Pasar Ikan Modern di Palembang, Sumatera Selatan yang diresmikan, Jumat (6/11/2020) diharapkan dapat membangkitkan kembali UMKM perikanan yang terpuruk akibat pandemi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Kementerian Kelautan dan Perikanan meresmikan Pasar Ikan Modern di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (6/11/2020). Pasar ini diharapkan dapat membangkitkan kembali UMKM perikanan yang terpuruk akibat pandemi sekaligus meningkatkan konsumsi ikan di Sumsel yang masih rendah.
Ini menjadi Pasar Ikan Modern (PIM) ketiga secara nasional setelah sebelumnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membangun pasar serupa di Muara Baru, DKI Jakarta pada Maret 2019 dan di Soreang, Kabupaten Bandung pada Oktober 2019. Di dalam pasar ini tersedia satu unit gudang penyimpanan dengan pendingin berkapasitas 15 ton, satu unit pembuat es batu kapasitas 1,5 ton/hari, tempat bongkar muat, instalasi pengolahan air limbah, serta fasilitas penunjang lainnya. Ada 164 pedagang yang tergabung dalam pasar ini.
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo kala meresmikan pasar dengan nilai investasi Rp 25,28 miliar itu, menuturkan pasar diharapkan menjadi jembatan antara produsen ikan tangkap ataupun budidaya kepada masyarakat yang menjadi konsumennya. Jika dalam pelaksanaannya berjalan baik, kapasitas pasar akan ditambah.
Pasar diharapkan menjadi jembatan antara produsen ikan tangkap ataupun budidaya kepada masyarakat yang menjadi konsumennya. (Edhy Prabowo)
Pembangunan pasar juga menjadi langkah untuk memulihkan perekonomian setelah terpukul pandemi. “Pasar ini menjadi tempat bagi UMKM sektor perikanan untuk kembali bangkit,” ucapnya.
Selain itu pelaku UMKM di sektor perikanan juga diikutkan untuk dalam program Pasar Laut Indonesia yang digagas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Program itu diciptakan sebagai sarana untuk bertukar informasi, edukasi, dan promosi produk kelautan dan perikanan UMKM.
Tujuannya tidak lain untuk menggerakkan ekonomi nasional berbasis UMKM di seluruh Indonesia. Program ini pun telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada 14 Mei 2020.
Hingga kini, ujar Edhy, sebanyak 1.355 UMKM sektor kelautan yang bergabung dalam program tersebut. “Secara keseluruhan 50.000 UMKM di sektor kelautan di Indonesia secara bertahap akan diikutkan dalam program ini,” ucapnya.
Daerah lain
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti menuturkan, selain di tiga provinsi tersebut, rencananya pemerintah akan membangun PIM di beberapa daerah lain. “Namun pembangunan PIM juga tergantung dari usulan pemerintah daerah masing-masing dan melihat hasil evaluasi dari tiga pasar yang sudah berjalan,” ucap Artati.
Salah satu tujuan dari dibangunnya PIM adalah meningkatkan konsumsi ikan masyarakat. (Artati Widiarti)
Artati mengatakan salah satu tujuan dari dibangunnya PIM adalah meningkatkan konsumsi ikan masyarakat. Ambil contoh di Palembang, walau memiliki makanan khas yang berbahan baku ikan, konsumsi ikan masyarakat Sumsel masih rendah.
Data tahun 2019 menunjukan konsumsi ikan di Sumsel hanya 44,36 kilogram (kg) per kapita. Angka tersebut berada dibawah angka konsumsi ikan nasional yang mencapai 54,49 kg per kapita.
Artati menerangkan, masih rendahnya konsumsi ikan di suatu daerah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sulitnya transportasi untuk mendatangkan ikan ke suatu wilayah tertentu atau keterbatasan sarana dan prasarana pendukung seperti alat pendingin dan keberadaan pasar. “Setiap daerah memiliki permasalahannya sendiri. Oleh karena itu harus ditangani dengan program yang berbeda,” ujar Artati.
Kasus lain adalah di Papua yang angka konsumsi ikan nya juga masih rendah lantaran keterkendala transportasi. “Bahkan, walau secara provinsi angka konsumsi ikan sudah baik, bisa saja di tingkat kabupaten/kota ada yang masih rendah. Karena itu perlu ditilik satu per satu,” kata Artati.
Meskipun Sumatera Selatan mememiliki makanan khas seperti pempek, namun tidak berarti konsumsi ikan masyarakat Palembang tinggi. Kemungkinan komposisi ikan dalam adonan pempek itu tidak banyak sehingga konsumsi ikan warga Sumsel masih tergolong rendah.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menerangkan, Sumsel memiliki beragam makanan khas dari ikan seperti pempek tekwan, model, pindang, dan beragam makanan khas lain. Namun, sampai saat ini pelaku usaha di sektor perikanan mengalami kendala dalam pendistribusian ikan. Ini terjadi lantaran keterbatasan sarana dan prasarana penyimpanan ikan.
Akibatnya, banyak produk ikan yang busuk sebelum sampai di konsumen. “Dengan adanya pasar ini diharapkan dapat mendekatkan dapur dengan lautnya,” ujar Herman.
Ini tentu menjadi tugas pemerintah daerah untuk memperkuat sarana infrastruktur agar dapat memudahkan nelayan menyalurkan produknya dalam kondisi segar. Keberadaan ruang pendingin memang dibutuhkan. “Kami akan segera mendata kebutuhan berdasarkan jumlah transaksi ikan setiap harinya,” ujar Herman.
Kendala lain yang sering ditemui adalah keterbatasan pasokan ikan. Penjual ikan di Palembang Neri Diana (48) mengatakan, selama ini banyak ikan yang ia jual bukan berasal dari Sumsel melainkan dari daerah lain seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Lampung. Hal itu membuatnya sangat bergantung pada pasokan ikan yang dikirim “Kalau tidak ada pasokan, ya terpaksa kami tidak jualan,” ucapnya.