Galeri Investasi, Magnet Inklusi Keuangan di Lampung Selatan
Investasi saham bukan hanya dikenal masyarakat perkotaan. Masyarakat perdesaan juga mengenal investasi lewat Nabung Saham, yang bisa diawali dengan nilai sebesar Rp 100.000.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
Siapa bilang investasi mesti bermodal besar dan hanya bisa diakses warga perkotaan? Para investor di Lampung telah membuktikan, investasi bisa dimulai dengan dana Rp 100.000 dan diakses dari kawasan perdesaan.
Kemudahan berinvestasi didukung gawai dan prasarana jaringan internet. Kehadiran Galeri Investasi menjadi magnet bagi masyarakat untuk belajar berinvestasi, sekaligus mempraktikkannya.
Desa Sidorejo di Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, dipilih sebagai Desa Nabung Saham pada 2018, yang ditandai dengan kehadiran Galeri Investasi. Sampai dengan pekan lalu, sebanyak 259 warga desa menjadi investor saham. Mereka tak hanya dari Desa Sidorejo, tetapi juga desa-desa lain di Lampung Selatan.
Antonius (36), warga kota Kalianda, Lampung Selatan, adalah salah seorang yang mencicipi keuntungan menabung saham. Antonius sudah merasakan pembagian dividen saham perusahaan yang ia miliki.
Tak ingin sekadar tahu informasi awal perihal saham, Antonius juga semakin rajin membaca buku-buku tentang pasar modal. Bahkan, dia belajar saham secara otodidak dari media sosial. Alasannya, pengetahuan tentang saham sangat penting agar investor bisa memiliki saham-saham yang baik.
Selain mempertimbangkan fundamen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Antonius juga rajin mengikuti informasi dan perkembangan terkini perekonomian. Sebab, semua hal itu akan berdampak pada harga saham.
Sementara Agus Fauzi, warga Sidoharjo, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan, tahu informasi tentang Desa Nabung Saham dari media sosial Facebook pada Januari 2019. Agus, yang rutin membaca informasi tentang investasi saham yang kerap muncul di beranda akun Facebook, mulai tertarik belajar saham di Desa Sidorejo.
Agus yang kian tertarik belajar saham juga mengunjungi Riyan Ahmad, inisiator Desa Nabung Saham di Sidorejo. Selain berdiskusi, Agus juga beberapa kali mengikuti kelas belajar saham. Setelah mantap, ia membuka tabungan saham dengan modal awal Rp 100.000.
”Semula, saya kira perlu modal jutaan rupiah untuk membuka rekening tabungan saham. Ternyata modal untuk investasi saham hanya perlu Rp 100.000,” kata Agus.
Agus tak berencana mencairkan investasinya dalam waktu singkat. Baginya, investasi saham adalah investasi jangka panjang. ”Saya berharap hasil investasinya bisa dimanfaatkan saat usia pensiun,” ujarnya.
Agus adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang sehari-hari berdagang bahan-bahan kebutuhan pokok. Sejak belajar tentang investasi, Agus tak hanya menyisihkan uang untuk ditabung, tetapi juga diinvestasikan. Dia juga memiliki rencana keuangan jangka pendek, menengah, dan panjang.
Saya berharap hasil investasinya bisa dimanfaatkan saat usia pensiun.
Bagi Agus, investasi saham memerlukan kesabaran. Pada saat harga saham sedang turun di masa pandemi Covid-19, ia justru menambah nilai investasinya karena harga saham sedang murah. Setiap bulan, Agus menyisihkan dana setidaknya Rp 500.000 untuk membeli saham.
Riyan Ahmad menuturkan, minat warga belajar saham di masa pandemi Covid-19 tidak surut. Keterbatasan ruang bertemu secara langsung diatasi dengan pertemuan secara virtual.
Pada Februari-Oktober 2020, investor saham baru bertambah 89 orang. Hal ini menunjukkan, minat masyarakat untuk mengetahui seluk-beluk investasi saham bertambah.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada 2020, nilai perdagangan investor domestik Rp 1.051 triliun atau 66 persen dari total perdagangan. Adapun nilai perdagangan investor asing Rp 550 triliun atau 34 persen dari keseluruhan.
Percontohan
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Lampung Bambang Hermanto menyampaikan, dua desa di Lampung Selatan menjadi percontohan desa inklusi keuangan. Kedua desa itu adalah Sidorejo di Kecamatan Sidomulyo dan Desa Titiwangi di Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan. Saat ini, nilai transaksi investasi di kedua desa itu lebih dari Rp 800 juta dari 429 nasabah.
Galeri Investasi, menurut Bambang, didirikan sebagai pusat informasi sekaligus wadah bagi warga desa yang ingin belajar berinvestasi. Diharapkan, inklusi keuangan dan literasi keuangan masyarakat Lampung semakin meningkat.
Bahkan, Lampung membentuk Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah di 15 kabupaten/kota. Di dalam tim ini, OJK Lampung bersama Pemerintah Provinsi Lampung, Bank Indonesia, dan instansi terkait lain menerapkan program yang berorientasi pada peningkatan literasi keuangan dan inklusi keuangan.
Berdasarkan hasil survei OJK pada 2019, indeks literasi keuangan di Lampung 30,97 persen. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan 2016, yakni 26,91 persen. Kendati demikian, indeks literasi keuangan di Lampung lebih rendah daripada nasional yang sebesar 38,03 persen.
Diharapkan, inklusi keuangan dan literasi keuangan masyarakat Lampung semakin meningkat.
Adapun berdasarkan sektor jasa keuangan, indeks inklusi pasar modal pada 2019 sebesar 1,55 persen dan indeks literasi pasar modal 4,92 persen. Angka ini naik tipis dibandingkan dengan hasil survei 2016, yakni 1,3 persen untuk indeks inklusi pasar modal dan 4,4 persen untuk indeks literasi pasar modal.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan inklusi keuangan atau akses masyarakat terhadap keuangan formal. Upaya itu seiring dengan peningkatan literasi keuangan yang mencerminkan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Selain pengambilan keputusan, juga pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.
Pada akhirnya, kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan inklusi keuangan dan literasi keuangan.