Farmasi dan Makanan Tetap Tumbuh di Tengah Pandemi
Industri farmasi dan obat-obatan serta makanan dan minuman tetap tumbuh ketika sebagian besar industri masih terkontraksi di triwulan III-2020. Faktor permintaan menopang kinerja kedua sektor industri ini.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri kimia, farmasi, dan obat tradisional serta makanan dan minuman mencatat pertumbuhan positif ketika sebagian besar sektor industri pengolahan masih terkontraksi sepanjang triwulan III-2020. Naiknya permintaan produk di tengah pandemi Covid-19 menopang kinerja kedua sektor industri itu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, industri pengolahan terkontraksi atau tumbuh negatif 4,31 persen secara tahunan pada triwulan III-2020. Kontraksi terbesar dialami industri alat angkutan, yakni minus 29,98 persen, seiring turunnya produksi mobil dan sepeda motor akibat lesunya permintaan domestik dan luar negeri.
Sejumlah sektor industri tumbuh negatif, antara lain tekstil dan pakaian jadi; karet, barang dari karet, dan plastik; serta mesin dan perlengkapan. Namun, industri makanan dan minuman tumbuh 0,66 persen, sementara industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 14,96 persen.
”Selama pandemi, produk makanan dianggap sebagai kebutuhan yang stoknya perlu dijaga dalam kondisi aman. Oleh sebab itu, negara-negara lain cenderung membatasi ekspor dan meningkatkan impor untuk menjaga stok. Dampaknya, permintaan meningkat,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S Lukman saat dihubungi, Kamis (5/11/2020).
Di pasar domestik, permintaan produk makanan tetap tumbuh. Kinerja industri makanan ada dalam tren kenaikan sejak Juni 2020. Menurut Adhi, pemerintah perlu terus menjaga daya beli masyarakat, khususnya di kelompok menengah bawah, agar konsumsi dan geliat industri terjaga.
Sementara itu, ekspor produk industri farmasi sepanjang Januari-September 2020 tercatat tumbuh 10,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Kinerja tersebut ditopang oleh ekspor obat tradisional yang tercatat tumbuh 62,48 persen.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Dorojatun Sanusi mengatakan, permintaan negara lain terhadap obat tradisional Indonesia meningkat karena didorong upaya pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19 di sejumlah negara.
Selain produk makanan dan farmasi, ekspor industri furnitur juga mencatatkan kinerja positif. Industri ini tumbuh 15,24 persen sepanjang Januari-September 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Secara terpisah, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto melepas ekspor lima kontainer dari rencana pengiriman 40 kontainer produk furnitur berbahan rotan di Cirebon, Jawa Barat. Nilai kontrak ekspor ini mencapai 362.000 dollar AS dengan negara tujuan Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Jepang, Korea Selatan, dan Denmark.
Menurut Agus, ekspor furnitur rotan ini sejalan dengan optimalisasi momentum perpanjangan fasilitas tarif preferensial umum atau GSP dari AS. Pangsa pasar furnitur rotan Indonesia ke AS mencapai 41,11 persen dibandingkan negara-negara lainnya.