata di kawasan wisata.
Baca juga: Pembayaran Digital Mengakomodasi Kebutuhan Masyarakat
Direktur Marketing LinkAja Edward Kilian Suwignyo mengatakan, kerja sama digitalisasi pembayaran dengan Banyuwangi merupakan bentuk nyata komitmen BUMN dalam mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di Banyuwangi.
”Dengan tetap memberlakukan secara ketat protokol kesehatan di berbagai destinasi wisata, kami harap keberadaan LinkAja dapat semakin mendongkrak upaya pemulihan sektor pariwisata Banyuwangi yang berkontribusi besar terhadap peningkatan ekonomi daerah,” ujarnya.
LinkAja dioperasikan PT Fintek Karya Nusantara, perusahaan yang sahamnya dimiliki sejumlah perusahaan BUMN.
Menurut Edward, transaksi menggunakan uang elektronik dan aplikasi dompet digital sesuai dengan situasi di masa pandemi Covid-19.
Mengajak mitra
Pada masa pandemi Covid-19, penggunaan transaksi digital mengurangi interaksi langsung.
Begitu juga penggunaan QRIS digalakkan Bank Indonesia. Sampai dengan Oktober 2020, mitra QRIS sebanyak 5,04 juta entitas. Dari jumlah tersebut, 94 persen di antaranya atau 4,7 juta mitra pedagang merupakan pelaku di sektor UMKM. Adapun sisanya sekitar 300.000 mitra merupakan entitas usaha besar dan lembaga donasi sosial.
Pada pembukaan Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2020 Seri II, Rabu (7/10/2020), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, realisasi dari implementasi QRIS merupakan langkah bank sentral dalam mendukung implementasi akselerasi digital UMKM, khususnya pada masa pandemi Covid-19.
Menurut Perry, penggunaan QRIS bisa membantu UMKM mengelola pembukuan keuangan dengan jaminan keamanan transaksi.
Tak hanya digunakan mitra pedagang, QRIS juga diadopsi 46 kantor BI dan 45 pemerintah daerah (pemda). Implementasi diperluas.
Perry menargetkan, QRIS bisa diadopsi 94 pemda di Indonesia.
Penggunaan QRIS bisa membantu UMKM mengelola pembukuan keuangan dengan jaminan keamanan transaksi.
Menurut catatan BI, 122 pemda telah tersambung dengan platform perdagangan secara elektronik. Sementara, yang sudah mengaodpsi layanan perbankan internet 260 pemda.
”Adopsi platform digital betul-betul bisa mendukung mobilisasi, baik pajak maupun penggunaan APBD, sehingga mendorong kegiatan ekonomi daerah,” kata Perry.
Baca juga: Dompet Digital Jadi Stimulus Pemulihan Ekonomi
Bank sentral juga mengembangkan transaksi QRIS di luar negeri, melalui kajian bersama sejumlah negara, seperti Malaysia, Thailand, dan Arab Saudi. Langkah-langkah ini sesuai cetak biru sistem pembayaran Indonesia 2025 yang diluncurkan pada Mei 2019 lalu. Salah satu langkah di dalam cetak biru tersebut adalah menghubungkan pembayaran domestik dengan luar negeri.
Secara terpisah, Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen BI Budi Hanoto mengatakan, QRIS membuka kesempatan bagi masyarakat menggunakan berbagai aplikasi dompet digital. Sebab, kode cepat yang digunakan QRIS bisa dipindai menggunakan aplikasi uang elektronik berbasis server atau dompet digital apa pun.
Pengalaman itu dirasakan Budi, pengguna uang elektronik, saat akan membayar pesanan makanan di Tangerang Selatan, Banten. ”Pilih saja dompet digital, lalu tinggal pindai kode baca cepatnya. Kebetulan saya punya aplikasi yang sedang memberi imbal tunai,” katanya.
Tantangannya kini, mengajak pelaku UMKM dan masyarakat yang semula tak terbiasa bertransaksi secara digital untuk menjajal layanan pembayaran digital. Selalu ada langkah pertama untuk sebuah perjalanan panjang. (GER/DIM)