Jawa Timur Tetap Waspadai Dampak Pergerakan Warga Selama Cuti Bersama
Wabah Covid-19 di Jawa Timur terindikasi mereda. Namun, situasi pagebluk bisa cepat berubah jika pergerakan masyarakat selama cuti bersama kurun 28 Oktober-1 November 2020 tidak diwaspadai dan ditangani.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS —Wabah Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) di Jawa Timur terindikasi mereda. Namun, situasi pagebluk bisa cepat berubah jika pergerakan masyarakat selama cuti bersama kurun 28 Oktober-1 November 2020 tidak diwaspadai dan ditangani.
Cuti bersama mendorong kalangan warga provinsi bermoto Jer Basuki Mawa Beya ini berlibur di rumah, dalam kota, luar kota, hingga ke luar Jatim. Pergerakan masyarakat yang menimbulkan pertemuan dan keramaian berpotensi kembali meningkatkan risiko penularan virus korona. Penularan terutama dari orang tanpa gejala dan diperparah jika masyarakat tidak disiplin protokol kesehatan.
Pergerakan masyarakat di Jatim selama cuti bersama antara lain terlihat dari jumlah penumpang angkutan umum, kepadatan pengunjung di obyek wisata, dan jumlah kendaraan pribadi yang tercatat melintas di jalan raya, khususnya tol.
Seperti diungkap Amat Basuni, Operation and Maintenance Surabaya-Gempol, pada Rabu tercatat 21.275 mobil melintasi Gerbang Tol Kejapanan (arah Malang). Sehari berikutnya tercatat 25.330 mobil melintas dan pada Jumat tercatat 18.911 mobil melintas.
Untuk arah Surabaya, Sidoarjo, dan Waru, pada Rabu tercatat 70.346 mobil melintas. Pada Kamis, jumlah mobil yang melintas 66.074 unit. Pada Jumat, mobil melintas sebanyak 69.074 unit.
Manajer Hubungan Masyarakat PT KAI Daerah Operasi 8 Surabaya Suprapto mengungkapkan, selama cuti bersama, lebih dari 65.000 penumpang bepergian dari stasiun-stasiun di wilayah tersebut. Jumlah penumpang turun tembus 60.000 orang.
”Kami mengoperasikan enam kereta tambahan untuk mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang,” kata Suprapto.
Selama masa wabah, KAI menerapkan protokol kesehatan untuk penumpang dengan tujuan menekan potensi penularan virus korona. KAI membatasi jumlah penumpang di dalam kereta, yakni maksimal 50 persen dari kapasitas. Untuk itulah, lonjakan penumpang sekaligus disiplin protokol kesehatan dipenuhi dengan mengoperasikan KA tambahan.
Kami mengoperasikan enam kereta tambahan untuk mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang.
Selain itu, penumpang KA lokal wajib pengecekan suhu tubuh, bermasker, dan berbaju lengan panjang. Penumpang KA jarak menengah dan jauh masih harus melengkapi diri dengan surat hasil tes usap negatif atau hasil tes cepat nonreaktif dan memakai pelindung muka (face shield) selama perjalanan.
Obyek wisata khususnya di luar Surabaya yang menjadi lokasi favorit warga berlibur antara lain Malang Raya dan Lingkar Penanggungan di Mojokerto-Pasuruan cukup padat sejak awal cuti bersama. Adapun tempat tamasya yang sudah buka di Surabaya baru mengalami lonjakan pengunjung pada Minggu.
Memenuhi kuota
Agus Supangkat dari Humas Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) mengatakan, pengunjung pada Minggu sudah memenuhi kuota 3.000 orang. Empat hari sebelumnya, jumlah pengunjung menembus 6.500 orang atau rerata 1.000-1.500 orang per hari.
”Sesuai prediksi kami, dalam lima hari masa cuti bersama, jumlah pengunjung meningkat di dua hari terakhir atau Sabtu dan Minggu,” kata Agus.
KBS menerapkan kuota pengunjung untuk menekan potensi terciptanya kepadatan di dalam areal yang berpotensi meningkatkan risiko penularan virus korona. Dalam sehari, kapasitas normal KBS dikunjungi 15.000 orang. Namun, karena situasi pandemi, pengelola membatasi jumlah pengunjung maksimal 50 persen dalam sehari.
Sepi peminat
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, selama cuti bersama, pihaknya menerjunkan swab hunter ke obyek-obyek wisata di ”Bumi Pahlawan”.
Pada Rabu (28/10/2020), yang bertepatan dengan 92 Tahun Sumpah Pemuda, swab hunter menjaring 57 pelanggar protokol kesehatan untuk melaksanakan tes usap di puskesmas atau lokasi terdekat yang telah ditetapkan. Sehari berikutnya atau Kamis (29/10/2020), yang bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW, swab hunter menjaring 58 orang. Jumat (30/10/2020), hanya 10 orang yang terjaring swab hunter.
”Kalangan warga Surabaya kelihatannya lebih banyak yang berlibur ke luar kota daripada di dalam wilayah Surabaya,” kata Irvan yang juga Wakil Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 Surabaya.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengingatkan, gugus tugas dan masyarakat untuk tetap waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Sebulan terakhir atau sejak Oktober, wabah terindikasi mereda yang terlihat dari penurunan jumlah pasien dirawat, penurunan kasus baru harian, penurunan pasien yang meninggal, dan ketiadaan zona risiko tinggi (merah) di Jatim.
”Yang harus diwaspadai adalah setelah cuti bersama. Semoga kasus baru tidak melonjak,” kata Windhu.
Langkah aparatur pemerintah, misalnya Surabaya, yang mengimbau warga setelah bepergian tiga hari dari luar kota untuk melaksanakan tes usap di puskesmas terdekat atau laboratorium kesehatan daerah sudah tepat. Tes yang semakin massal akan membantu gugus tugas menemukan kasus-kasus baru yang tenggelam di permukaan khususnya pada orang tanpa gejala yang tidak menyadari telah terjangkit.