Pemprov Jawa Timur Siapkan Peta Pemulihan Ekonomi Saat Adaptasi
Pemerintah Provinsi Jatim telah menyusun peta jalan pemulihan di masa adaptasi yang diyakini mampu mengaktifkan kembali mesin-mesin penggerak roda ekonomi dan menyerap tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret telah menghambat laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Untuk mengatasi hal itu, Pemerintah Provinsi Jatim telah menyusun peta jalan pemulihan di masa adaptasi yang diyakini mampu mengaktifkan kembali mesin penggerak roda ekonomi dan menyerap tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan.
Badan Pusat Statistik mencatat, pertumbuhan ekonomi triwulan II terkontraksi 5,9 persen. Kondisi tersebut belum membaik dan terindikasi dari pertumbuhan ekonomi di triwulan III yang terkontraksi 3,75 persen. Jatim menyumbang perekonomian nasional 14,6 persen.
Produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada triwulan II tercatat Rp 551,3 triliun. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku itu meningkat menjadi Rp 587,54 triliun pada triwulan III. Dari sisi produksi, penopang pertumbuhan ekonomi tertinggi selama triwulan III terjadi pada lapangan usaha jasa lainnya sebesar 30 persen, diikuti transportasi dan pergudangan 21,34 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi berasal dari komponen ekspor luar negeri 27 persen, diikuti pembentukan modal tetap bruto 7,45 persen. Pada triwulan sebelumnya, penopang pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi adalah lapangan usaha sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 27 persen (q to q) atau 7,46 persen (y on y).
Berdasarkan kajian Bank Indonesia, ancaman perekonomian Jatim, antara lain, berasal dari turunnya permintaan masyarakat karena meningkatnya tendensi untuk menabung uangnya di masa pandemi. Selain itu, ancaman kepailitan bisnis usaha dan ketidakmampuan membayar pinjaman.
Sektor pariwisata adalah salah satu sektor andalan untuk menggerakkan perekonomian. Apalagi, Juli 2021 tercatat sedikitnya 100 wisatawan dari luar negeri berkunjung ke Jatim. (Adik Dwi Putranto)
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, untuk mengatasi hambatan pertumbuhan ekonomi tersebut pihaknya telah menyusun peta jalan pemulihan yang akan diimplementasikan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dari sisi produksi, misalnya, dalam jangka pendek fokus pada penyelamatan sektor pariwisata dan UMKM, penyediaan lapangan kerja dan industralisasi, serta menjaga ketahanan pangan.
”Di sektor pariwisata, misalnya, kebijakan yang diambil adalah membuka kembali destinasi wisata dengan penerapan protokol kesehatan. Selain itu, juga reaktivasi wisatawan domestik dan mem-branding kembali pariwisata dengan dukungan atraksi budaya berbasis teknologi informasi,” ujar Khofifah.
Pemulihan ekonomi berbasis UMKM ditempuh dengan melakukan penguatan kelembagaan, pengawasan, fasilitasi pemasaran, penguatan akses pembiayaan, penguatan produksi, restrukturisasi usaha, dan penguatan sumber daya manusia. Total anggaran yang disediakan Rp 454,26 miliar.
Kolaborasi
Sementara itu, untuk menjaga basis konsumsi masyarakat, strategi yang ditempuh adalah mengamankan daya beli masyarakat melalui kolaborasi program antara pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, memastikan kelancaran distribusi dan ketersediaan bahan pokok melalui lumbung pangan Jatim.
Sampai dengan 28 Oktober, misalnya, transaksi lumbung pangan Jatim 135.595 transaksi dengan total pembelian lebih dari Rp 20 miliar.
Menurut Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto, salah satu sektor yang bisa menyelamatkan resesi ekonomi pada kuartal III-2020 adalah sektor pariwisata karena sudah menjadi variabel pendorong ekonomi.
Beberapa variabel yang bisa menjadi pendorong untuk terhindar dari resesi ekonomi, di antaranya ekspor mulai naik, daya beli tumbuh, dan sektor pariwisata sudah ada yang dibuka meski dengan wajib mematuhi protokol kesehatan.
”Sektor pariwisata adalah salah satu sektor andalan untuk menggerakkan perekonomian. Apalagi, Juli 2021 sudah tercatat sedikitnya 100 wisatawan dari luar negeri mulai berkunjung ke Jatim,” katanya.
Upaya lain agar ekonomi di daerah ini menggeliat lagi, di antaranya pameran Indonesian Product Expo atau Inapro Expo 2020 yang digelar Kadin Jatim. Sekitar 121 perusahaan siap meramaikan pameran yang digelar di Grand City, Surabaya, pada 19-22 November 2020.