Perbankan Dituntut Berkolaborasi dengan Masyarakat Digital
Perbankan berinovasi menghadirkan sejumlah fitur baru yang sesuai dengan kebutuhan publik masa kini. Komunikasi antara perbankan dan masyarakat dibutuhkan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbankan menjadi salah satu sektor industri yang gencar mengupayakan inovasi layanan dengan berbasis kebutuhan masyarakat masa kini. Perkembangan teknologi digital dan situasi pandemi Covid-19 membuat sektor ini dituntut melakukan diskusi, kolaborasi, dan kreasi bersama dengan masyarakat era digital.
Head of Digital Banking Bank BTPN Irwan S Tisnabudi mengakui, kehidupan masyarakat saat ini berubah sangat cepat karena perkembangan teknologi ditambah pandemi Covid-19. Kebutuhan publik turut berubah, terutama untuk bertransaksi. Kolaborasi dan kreasi bersama dengan publik dinilai penting untuk memahami kebutuhan mereka.
”Kami berharap bisa membuat sesuatu (layanan) yang lebih baik dan relevan dengan kondisi saat ini. Kolaborasi dan kreasi bersama dengan digitalsavvy (masyarakat digital) merupakan langkah baik. Kami bisa mendapat masukan dan ide baru dari mereka secara langsung,” tutur Irwan dalam pertemuan virtual, Senin (2/1//2020).
Ajang kolaborasi dan kreasi bersama akan diselenggarakan Jenius, salah satu layanan perbankan dari BTPN, melalui Co.Creation Week 2020. Acara tahun ini berlangsung pada 2-6 November 2020 secara virtual.
Dengan kolaborasi, kreasi bersama, dan survei kami tahu fitur apa saja yang diminati dan yang sebaiknya diluncurkan untuk nasabah. Durasi pengembangan fitur baru tergantung dari kompleksitasnya.
Tema yang diusung ialah ”Reshape”. Artinya, masyarakat digital diajak merespons dan beradaptasi dengan perubahan. Peserta dapat mengikuti konferensi, gelar wicara, dan kompetisi yang fokus pada isu teknologi, finansial, serta kreativitas.
”Perubahan besar memaksa kita beradaptasi. Kami berharap bisa melakukan kreasi bersama dan kolaborasi dengan masyarakat digital melalui acara ini. Tujuannya untuk memberi solusi finansial yang relevan esuai kebutuhan yang semakin berkembang,” kata Irwan.
Jenius telah mencatat masukan dan kebutuhan masyarakat melalui acara serupa. Publik punya minat tinggi terhadap layanan transaksi digital. Hal ini dipengaruhi oleh, antara lain, jumlah pengguna internet di Indonesia yang kini mencapai 175 juta orang. Adapun pengguna ponsel pintar mencapai 70,1 persen dari total populasi di Indonesia.
Hal ini tampak pula dari survei yang dilakukan Jenius pada 2020 terhadap 458 responden berusia 17-40 tahun di Indonesia. Sebanyak 79 persen responden memilih layanan perbankan digital (digital/mobile banking), 72 persen memilih mesin anjungan tunai mandiri (ATM), 41 persen perbankan internet, 24 persen cash dispenser machine, dan 10 persen memilih pergi ke bank.
Dari survei dan sesi bertukar pikiran, ada sejumlah fitur yang diluncurkan Jenius sepanjang 2020. Beberapa di antaranya adalah Jenius untuk Bisnis, Multi Flexi Saver (fitur menabung untuk lebih dari satu alokasi), Moneytory (untuk memantau arus pendapatan dan pengeluaran), Jenius QR (transaksi dengan memindai kode QR), dan Top-up BNI TapCash (mengisi ulang kartu elektronik dari ponsel pintar).
”Dengan kolaborasi, kreasi bersama, dan survei kami tahu fitur apa saja yang diminati dan yang sebaiknya diluncurkan untuk nasabah. Durasi pengembangan fitur baru tergantung dari kompleksitasnya. Fitur yang sederhana memakan waktu sekitar dua minggu,” kata Irwan.
Ia menambahkan, pihaknya akan terus melakukan inovasi layanan perbankan. ”Kami ingin jadi bagian dari ekosistem digital di Indonesia dan dunia. Ini bisa dilakukan bersama dengan pihak lain yang ahli di bidangnya masing-masing,” tutur Irwan menambahkan.
Di sisi lain, pandemi Covid-19 dinilai sebagai momentum tepat untuk menjaga pertumbuhan transaksi keuangan digital. Otoritas Jasa Keuangan mencatat, transaksi e-dagang naik mencapai 400 persen per bulan.
”Mayoritas masyarakat sudah sangat bergantung pada digitalisasi sistem keuangan. Ini jadi momentum bagi industri keuangan untuk melanggengkan digitalisasi dan merengkuh kepercayaan nasabah,” kata Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto (Kompas, 9/10/2020).
Adapun studi dari Facebook dan Bain&Company berjudul ”Digital Consumer Tomorrow, Here Today”, Asia Tenggara diprediksi mengalami pertumbuhan positif konsumen digital, termasuk Indonesia. Konsumen digital di Asia Tenggara diperkirakan mencapai 310 juta orang pada akhir 2020 dan 340 juta orang pada 2025. Sebelumnya, konsumen digital di Asia Tenggara diprediksi 310 juta pada 2025.
”Kebiasaan menggunakan platform digital ini dapat berlanjut hingga masa setelah pandemi karena efisiensi yang ditawarkan,” kata dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fithra Faisal (Kompas, 7/9/2020).