Mimpi Besar di Tengah Kepungan Masalah
Sejumlah peristiwa besar yang mengiringi lahirnya Sumpah Pemuda pada 1928 mirip dengan yang kini terjadi. Kepungan masalah bukan penghambat terwujudnya mimpi besar
Jakarta, Kompas - Anak-anak muda yang menjalani masa menjelang 1928 mengalami berbagai peristiwa besar. Ekonomi membaik karena industri gula dan minyak, akses pendidikan meningkat, serta mobilitas orang bertambah pesat karena kereta api terus dibangun. Mereka juga sempat mengalami pandemi flu Spanyol. Berbagai peristiwa itu mengiringi sekelompok pemuda, melalui Kongres Pemuda, merintis benih persatuan. Setelah depresi besar dan Perang Dunia II generasi inilah yang menghantar bangsa sampai pada puncak mimpi besar kemerdekaan.
“Saat ikut Sumpah Pemuda ayah saya Sapoean Sastrosatomo berusia 22 tahun. Dia bisa bersekolah di Stovia karena dia beruntung bisa sekolah Europees Lagere School (ELS) di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Ibunya gigih berjuang bernegosiasi dengan orang Belanda untuk bisa menyekolahkan Sapoean dan adiknya-adiknya di ELS. Setelah itu dia sempat menempuh Klein Ambtenaar Examen dan kemudian berangkat ke Batavia untuk menempuh sekolah kedokteran,” kata Hadisudjono Sastrosatomo (75), anak sulung Sapoean Sastrosatomo, salah satu dokter yang ikut Kongres Pemuda II tahun 1928.
Pangkalanbrandan adalah kota gemerlap kala itu karena merupakan ladang minyak. Ayah Sapoean adalah pegawai pemerintah (ambtenaar) di kota tersebut. Saat itu eksplorasi dan eksploitasi minyak di berbagai tempat. Perusahaan minyak swasta berbagai negara masuk ke Hindia Belanda. Pada masa itu Sumatera Timur juga dikenal sebagai daerah makmur karena perkebunan tembakau. Sementara perkebunan tebu di Pulau Jawa terus meluas sejak abad 19 hingga menjelang depresi besar 1930. Ekspor gula selalu menduduki peringkat pertama di antara komoditas ekspor Hindia Belanda. Saat itu seperempat penghasilan Hindia Belanda berasal dari gula.
Sampai tahun 1928 panjang jaringan kereta api yang berhasil dibangun mencapai 7.464 kilometer. Sebagai perbandingan, saat ini jalur kereta api tinggal sekitar 4.000 kilometer.
Kala itu mobilitas orang meningkat pesat baik karena perhubungan laut yang telah lama ada dan juga karena pembangunan jaringan kereta api di Jawa dan luar Jawa, baik untuk kepentingan ekonomi maupun strategi keamanan. Sampai tahun 1928 panjang jaringan kereta api yang berhasil dibangun mencapai 7.464 kilometer. Sebagai perbandingan saat ini jalur kereta api tinggal sekitar 4.000 kilometer. Pada saat yang sama akses pendidikan mulai dirasakan penduduk pribumi dengan berdirinya sejumlah sekolah sebagai bagian dari politik etis.
Di tengah kondisi waktu itu sejumlah orang bisa menikmati keadaan ekonomi yang membaik, bisa melakukan mobilitas ke berbagai kota, hingga mengenyam pendidikan dari dasar hingga tinggi meski terbatas untuk golongan tertentu. Mereka muncul menjadi generasi yang tercerahkan. Mereka mulai menyadari masalah bangsa dan tanah airnya. Kongres Pemuda I dan II menjadi puncak dari kesadaran itu. Pemuda dari berbagai daerah berkumpul dan berikrar berbahasa, berbangsa, dan bertanah air Indonesia.
Kesadaran mereka tak hanya dalam pikiran semata. Mereka melihat berbagai masalah di sekitar dan bersedia dikirim ke berbagai daerah untuk melayani kesehatan warga, memulai pendidikan, hingga menjadi tenaga penyuluh. Mereka bisa melihat langsung masalah dan penderitaan warga hingga mereka membuat solusi. Sapoean, misalnya, setelah lulus dari Stovia menjadi dokter di Tanjungselor, Bulungan. Di tempat itu ia mengobati masyarakat pedalaman Kalimantan dengan menggunakan kapal. Sekali perjalanan membutuhkan waktu dua bulan. Suatu kali kapalnya pernah terbalik.
Di tengah berbagai perkembangan saat itu masa muda mereka juga mengalami masalah yang berat yaitu kemunculan wabah flu Spanyol 1918-1919 yang terlambat ditangani hingga menyebabkan kematian sekitar 1,5 juta penduduk. Sejarawan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, mengatakan, pandemi memang terjadi pada 1918-1919 namun salah satu yang perlu dicermati adalah setelah itu hingga1928 adalah fase pemulihan ekonomi, politik, dan sosial. Di beberapa tempat malah masih ada wabah lain yaitu pes.
“Masa dari pandemi hingga fase pemulihan bisa dipahami sebagai masa kontemplasi para aktivis dan anak muda untuk memahami spirit keindonesiaan, selain menjaga diri dari ancaman pageblug yang mematikan itu,” katanya. Hasil dari berbagai pergumulan mereka dan peristiwa yang menyertainya mendorong untuk berbuat sesuatu. Luapan semangat barisan pemuda dari berbagai organisasi pemuda berjung pada menggelorakan nasionalisme Indonensia dan perasaan senasib.
Puncak dari masalah yang dihadapi generasi ini adalah depresi besar yang mulai muncul Oktober 1929 dan berdampak setelah itu ke Hindia Belanda.
Akan tetapi tak lama setelah itu kembali masalah besar menimpa mereka. Puncak dari masalah yang dihadapi generasi ini adalah depresi besar yang mulai muncul Oktober 1929 dan berdampak setelah itu ke Hindia Belanda. Ekspor gula tak bisa lagi dilakukan karena permintaan dunia jatuh.
Apa yang terjadi? Di tengah masalah berat itu ternyata imajinasi keindonesiaan terus berkembang. Tak lama kemudian lahir generasi sastra Pujangga Baru. Periode dimana romantisme dan identitas tentang Tanah Air menguat. Di lapangan seni rupa muncul seniman-seniman yang berhasil mengorganisasi diri dalah Persatuan Ahli Gambar Indonesia. Akses pendidikan tidak hanya di kota-kota besar saja tetapi masuk ke kota kecil. Organisasi politik makin progresif. Di tengah perkembangan itu masalah besar kembali muncul yaitu Perang Dunia II.
Tantangan yang Mirip
Ketika kita melihat situasi sekarang maka gambaran pecahan-pecahan peristiwa menjelang dan setelah Kongres Pemuda 1928 mempunyai sedikit kemiripan. Anak-anak muda saat ini pernah berada di tengah keadaan ekonomi yang membaik dengan pertumbuhan ekonomi sempat mencapai 6,3-6,4 persen pada tahun 2007-2008. Mereka mengenyam pendidikan tinggi yang memadai bahkan menempuh pendidikan tinggi elite di luar negeri, dan pada saat yang sama muncul teknologi digital yang merevolusi kehidupan.
Pengguna internet melonjak dari sekitar 2 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 175 juta pada awal tahun ini. Komunikasi menjadi terbuka. Tidak beda dengan kehadiran kereta api pada masa awal abad 20 yang membuat mobilitas meningkat hingga memunculkan perubahan besar.
Teknologi digital telah melahirkan generasi yang memiliki semangat kewirausahaan tinggi untuk menyelesaikan berbagai masalah dengan memberikan solusi
Teknologi digital telah melahirkan generasi yang memiliki semangat kewirausahaan tinggi untuk menyelesaikan berbagai masalah dengan memberikan solusi, bukan hanya di dunia bisnis semata. Mereka ikut menyelesaikan masalah dengan membangun wirausaha sosial. Mereka mengembangkan usaha berbasis masalah yang muncul di masyarakat. Indonesia menjadi negara nomer lima di dunia dengan jumlah usaha rintisan besar. Tahun ini jumlah usaha rintisan mencapai 2.193. Talenta-talenta yang selama ini berada di luar negeri memilih kembali ke Indonesia untuk membuat karya. Mereka melihat Indonesia membutuhkan banyak kehadiran mereka untuk membuat perubahan.
Di tengah berbagai kemajuan itu, masalah besar menimpa mereka yaitu pandemi Covid-19. Kejutan besar terjadi. Pandemi menjadi hantaman besar di tengah semangat mereka berkembang dan membuat berbagai inovasi. Resesi sudah pasti terjadi. Masa depan usaha dan ekonomi menjadi kabur. Ancaman depresi pun di depan mata.
Situasi ini mirip menimpa generasi yang terlibat di dalam pergerakan Nasional dan Sumpah Pemuda 1928. Tak lama setelah peristiwa bersejarah Kongres Pemuda II, tepatnya setahun, depresi besar melanda. Akan tetapi sejarah mencatat mereka berhasil melewati masa berat, bahkan termasuk Perang Dunia II, hingga mengantarkan bangsa ini meraih puncak cita-cita yaitu kemerdekaan Indonesia.
Di internal mereka, tentu saja ada masalah perbedaan pendapat, namun bukan berarti saling menjatuhkan. Tujuan mereka tetaplah sama yaitu memerdekakan Indonesia dari belenggu kolonialisme dan feodalisme
“Saat itu mereka bisa bertahan dan mimpi keindonesia tetap muncul karena di samping terbiasa ditempa pendidikan kolonial yang disiplin dan meluaskan cakrawala, mereka mempunyai kesadaran berbangsa yang tinggi dan terus dirawat meski banyak masalah. Bahkan di internal mereka, tentu saja ada masalah perbedaan pendapat, namun bukan berarti saling menjatuhkan. Tujuan mereka tetaplah sama yaitu memerdekakan Indonesia dari belenggu kolonialisme dan feodalisme,’ kata Heri Priyatmoko.
Imajinasi Segar
Melihat berbagai masalah saat ini, sebuah pertanyaan besar muncul, apakah anak muda sekarang yakin bangsa Indonesia bisa melalui masa sulit ini, ditambah hingar bingar perpolitikan Tanah Air, hingga bisa meraih puncak baru sebagai bangsa seperti generasi Sumpah Pemuda yang menghantarkan ke kemerdekaan?
Indonesia sekarang merupakan salah satu titik kumpul teknologi yang sangat berkembang di Asia Tenggara.
“Saya sangat yakin, terutama dengan perkembangan teknologi yang ada. Indonesia sekarang merupakan salah satu titik kumpul teknologi yang sangat berkembang di Asia Tenggara. Bahkan, banyak sekali investor asing yang ingin masuk ke indonesia karena ekosistem yang berkembang ini. Banyaknya problem yang ada di Indonesia justru menjadi peluang bagi anak-anak muda untuk datang dengan solusi kreatif yang punya dampak ekonomi sosial,” kata Head of Startupindonesia.co Erwin Arifin. Lembaga ini banyak menghubungkan investor dari luar negeri dengan usaha rintisan Indonesia.
Henri Suhardja yang mendirikan Titipku sebagai kanal untuk menghubungkan UKM dengan patra pembeli mengatakan, ia yakin Indonesia mampu melewati masa-masa ini kalau kita bersatu. Anak muda memberikan inovasi teknologi untuk membantu masyarakat. Orang tua mendukung kemajuan dengan pikiran terbuka dan pemerintah memberikan dukungan dengan berbagai program dan infrastruktur. Dengan semangat gotong royong, kita bisa menjadi lebih baik dari kondisi sebelum pandemi.
“Setiap tantangan dan krisis yang dihadapi oleh bangsa ini selalu melahirkan generasi yang paling diingat oleh sejarah. Mulai dari generasi pendiri bangsa di tahun 45, sampai generasi reformasi tahun 98. Di masa pandemi ini juga akan lahir generasi transformasi. Ini juga menjadi momentum substitusi impor untuk lahir nya lebih banyak brand-brand Indonesia yang dapat mendunia,” kata CEO Tokopedia William Tanuwijaya.
Salah satu yang bisa menjadi pijakan kita untuk meraba-raba tentang berbagai kemungkinan masa depan bangsa ini adalah mengetahui imajinasi mereka tentang masa depan Indonesia di tengah pasang-surut dan gelombang masalah yang terus muncul.
Willian mengatakan, generasi ini harus terus melanjutkan dan mewujudkan cita-cita besar yang pernah dititipkan Bapak Pendiri Bangsa Bung Karno untuk bermimpi setinggi langit, jikalaupun jatuh, akan jatuh di antara bintang-bintang. Jika generasi ini dapat terus bermimpi dengan mata terbuka, apa yang dimimpikan, dipikirkan, diucapkan, dan dilakukan secara konsisten, maka tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk digapai. Indonesia 2045 nanti harus sudah jadi Indonesia maju, dimana Indonesia berdiri sejajar dengan negara-negara besar, dan seluruh masyarakat nya sehat, bahagia, dan sejahtera.
Dunia akan mengagumi berbagai inovasi yang dibuat anak muda Indonesia, dengan ciri lokal dan artisan khas daerah, diwarnai dengan nilai semangat berbagi.
“Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan digital yang besar. Dunia akan mengagumi berbagai inovasi yang dibuat anak muda Indonesia, dengan ciri, lokal dan artisan khas daerah, diwarnai dengan nilai semangat berbagi. Jadi perpaduan hasil karya dengan manfaat untuk masyarakat luas. Cita-cita Indonesia 2045 akan dicapai jika kita terus mengingat bahwa kita berbeda-beda, tetapi tetap satu,” kata Henri.
Erwin Arifin memimpikan Indonesia betul-betul menjadi titik kumpul teknologi dunia dan menjadi penggerak inovasi. Sekarang Indonesia sudah mempunyai potensi yang sangat besar, karena banyaknya jumlah usaha rintisan dan jumlah investasi asing langsung yang masuk. Sayangnya Indonesia masih sangat kekurangan dari sisi talenta digital. Bahkan, Indonesia akan kekurangan 9 juta talenta berkeahlian. Kalau Indonesia bisa mengisi kesenjangan talenta ini, Indonesia semakin strategis untuk menjadi pemimpin dunia.
Mimpi-mimpi anak muda yang perlu dicatat dan menjadi semangat bagi semua kalangan saat Sumpah Pemuda kali ini yang dipenuhi dengan berbagai masalah yang melingkupi. Mendengar pendapat mereka kita menjadi optimistis dengan masa depan bangsa ini.