Pemerintah pusat dan daerah perlu bermitra dengan komunitas kreatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Komunitas kreatif dengan jaringannya dinilai mampu menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif di daerah.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah pusat dan daerah perlu bermitra dengan komunitas kreatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Komunitas kreatif dengan jaringannya dinilai mampu menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif di daerah.
Hal tersebut mengemuka dalam seminar nasional yang digelar sebagai rangkaian Rapat Kerja Nasional Indonesia Creative City Network (ICCN) di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (5/11/2020). ICCN ialah sebuah simpul lintas komunitas dengan jejaring di lebih dari 230 kabupaten dan kota se-Indonesia.
Hadir secara virtual sebagai pemateri Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki. Teten menuturkan, Rakornas ICCN ini diharapkan menjadi momentum kolaborasi pemerintah pusat dan daerah dengan komunitas kreatif.
”Komunitas kreatif perlu bermitra dengan pemerintah untuk memunculkan komunitas atau kawasan industri. Nantinya komunitas atau kawasan tersebut bisa tumbuh dan menjadi sentra produksi UMKM,” kata Teten.
Teten mengatakan, UMKM berbasis komunitas dan rantai pasok dapat menjadi cara untuk membuat UMKM naik kelas. UMKM menjadi salah satu sektor yang terus didorong untuk meningkatkan perekonomian.
UMKM, kata Teten, memiliki potensi penting dalam perekonomian Indonesia hingga menjadi salah satu penopang utama ekonomi Indonesia. Salah satu indikator ialah kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto yang mencapai 66 persen.
Hal senada disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak yang juga didapuk menjadi pembicara secara virtual. Emil mengatakan, pihaknya mencoba bersinergi dengan komunitas kreatif melalui program Millenial Job Center.
”Millenial Job Center merupakan program yang mewadahi talenta untuk kerja di industri kreatif, misalnya fotografi, videografi, dan konten kreatif. Harapannya mereka dapat jam terbang kerja langsung untuk klien-klien UMKM,” tuturnya.
Melalui Millenial Job Center, kata Emil, UMKM yang menjadi klien industri kreatif terbantu meningkatkan daya saing di dunia digital. Emil yakin sinergi tersebut dapat menumbuhkembangkan ekosistem ekonomi kreatif di Jawa Timur.
Upaya pengembangan ekonomi kreatif, diakui Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, berhasil meningkatkan perekonomian daerahnya. Selama sepuluh tahun kepemimpinannya, Anas mengklaim lebih banyak memberikan ruang bagi industri kreatif, terutama di sektor pariwisata.
”Pariwisata dan sektor kreatif membantu Banyuwangi tumbuh ekonominya tanpa terlalu bersandar dengan industri. Tanpa pabrik-pabrik besar, ekonomi bisa tumbuh. Pariwisata dan ekonomi kreatif justru membuat semakin banyak masyarakat berkontribusi dalam ekonomi daerahnya,” kata Anas.
Ketua ICCN Fiki Satari mengatakan, kehadiran ICCN bertujuan untuk turut berkontribusi dalam pembangunan kota di Indonesia. Kota-kota tersebut dapat dibangun dibangun dengan semangat kreativitas.
”Kolaborasi antara pemerintah dan komunitas kreatif ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan atau sumbang gagasan kepada pelaku UMKM. Dengan sinergitas tersebut, program bisa tepat sasaran dan berkembang pesat,” tuturnya.
Pariwisata dan sektor kreatif membantu Banyuwangi tumbuh ekonominya tanpa terlalu bersandar dengan industri.
Jaringan Komunitas Kreatif dari kota/kabupaten yang tergabung di ICCN juga bisa membuat pelaku UMKM belajar banyak hal dari daerah lain. Keberhasilan dan tantangan yang dialami pelaku kreatif di daerah lain bisa menjadi sarana untuk mengembangkan usaha di daerah tertentu.
Perlunya sinergitas antara kelompok kreatif dan pemerintah diakui pelaku ekonomi kreatif dari Bali dan Banyuwangi. Sekretaris Koperasi Pangan Bali Utara Kardian Narayana menyebut, sinergitas antara kelompok kreatif dan pemerintah diperlukan untuk perluasan informasi peningkatan potensi ekonomi pelaku UMKM.
”Selama ini kami melakukan edukasi kepada masyarakat dan pelaku UMKM untuk meningkatkan potensi pangan lokal. Kami mengedukasi warga bahwa potensi pangan lokal memiliki nilai ekonomis sehingga perlu dijaga agar tetap berkelanjutan,” ujarnya.
Beberapa potensi pangan lokal yang coba dikembangkan oleh Koperasi Pangan Bali Utara antara lain olahan gula aren, kacang kapri, bambu, dan arak. Koperasi Pangan Bali Utara sebagai salah satu komunitas kreatif membantu pelaku-pelaku usaha pangan lokal tersebut untuk produksi, pengemasan, hingga pemasaran.