38 Perusahaan Berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus Palu
Sejauh ini, sebanyak 38 perusahaan berkomitmen berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus Kota Palu, Sulawesi Tengah. Kehadiran perusahaan-perusahaan itu diharapkan memacu kesejahteraan warga lokal.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Hingga menjelang akhir 2020, tercatat sebanyak 38 perusahaan sudah dan akan berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus Palu, Sulawesi Tengah. Beragam industri beroperasi di wilayah utara Kota Palu itu, mulai dari pengolahan hasil pertanian hingga pengolahan mineral tambang. Perusahaan menjanjikan menyerap tenaga kerja lokal agar peningkatan ekonomi berdampak langsung.
Direktur Utama PT Bangun Palu Sulawesi Tengah (PT BPST) yang mengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu Andi Mulhanan Tombolotutu menyatakan, dari 38 perusahaan itu, sudah lima perusahaan yang beroperasi. ”Yang lainnya sudah mengantongi izin, akan segera melakukan konstruksi pabrik. PT Trinitan Metals and Mineral termasuk perusahaan besar yang tentunya sangat strategis untuk KEK Palu,” katanya.
Mulhanan mengungkapkan hal itu di sela-sela peletakan batu pertama pembangunan pabrik pemurnian (smelter) nikel PT Trinitan Metals and Minerals Tbk di Pantoloan, Palu, Rabu (28/10/2020). PT Trinitan Metals and Minerals memulai konstruksi pada awal 2021 dengan target operasionalisasi selambatnya pada akhir tahun itu juga. Perusahaan itu merupakan pengolah mineral untuk keperluan energi, seperti baterai dan aki, yang berinvestasi sekitar Rp 2 triliun.
Selain itu, dalam waktu dekat, ada enam perusahaan pengolah mineral lain yang berencana melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik. Ada pula lima perusahaan yang telah beroperasi di KEK Palu dengan skala usaha menengah, seperti usaha pengolahan getah pinus.
Mulhanan menyatakan, pihaknya menyediakan lahan seluas 1.500 hektar. Ke-38 perusahaan itu dijamin tidak mengalami kendala terkait lahan. Bahkan, pengelola menyiapkan cadangan lahan hingga 8.000 hektar untuk pengembangan kawasan.
KEK Palu terletak di utara Kota Palu, sekitar 1,5 kilometer dari Pelabuhan Pantoloan, pelabuhan utama di Sulteng. KEK Palu dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulteng dan Kota Palu dengan membentuk PT BPST. KEK tersebut diresmikan pada 2017.
Posisi ini sangat menjanjikan untuk pengembangan industri ke depannya.
Gubernur Sutleng Longki Djanggola menyatakan, KEK Palu terletak di kawasan strategis. Tak hanya didukung oleh pelabuhan besar dan bandara di Palu, daerah industri itu juga dekat dengan negara-negara Asia Timur yang selama ini menjalin kerja sama industri dengan Indonesia, seperti Jepang dan Korea Selatan. ”Posisi ini sangat menjanjikan untuk pengembangan industri ke depannya,” ujarnya.
Ia menyebutkan, KEK Palu diharapkan memacu investasi di Sulteng, selain kawasan industri yang sudah beroperasi selama ini, seperti Indonesia Morowali Industrial Park di Kabupaten Morowali. Dengan demikian, ekonomi Sulteng terus terpacu yang pada akhirnya berkontribusi menyumbang pada perekonomian nasional.
Sebagai gambaran, pada 2019 nilai investasi di Sulteng Rp 9,4 triliun. Dari jumlah itu, Rp 6,7 triliun merupakan penanaman modal asing. Longki pun berharap perusahaan-perusahaan di KEK mengutamakan penyerapan tenaga kerja lokal.
”Saya mendapatkan kepastian dari PT Trinitan Metals and Minerals bahwa mereka akan menyerap tenaga kerja lokal. Ini sekaligus membantu pemulihan ekonomi karena gempa, tsunami, dan likuefaksi lalu ditambah lagi dengan pandemi Covid-19 saat ini,” katanya.
Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Sigi dilanda gempa, tsunami, dan likuefaksi pada 28 September 2018. Secara umum, penyintas memang sudah bangkit mengembangkan ekonominya. Longki pun mengingatkan agar perusahaan membangun fasilitas industri dengan standar tahan gempa.
Palu rawan gempa karena dilalui pembangkit gempa Sesar Palu-Koro. KEK Palu berlokasi agak jauh dari pantai Teluk Palu sehingga kawasan itu berisiko lebih rendah terhadap tsunami.
Direktur PT Trinitan Metals and Minerals Tbk Widodo Sucipto menyatakan, pembangunan fasilitas pemurnian nikel di KEK Palu untuk menjawab perkembangan teknologi, terutama di bidang energi, untuk menyongsong era kendaraan listrik. Dari pabrik tersebut, akan dihasilkan baterai atau aki, salah satu komponen utama kendaraan listrik. ”Langkah ini untuk mendukung hilirisasi pengolahan nikel nasional dan membantu penyediaan komponen mobil listrik ke depan,” ujarnya.
Ia memastikan, teknologi yang dipakai dengan metode hidrometalurgi akan menghasilkan limbah padat yang sangat minim. Limbah buang yang minim itu ramah lingkungan.
Umi (43), warga Kelurahan Pantoloan, menyatakan, warga menyambut baik terus masuknya perusahaan di KEK Palu. Sebagian anak muda juga mulai bekerja di lima perusahaan yang sudah beroperasi. ”Harapan kami, ya, anak muda di sini terserap semuanya. Dengan begitu, dampak positif hadirnya kawasan industri ini kami rasakan langsung,” ucapnya.