Sektor Pertanian Tekan Lonjakan Pengangguran di Lampung
Serapan tenaga kerja di sektor pertanian di Lampung yang meningkat selama pandemi Covid-19 menekan lonjakan pengangguran. Sektor ini menjadi penopang bagi penduduk yang kehilangan pekerjaan akibat terdampak pandemi.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS – Serapan tenaga kerja di sektor pertanian di Lampung yang meningkat selama pandemi Covid-19 menekan lonjakan pengangguran. Sektor ini menjadi penopang bagi penduduk yang kehilangan pekerjaan akibat terdampak pandemi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, porsi penduduk yang bekerja di sektor pertanian meningkat dari 40,6 persen pada Agustus 2019 menjadi 44,76 persen pada Agustus 2020. Jumlah itu setara dengan 1,91 juta orang dari total 4,28 juta penduduk Lampung yang bekerja.
“Dalam satu tahun terakhir, penambahan jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian sekitar 216.000 orang,” ujar Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Lampung Mas’ud Rifai saat dikonfirmasi di Bandar Lampung, Jumat (6/11/2020).
Di tengah lesunya aktivitas perekonomian, sektor pertanian justru mampu menyerap tanaga kerja yang cukup siginifikan. Kondisi itu sejalan dengan kinerja sektor pertanian juga tetap tumbuh selama pandemi Covid-19.
Padahal, sejumlah lapangan usaha lain mengalami penurunan serapan tenaga kerja akibat pandemi Covid-19. Lapangan usaha yang mengalami penurunan serapan tenaga kerja terbesar adalah industri pengolahan yang turun 2,06 poin.
Mas’ud mengungkapkan, pandemi Covid-19 amat berdampak bagi ketenagakerjaan di Lampung. BPS mencatat, jumlah penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 mencapai 655.900 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 549.700 mengalami pengurangan jam kerja. Sementara 40.900 orang tidak bekerja sementara dan 52.600 orang menjadi pengangguran akibat pandemi Covid-19.
Pada Agustus 2020, jumlah pengangguran di Lampung tercatat sebanyak 209.600 orang. Jumlah pengangguran itu bertambah 33.900 orang dibandingkan periode Agustus 2019 yang tercatat 175.700 orang. Adapun tingkat pengangguran terbuka di Lampung setara dengan 4,67 persen atau meningkat 0,64 poin.
Serapan tenaga kerja di sektor pertanian dinilai cukup menekan angka pengangguran sehingga jumlahnya tidak semakin melonjak. Sektor pertanian menjadi penopang bagi sebagian penduduk yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19. Sektor ini juga menjadi pilihan bagi keluarga yang ingin meningkatkan pendapatan selama pandemi Covid-19.
“Saat ekonomi sulit seperti sekarang ini, mayoritas penduduk memilih masuk ke sektor pertanian,” ujarnya.
Berkembangnya teknologi pertanian di lahan sempit juga membuat banyak warga di perkotaan dapat merintis usaha pertanian hortikultura.
Dia menilai, banyaknya warga yang beralih bekerja di sektor pertanian karena ketersedian lahan di Lampung. Selain itu, bekerja di sektor pertanian juga tidak memerlukan syarat khusus seperti di sektor industri. Berkembangnya teknologi pertanian di lahan sempit juga membuat banyak warga di perkotaan dapat merintis usaha pertanian hortikultura.
Harga turun
Secara terpisah, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Lampung Kaslan menilai, kendati kinerja sektor pertanian membaik, harga jual produk pertanian petani belum mampu bersaing. Saat pandemi Covid-19, harga jual sejumlah komoditas pertanian, seperti sayuran dan singkong justru menurun.
Akibatnya, penghasilan yang diperoleh oleh petani tidak optimal. Bahkan, harga jual yang rendah juga membuat sebagian petani merugi.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Lampung Lukmansyah mengatakan, pemerintah daerah terus berupaya menekan angka pengangguran di daerah. Salah satunya dengan menggelar berbagai kegiatan pelatihan dan pemberdayaan bagi penduduk usia kerja di Lampung. Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan perusahaan untuk program magang dan sebagainya.
Saat ini, sebagian pekerja formal yang terdampak pandemi Covid-19 memilih beralih ke sektor informal. Selain sektor pertanian, penduduk di perkotaan beralih pekerjaan dengan membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal itu karena mencari pekerjaan saat pandemi Covid-19 ini juga cukup sulit.
Wulan Arnita (30), warga Bandar Lampung menuturkan, dia memilih membuka usaha makanan setelah dirumahkan sejak April 2020. Sebelumnya, dia bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang otomotif di Bandar Lampung.