Rekening Tabungan Bikin Senyum Mengembang
Menabung jadi salah satu cara mengenalkan produk jasa keuangan kepada pelajar.
Senyum-senyum sendiri setelah melihat buku rekening kerap terjadi pada Arkananta Fausta Citra Setia Budhi (17), siswa SMA Negeri 10 Yogyakarta. Ia tak menyangka, uang saku yang disisihkan bisa terkumpul hingga Rp 13 juta di tabungan.
”Ternyata kalau ditabung di bank, dicicil sedikit-sedikit, bisa banyak juga,” kata Arkananta yang disapa Arka, dengan wajah semringah, pekan lalu.
Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Arka membuka rekening tabungan untuk menyimpan hadiah lomba fotografi. Hadiah uang itu kerap dikirim melalui transfer bank.
Kebiasaan yang sudah dilakukan sejak sekolah dasar, yakni menyisihkan uang saku untuk ditabung, berlanjut. Kini, Arka menabung sebulan sekali. ”Dari uang jajan, bisa saya sisihkan setidaknya Rp 100.000 per bulan. Kalau ada tambahan dari orangtua dan hasil lomba, saya tabung juga. Daripada uang tunai habis untuk keperluan yang tidak jelas, lebih baik disimpan di bank,” katanya.
Tabungan itu bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tanpa perlu meminta uang kepada orangtuanya. Namun, yang pasti, ia punya dana cadangan yang suatu saat bisa digunakan jika ada kebutuhan mendesak.
Winda Marizkha (17), siswi SMA Negeri 2 Yogyakarta, juga terbiasa menabung sejak SD. ”Senang rasanya bisa punya tabungan. Tidak terasa kalau sebenarnya punya uang. Kalau ada uang tunai di tangan atau di dompet, rasanya ingin cepat-cepat dihabiskan,” tutur Winda, yang selalu semangat setiap kali ke bank untuk menyetor uang ke rekening tabungan.
Namun, yang pasti, ia punya dana cadangan yang suatu saat bisa digunakan jika ada kebutuhan mendesak.
Pada 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan ”Gerakan Indonesia Menabung” di Yogyakarta. Hal ini merupakan implementasi Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2019 tentang Hari Indonesia Menabung.
Gerakan ini mendorong inklusi keuangan dengan mendekatkan anak sekolah terhadap layanan perbankan. Pelajar dimudahkan membuat rekening, yakni cukup menunjukkan kartu pelajar dan setoran minimal Rp 5.000. Selanjutnya, mereka sudah bisa memiliki tabungan Simpanan Pelajar.
”Saat ini, program diberi nama Kejar, yakni singkatan dari Satu Rekening Satu Pelajar,” kata Kepala OJK DI Yogyakarta Parjiman.
Pelajar dimudahkan membuat rekening, yakni cukup menunjukkan kartu pelajar dan setoran minimal Rp 5.000.
OJK menggandeng sekolah di DIY. Perbankan didorong bekerja sama dengan sekolah dalam bentuk pembuatan rekening baru dan penyetoran uang dari sekolah.
Mario Renaldhi (16), siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta, bisa menyetorkan uang tabungan melalui koperasi sekolah. Nantinya, koperasi yang akan menyetorkan uang siswa ke bank.
”Waktu SMP, saya harus ke bank bersama teman-teman untuk menyetorkan tabungan. Tapi, sekarang bisa langsung dari sekolah. Kalau menabung sendiri, saya membiasakan sejak SMP,” kata Mario.
Baca juga: Selamat Tinggal Bantal dan Celengan…
Kepala SMA Negeri 9 Yogyakarta Jumadi mengungkapkan, layanan menabung lewat koperasi sekolah tersedia sejak 2016-2017. Tidak ada paksaan bagi siswa untuk menggunakan layanan itu. Adapun pihak sekolah telah bekerja sama dengan bank sebelum ada Gerakan Indonesia Menabung.
”Kami positif menyambut kegiatan menabung. Siswa diajarkan berhemat. Uang saku yang diberikan disisihkan untuk masa depan,” kata Jumadi.
Menurut data OJK, sampai dengan triwulan III-2020, 25,62 juta rekening pelajar sudah ikut dalam Program Kejar. Adapun total tabungan senilai Rp 21,3 triliun.
Dampak pandemi
Pandemi Covid-19 berdampak pada banyak orang, termasuk pelajar.
”Saat SMP, saya pernah setor menabung Rp 100.000. Uang diberi orangtua khusus buat menabung,” kata Henri Hermawan (15), siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Karya 1 Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah.
Setoran tabungan dilakukan di sekolah saat petugas bank datang ke sekolah. Sejak pandemi Covid-19, pembelajaran tatap muka ditiadakan. Henri juga tak lagi ke sekolah. Ia tak lagi menabung.
Uang pemberian orangtua digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk membeli kuota internet guna mendukung pembelajaran dalam jaringan.
Baca juga: Inklusi Keuangan Memacu Pemulihan Ekonomi
Kepala SMP N 1 Adimulyo Kebumen Edy Susiadi Purnama mengatakan, siswa perlu dimotivasi untuk giat menabung. ”Tahun lalu, semua siswa di sini, sekitar 420 anak, ikut program Simpanan Pelajar. Baru berjalan sekitar 2 atau 3 kali setor menabung di awal 2020, lalu berhenti karena pandemi Covid-19,” kata Edy.
Kepala Bidang Dana PT Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan (BPR BKK) Kebumen Mutasir menyampaikan, ada 56 sekolah yang menabung di BPR BKK dalam bentuk simpanan pelajar. ”Ada 7.955 rekening dengan nilai Rp 7.150.607.540,” katanya.
Mutasir mengakui pandemi Covid-19 berdampak pada Simpanan Pelajar. Pelajar yang tabungannya digalang per sekolah ikut terhenti.
Secara terpisah, Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot mengatakan, seluruh program untuk mendorong inklusi keuangan hanya dapat terwujud melalui dukungan dan sinergi kuat antara regulator dan pemerintah daerah, kementerian atau lembaga terkait, serta industri jasa keuangan.
”Untuk mempermudah transaksi dan pembukaan rekening, saat ini pembukaan rekening Simpanan Pelajar sudah dapat dilakukan melalui Agen Laku Pandai,” kata Sekar.
Baca juga: Inklusi Keuangan Tak Sebatas Pembukaan Rekening Tabungan
Agen Laku Pandai adalah toko atau warung yang berfungsi sebagai agen atau kepanjangan tangan bank dalam setoran dan penarikan rekening tabungan.
Jangan sampai pandemi menghapus senyum semringah para pelajar. (DKA/NCA/DIM)