Otoritas mencatat pertumbuhan positif penyaluran kredit di sejumlah daerah pada Agustus 2020. Penyaluran kredit berangsur membaik seiring pemulihan aktivitas ekonomi triwulan III.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Potensi daerah untuk bangkit dari krisis pandemi Covid-19 dinilai masih cukup besar. Hal ini tecermin dalam penyaluran kredit di beberapa daerah di Jawa dan luar Jawa yang tumbuh positif.
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agus Edy Siregar mengatakan, pertumbuhan kredit secara nasional melambat cukup tajam, bahkan sempat terkontraksi. Kredit perbankan pada Agustus 2020 hanya tumbuh 1,04 persen secara tahunan.
Akan tetapi, perlambatan kredit tidak terjadi di semua daerah. Berdasarkan pemetaan OJK, kredit di luar Jawa masih tumbuh positif sebesar 2,99 persen per Agustus 2020. Sementara pertumbuhan kredit di Jawa terkontraksi 0,83 persen. Kontraksi terjadi karena penyaluran kredit di dua daerah dengan kontribusi paling besar turun tajam. Di DKI Jakarta, penyaluran kredit tumbuh negatif 1,72 persen, sementara di Jawa Timur negatif 3,05 persen.
”Harapan pemulihan ekonomi tetap ada karena beberapa daerah, yang porsi kredit cukup besar, masih tumbuh positif, seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah,” kata Agus dalam webinar bertajuk ”Strategi Pemulihan Ekonomi dari Krisis”, Selasa (3/11/2020).
Pertumbuhan kredit di Jawa Barat mencapai 1,18 persen dengan kontribusi 8,31 persen terhadap nasional, sementara Jawa Tengah tumbuh 2,71 persen dengan kontribusi 5,42 persen.
Menurut Agus, penyaluran kredit di daerah justru ditopang kelompok bank pembangunan daerah (BPD). Pertumbuhan kredit BPD relatif cukup tinggi, yakni 5,2 persen secara tahunan, sehingga perannya mesti terus didorong untuk mempercepat pemulihan ekonomi daerah di situasi krisis saat ini.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, Teuku Riefky, saat dihubungi secara terpisah memperkirakan, penyaluran kredit berangsur membaik dan mulai pulih pada awal 2021. Perbaikan ini didukung oleh pemulihan aktivitas bisnis sepanjang triwulan III-2020 seiring pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Akan tetapi, laju pemulihan kredit diperkirakan lambat karena perusahaan belum diperbolehkan beroperasi dengan kapasitas penuh. Selain itu, penurunan pendapatan rumah tangga juga membuat konsumen masih berhati-hati untuk berbelanja, berinvestasi, dan mengajukan kredit.
”Pemulihan aktivitas ekonomi juga didukung sejumlah stimulus, mulai dari restrukturisasi pinjaman hingga pelonggaran kebijakan moneter melalui empat kali penurunan suku bunga berturut-turut,” kata Riefky.
Pemulihan daerah
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, pandemi Covid-19 memukul perekonomian Bogor, baik dari pendapatan asli daerah (PAD) maupun ketenagakerjaan. PAD menurun cukup dalam dari proyeksi awal sekitar Rp 1,1 triliun menjadi Rp 791 miliar pada 2020. Walhasil, pemda melakukan pemetaan ulang postur APBD.
Untuk memulihkan ekonomi, kebijakan pemda Bogor didasarkan pada hasil survei lapangan. Survei dilakukan untuk mengetahui kondisi masyarakat terkini dan arah pemulihan ekonomi ke depan. Sebagai contoh, pekerjaan alternatif yang diminati responden adalah produksi makanan minuman sehat, alat olahraga, serta sayuran dan buah-buahan. ”Dari hasil survei itu, pemerintah kini mengarahkan inovasi daerah ke urban farming untuk menciptakan lapangan kerja baru,” kata Bima.
Selain mengembangkan pertanian kota, Pemerintah Kota Bogor juga mulai membangun kembali kawasan wisata alam. Banyak responden berminat kerja di sektor pariwisata ditambah minat pengunjung yang tinggi. Namun, pengembangan sektor wisata tetap dibarengi penerapan protokol kesehatan.
Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Kabupaten Bantul Budi Wibowo menambahkan, pemulihan ekonomi daerah Bantul diarahkan ke pendampingan UMKM. Sekitar 49.000 UMKM diberikan pendampingan agar mereka tetap bisa berproduksi dari rumah. Kebijakan ini cukup berhasil selama pandemi, produk UMKM Bantul sudah diekspor ke AS.