Indonesia Financial Group Jawab Tantangan dan Kepercayaan Pasar
Indonesia Financial Group (IFG) diharapkan mampu menjawab tantangan dan kepercayaan pasar. Ketangguhannya juga bakal diuji dalam perannya menyelamatkan Jiwasraya.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran induk badan usaha milik negara yang menaungi bidang perasuransian dan penjaminan diharapkan dapat semakin memperjelas arah bisnis perusahaan milik negara di dua bidang tersebut. Kinerja yang semakin baik juga akan turut mengerek kepercayaan masyarakat.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara secara resmi telah melakukan upaya rebranding terhadap PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau BPUI selaku induk perusahaan penjaminan dan perasuransian milik BUMN. BPUI kini telah diberikan nama baru, yakni Indonesia Financial Group (IFG).
Sebagai perusahaan induk, IFG memiliki sembilan entitas anak perusahaan yang fokus pada produk keuangan dan pasar modal, asuransi umum dan penjaminan, serta asuransi jiwa dan kesehatan. Anak perusahaan IFG meliputi PT Jasa Raharja, PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Graha Niaga Tata Utama, PT Bahana TCW Investment Management, PT Bahana Sekuritas, PT Bahana Artha Ventura, dan PT Bahana Kapital Investa.
Ekonom yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Eksekutif Lembaga Penjaminan Simpanan 2015-2020, Fauzi Ichsan, Rabu (4/11/2020), menilai skala konglomerasi IFG akan memperluas pasar, memaksimalkan kapasitas perusahaan, menghindari duplikasi investasi, dan menghindari kanibalisme bisnis dari setiap anak usaha.
”Konglomerasi ini bisa membuat lini bisnis setiap anak usaha semakin terarah serta membuat perusahaan milik negara dapat bersaing lebih luas dengan perusahaan sejenis dari sektor swasta,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta.
Konglomerasi ini bisa membuat lini bisnis setiap anak usaha semakin terarah serta membuat perusahaan milik negara dapat bersaing lebih luas dengan perusahaan sejenis dari sektor swasta.
Total aset IFG sebesar Rp 76,2 triliun. Saat ini, IFG telah berhasil memberikan perlindungan asuransi dan penjaminan dengan total premi bruto sebesar Rp 18 triliun. Total dana pengelolaan konsolidasi holding mencapai Rp 81,8 triliun.
Dalam menjalankan perannya untuk mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional, IFG melalui Jamkrindo telah menyalurkan penjaminan kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp 143 triliun dan penjaminan UMKM senilai Rp 8,3 triliun kepada lebih dari 200.000 pelaku UMKM.
”Perkembangan UMKM juga bisa semakin besar karena terbantu Askrindo atau Jasindo, serta lini bisnis sekuritas dan investment banking. IFG bisa membawa perusahaan ke pasar modal melalui IPO,” kata Fauzi.
Sebelumnya, dalam siaran pers, Menteri BUMN Erick Thohir berharap sebagai lembaga keuangan yang menaungi bidang investasi, asuransi, dan penjaminan, IFG mampu menggenjot pertumbuhan industri keuangan.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, IFG adalah semangat besar pemerintah untuk menghadirkan layanan dan produk keuangan terlengkap. IFG juga diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap asuransi. Sebab, dari 273 juta penduduk Indonesia, hanya 1,7 persen yang telah mengikuti program asuransi.
Menurut Luhut, hal ini merupakan tantangan bagi pelaku industri asuransi untuk terus berekspansi, terutama pada era digital saat ini. Industri asuransi harus siap berinovasi dan terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya asuransi sebagai proteksi di masa mendatang.
”Kehadiran IFG memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Indonesia melalui berbagai macam program yang dimiliki. Saya berharap sebanyak mungkin masyarakat turut memanfaatkan produk yang dihadirkan IFG,” ujarnya.
Direktur Keuangan dan Umum IFG Rizal Ariansyah mengemukakan, ada tiga faktor utama yang melekat dalam semangat pembentukan IFG sebagai holding, yaitu efisiensi, integrasi, dan sinergi. IFG berperan memberi arahan strategis kepada seluruh anggota holding untuk mencapai tujuan tersebut.
”IFG juga melakukan transformasi budaya perusahaan guna meningkatkan pembangunan kapabilitas organisasi dan sumber daya manusia,” ujarnya.
Terkait upaya penyehatan Jiwasraya, IFG turut mendirikan IFG Life, yakni perusahaan asuransi yang fokus di layanan asuransi jiwa dan kesehatan. Direktur Bisnis IFG Pantro Pander mengatakan, IFG Life diproyeksikan untuk menerima migrasi polis asuransi dari nasabah Jiwasraya hasil restrukturisasi. IFG Life akan fokus pada layanan asuransi jiwa berbasis proteksi.
”Perusahaan juga akan menawarkan produk perencanaan masa depan dalam bentuk dana pensiun, yang berbentuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan,” katanya.
IFG Life diproyeksikan untuk menerima migrasi polis asuransi dari nasabah Jiwasraya hasil restrukturisasi. IFG Life akan fokus pada layanan asuransi jiwa berbasis proteksi.
Sebelumnya, pemerintah menyetujui memberikan penyertaan modal negara (PMN) Rp 22 triliun kepada IFG. Suntikan modal itu akan diberikan dua tahap, yakni Rp 12 triliun pada 2021 dan Rp 10 triliun pada 2022.
Sembari menunggu izin legalitas operasi IFG Life keluar, Jiwasraya juga terus berproses merestrukturisasi polis nasabah. Sebab, tanpa restrukturisasi polis dan pemotongan manfaat, pada akhir 2020, selisih ekuitas Jiwasraya diproyeksikan akan minus Rp 50,9 triliun. Jika hal itu terjadi, modal awal dan PMN yang dibutuhkan untuk program penyelamatan Jiwasraya menjadi semakin besar, yakni Rp 51,4 triliun.