Peningkatan Okupansi Hotel Relatif Didominasi Kawasan Destinasi Wisata
Peningkatan okupansi hotel di masa pelonggaran PSBB terutama terjadi di destinasi wisata. Peningkatan okupansi relatif hanya terjadi saat liburan panjang.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelonggaran pembatasan sosial berskala besar meningkatkan okupansi perhotelan pada triwulan III-2020. Namun, peningkatan tersebut relatif lebih dinikmati pelaku perhotelan di kawasan destinasi wisata.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B Sukamdani ketika dihubungi, Kamis (5/11/2020), mengatakan, peningkatan okupansi hotel pada masa pandemi Covid-19 terutama terjadi saat libur panjang. Pada triwulan III-2020, misalnya, terdapat libur panjang peringatan Tahun Baru Islam 1442 Hijriyah dan Hari Kemerdekaan RI.
”Pada periode tersebut, tingkat okupansi hotel di beberapa daerah destinasi wisata memang meningkat. Namun, hotel-hotel di perkotaan tingkat okupansinya masih drop,” ujarnya.
Tingkat okupansi hotel di beberapa daerah destinasi wisata memang meningkat. Namun, hotel-hotel di perkotaan tingkat okupansinya masih drop.
Hariyadi menjelaskan, okupansi hotel di daerah-daerah destinasi wisata sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan pada hari-hari biasa. Meskipun okupansinya masih lebih baik dibandingkan saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), hotel-hotel tersebut nyaris tidak ada tamu.
Sementara di perkotaan, di Jakarta misalnya, pada periode Juli-Agustus 2020, okupansi hotelnya sekitar 35 persen. Sebelum pelonggaran PSBB, okupansinya di bawah 10 persen. Kemudian ketika ada PSBB tahap kedua, okupansinya turun lagi.
Pada libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW pada akhir Oktober 2020, kondisi okupansi hotel pun relatif hanya terjadi di hotel-hotel di kawasan destinasi wisata. ”Asalkan tidak ada PSBB, okupansi pada triwulan IV-2020 trennya akan bagus. Okupansi di Jakarta, misalnya, mungkin bisa sekitar 45 persen,” kata Hariyadi.
Hariyadi memperkirakan, pada libur panjang Desember 2020, termasuk pengganti libur Idul Fitri pada tahun ini, hotel-hotel di Jakarta pun akan sulit mencapai okupansi di atas 50 persen. Hotel-hotel di daerah destinasi wisata yang akan menikmati peningkatan okupansi pada periode tersebut.
Oleh karena itu, PHRI berharap pertemuan-pertemuan pemerintah dapat digelar di hotel dengan menerapkan protokol kesehatan. ”Apabila pemerintah dapat mengadakan rapat koordinasi di hotel, itu akan cukup membantu terutama bagi hotel-hotel di daerah yang pangsa pasarnya dekat ke pemerintah,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), secara triwulanan, sektor akomodasi dan makan minum pada triwulan III-2020 tumbuh 14,79 persen. Sebelumnya, sektor tersebut terkontraksi atau tumbuh minus 22,31 persen pada triwulan II-2020.
”Pertumbuhan ini didorong pelonggaran PSBB sehingga ada peningkatan okupansi di sejumlah hotel. Restoran serta tempat makan dan minum juga mulai bergerak,” kata Kepala BPS Suhariyanto.
Namun, secara tahunan, BPS juga mencatat, sektor akomodasi makan dan minum masih tumbuh negatif. Pada triwulan II-2020 dan III-2020, sektor tersebut masing-masing tumbuh minus 22,02 persen dan minus 11,86 persen.
Menambah rute
Sementara itu, maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia pada pekan ini akan meluncurkan tiga rute penerbangan baru ke destinasi unggulan nasional. Rute dimaksud adalah Surabaya-Labuan Bajo pulang pergi (PP), Surabaya-Batam-Medan PP, dan Solo-Denpasar PP.
”Peluncuran tiga rute baru ini menjadi komitmen berkelanjutan Garuda Indonesia mendukung pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional dengan mendorong geliat pariwisata nasional,” kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Irfan Setiaputra melalui keterangan resmi, Kamis.
Rute penerbangan langsung Surabaya-Labuan Bajo dan Solo-Denpasar akan mulai beroperasi 6 November 2020. Adapun layanan rute Surabaya-Batam-Medan akan dimulai 7 November 2020.